❄
Sudah dua minggu berlalu sejak pertemuan Anantha dengan Axel. Setelah Anantha mengantarkan Axel kembali ke tempat dimana cowok itu meninggalkan motornya di pinggir jalan, Anantha sudah tidak pernah lagi bertemu, untungnya.
Kembali menjalani kehidupan Anantha yang monoton dan penuh kesakitan setiap kali penyakitnya itu kambuh. Sejauh ini Anantha masih bisa menyembunyikan rasa sakitnya setiap kali berhadapan dengan Arga, Gavin dan lainnya.
Seperti saat ini, ketika Anantha baru saja keluar dari toilet dan Arga tiba-tiba datang entah dari mana, membuat jantung Anantha sontak berdenyut sakit akibat terkejut.
"Lo bisa gak sih gak ngagetin orang?!!" bentak Anantha saat itu juga. Suara lengkingan Anantha terdengar di penjuru koridor, bahkan sampai ke tengah lapangan. Membuat Gavin yang tengah bermain basket pun sontak menghentikan permainannya menatap ke asal suara.
Arga terhenyak. Tatapan dingin menusuk Anantha membuat dada Arga sesak. Kenapa adiknya ini berubah? Kenapa Ananthanya sekarang berani melawannya? Kemana Ananthanya yang dulu?
"Tha, gue kakak lo. Tolong jaga sopan santun lo!"
"Gue gak punya kakak dan gue gak punya keluarga!"
"ANANTHA!!" bentak Arga emosi. Cowok itu sudah sangat marah dengan perkataan Anantha yang sudah kelewat batas.
"Ikut gue!" tekan Arga seraya menarik paksa Anantha untuk mengikutinya. Anantha memberontak seraya memegangi dadanya yang masih terasa sakit dan semakin bertambah sakit ketika dirinya di seret seperti binatang oleh Arga.
"LEPAS! LO MAU BAWA GUE KEMANA BERENGSEK?!!"
Arga sedikit menolehkan kepalanya, menatap tajam Anantha dengan ekor matanya. "Lo harus dikasih pelajaran, Tha. Biar tau caranya ngehargain orang!"ucapnya dingin.
Sementara di lapangan, Gavin masih memperhatikan mereka. Bagaimana kasarnya Arga menyeret Anantha seperti itu. Genggamannya pada bola basket menguat. Jika perlakuan Arga pada Anantha seperti itu, sampai kapanpun cowok itu tidak akan pernah mendapatkan maaf dari Anantha. Padahal sebelumnya Arga sudah berjanji jika dia tidak akan bersikap kasar lagi pada Anantha, tapi nyatanya?
"Berengsek lo, Ga" gumamnya lalu membanting bola basket itu keras dan melangkah meninggalkan lapangan menyusul mereka.
❄
Sesampainya di rooftop, Arga langsung melepas kasar cekalannya hingga Anantha terhentak jauh, hampir saja gadis itu terjatuh jika ia tidak menyeimbangkan langkahnya.
"Duduk!" tekan Arga setelah ia mengambil sebuah kursi dari gudang rooftop. Melihat Anantha tidak duduk juga, Arga mendekat dan menekan bahu Anantha sehingga gadis itu terduduk.
"L-lo mau ngapain?" tanya Anantha mulai cemas saat Arga mengambil sebuah tali.
"Apa-apaan sih lo?! Lepasin!"
"Diam!"
"Lo tega lakuin ini ke gue?!"
"Buat seseorang yang gak pernah ngehargain orang kayak lo, harus!"
"Berengsek! Lo pikir lo gak kayak gitu hah?!"
"GUE UDAH MINTA MAAF BUKAN?!" bentak Arga tepat di wajah Anantha. Mata dan wajah cowok itu sudah memerah karena amarah yang menguak.
Anantha terhenyak di tempatnya. Matanya juga memerah, tapi bukan karena marah, melainkan menahan air matanya karena kecewa dengan perlakuan Arga terhadapnya.
Arga mengikat tubuhnya di kursi, mengikat kedua tangannya lagi di belakang sandaran kursi dan mengikatnya lagi di kedua kakinya. Anantha tak berontak lagi, gadis itu hanya menatap Arga kecewa. Air matanya sudah mengalir di pipinya meskipun sudah berusaha untuk tidak menangis di hadapan cowok itu. Tetapi Anantha tidak bisa, Anantha sudah sakit karena ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANANTHA- I'm Fine (Save Me)
Ficção Adolescente📖 DILARANG COPAS/MENJIPLAK KARYA HANA OKE👻 Lebih baik punya karya hasil otak sendiri dari pada punya karya tapi hasil otak orang lain😂True? Jadi, Bijaklah sebelum berkarya🤗🐼 📍SLOW UPDATE!! #1 - Im Fine #10 - sad story Kesedihan, Kesakitan, kek...