Kita hanyalah manusia yang terluka.
.
.Axel menatap gundukan tanah di depannya. Papan nisan bertuliskan Anantha Varesha Handika itu terasa amat nyata menyadarkannya bahwa Sang Pencipta memulangkan gadis itu ke rumahnya.
Rumah Anantha yang sebenarnya.
Axel menarik napas kemudian menghembusnya pelan melepas rasa sesak yang hinggap di dadanya.
Sudah satu bulan berlalu, namun Axel masih belum bisa menyadarkan diri dari kenyataan ini-menyadari bahwa gadis yang ia cintai pergi.
Sebulir air mata Axel jatuh. Denyut perih itu kembali menyerang hatinya. Tidak menyangka jika akhirnya seperti ini meski Axel sudah berharap agar ia bisa terus memegang tangan Anantha selamanya.
Gadis itu benar-benar pergi. Pergi meninggalkan luka yang Axel tidak tahu kapan pulih. Lukanya benar-benar sangat dalam.
Axel tidak pernah merasakan cinta sekaligus kehilangan sebesar ini.
"Lo pasti lagi ngejek gue di sana." Axel tersenyum kecut.
"Anantha ...." Air mata Axel lagi-lagi turun. "Apa lo sekarang bahagia?"
"Lo udah nggak sakit lagi, kan?" Bibir Axel bergetar. Air matanya kian deras menatap pusara Anantha yang di penuhi bunga-bunga cantik hingga harum bunga itu tercium di hidungnya.
Axel lalu terkekeh samar. "Rasanya nggak adil kalo cuma lo doang yang pergi, Tha."
"Karena sekarang gue kangen berat sama lo."
Axel ingin mendekat dan menyentuh pusara itu, tapi ia tidak berani. Terakhir kali Axel membawa Anantha ke rooftop, gadis itu malah kesakitan dan berujung kritis hingga pada akhirnya pergi meninggalkannya.
Axel berlutut. "Maaf, Anantha ...." Ia menyesali semua perbuatannya. Membawa Anantha ke rooftop, membentaknya, juga menjauhinya. Axel menyesali itu semua.
Axel tertunduk membiarkan air matanya keluar deras. Penyesalannya pada Anantha tidak akan hilang selama Axel memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja di sana dan memaafkannya.
"Axel ...?"
Axel mengusap wajahnya dan menoleh menatap Lisa berdiri di sana-menatapnya sendu. Farel yang juga datang bersama mamanya pun memandangnya iba. Axel benci tatapan mereka, seolah dirinya pantas dikasihani.
Axel lalu bangkit dan berjalan pergi.
"Kamu mau kemana, nak?" tanya Lisa.
"Pulang."
"Pulang sama-sama. Tunggu Mama selesai doain Anantha."
Axel berbalik menatap Lisa. "Maaf, Ma. Axel nggak bisa, ada urusan."
"Axel ...," gumam Lisa menatap kepergian Axel. Punggung tegap anak itu terlihat begitu rapuh.
"Axel masih perlu waktu buat nenangin dirinya, Tante." Farel berujar. Cowok itu lalu menoleh pada makam Anantha.
'Lo pasti liat dengan jelas di atas sana, Tha, seberapa hancurnya Axel sekarang,' batin Farel.
Semenjak kepergian Anantha, Axel berubah seratus delapan puluh derajat. Cowok yang terkenal ramah, jahil dan songong itu berubah menjadi sosok yang tertutup. Axel juga kerap kali mendatangi club malam dan pulang dalam keadaan mabuk. Meski dulu Axel sangat nakal dan jahil hingga memancing emosi kedua sodaranya-Reyhan dan Arkan, Axel tidak pernah menyentuh hal haram semacam itu.
Axel memang sering terlibat tawuran, berkelahi dengan orang-orang dan balap liar. Tapi sejak Axel bertemu dengan Anantha, cowok itu mulai meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANANTHA- I'm Fine (Save Me)
Teen Fiction📖 DILARANG COPAS/MENJIPLAK KARYA HANA OKE👻 Lebih baik punya karya hasil otak sendiri dari pada punya karya tapi hasil otak orang lain😂True? Jadi, Bijaklah sebelum berkarya🤗🐼 📍SLOW UPDATE!! #1 - Im Fine #10 - sad story Kesedihan, Kesakitan, kek...