Happy Reading
❄❄❄
Setelah menempuh waktu perjalanan kurang lebih empat jam menuju Bandung, Axel akhirnya sampai di alamat yang dituju. Tempat dimana Anantha tinggal. Masih dengan seragam sekolah yang melekat dibalik jaket kulitnya, Axel langsung berangkat setelah Axel memberinya alamat tinggal Anantha.
Mungkin Axel sudah gila rela bolos sekolah dan rela jauh-jauh pergi kemari hanya untuk seorang gadis yang bahkan baru dikenalnya beberapa bulan lalu. Mungkin daya tarik Anantha terlalu kuat hingga Axel bertingkah seperti ini. Seperti lebah yang tidak pernah bosan mengunjungi bunganya yang indah, Axel seperti sudah kecanduan berada didekat Anantha.
Dan Axel tidak akan menampik bahwa Anantha sudah menarik hatinya dan membuatnya jatuh cinta.
Benar, Axel sadar ia mulai mencintai Anantha.
Axel turun dari motornya menatap bangunan sederhana di depannya. Bangunan yang memiliki halaman luas itu seperti bangun
Axel turun dari motornya menatap bangunan sederhana didepannya. Bangunan sederhana yang memiliki halaman luas dengan banyaknya sampah dedaunan yang berguguran itu nampak tak berpenghuni. Seperti sengaja dibiarkan menumpuk guna menghindari pengawasan. Jika orang yang mencari Anantha itu bodoh, mungkin orang itu akan berpikir tidak mungkin Anantha tinggal di bangunan kumuh itu.
Axel menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul sebelas siang. Axel kembali memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya, menatap lurus pada pintu bangunan itu. Berharap pintu itu akan terbuka dan memperlihatkan Anantha padanya.
Setengah jam berlalu, Axel masih setia berdiri menatap pintu bangunan itu. Axel bisa saja kesana dan mengetuk pintu seraya memanggil Anantha keluar. Namun Axel takut Anantha tidak akan melakukannya. Axel akan bersabar menunggu Anantha sampai gadis itu keluar.
Bibirnya lalu mengembang membentuk senyuman ketika knop pintu itu bergerak. Pintu pun terbuka menampilkan Anantha yang keluar dengan kursi rodanya, namun senyuman itu seketika luntur melihat balutan kain yang melilit menutupi kepalanya.
Pemikiran buruk Axel pun langsung memenuhi kepalanya. Hal yang tidak Axel inginkan sepertinya terjadi pada Anantha saat ini. Axel melemas ditempatnya. Semakin sering gejala buruk terjadi pada Anantha, semakin Axel takut Anantha pergi.
Tuhan ... kenapa harus secepat ini? Axel bahkan belum sepenuhnya membuat Anantha menemukan kebahagiaannya sendiri.
Bruk!
Kedua mata Axel membulat melihat Anantha terjatuh dari kursi rodanya. Tanpa pikir panjang Axel segera melompati pagar dan berlari menghampiri Anantha yang sudah meringis di tanah.
"Lo gapapa?" tanya Axel khawatir seraya mengecek adanya luka di tangan dan kaki gadis itu.
"Elo?!"
Suara seruan Anantha menyadarkan Axel. Cowok itu lantas menoleh menatap Anantha yang menatapnya terkejut.
Axel mengabaikannya dan fokus pada luka di kaki Anantha.
"Lo ngapain disini?!" tanya Anantha menaikkan nada suaranya. Axel tetap mengabaikannya, kedua tangannya menyentuh kaki Anantha mengecek seberapa parah luka itu, namun Anantha langsung menepisnya.
"Gue tanya lo ngapain disini?!"
"Gak penting kenapa gue disini, yang penting itu lo! Kaki lo terluka bodoh!"ujar Axel mulai kesal. Dugaan bahwa Anantha memang tidak akan menyambutnya dengan lembut terbukti.
Anantha mendorong Axel ketika cowok itu hendak menggendongnya.
"Pergi!"
"Jangan keras kepala, Tha. Kaki lo harus di obatin"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANANTHA- I'm Fine (Save Me)
Teen Fiction📖 DILARANG COPAS/MENJIPLAK KARYA HANA OKE👻 Lebih baik punya karya hasil otak sendiri dari pada punya karya tapi hasil otak orang lain😂True? Jadi, Bijaklah sebelum berkarya🤗🐼 📍SLOW UPDATE!! #1 - Im Fine #10 - sad story Kesedihan, Kesakitan, kek...