Happy Reading
❄❄❄
Dua minggu berlalu, namun Anantha belum menunjukkan perkembangan. Lisa dan Axel masih setia berjaga di sisi Anantha secara bergiliran ditengah ketakutan mereka, dan Farel yang juga ikut merasakan hal yang sama hingga rela bolak-balik Jakarta-Bandung demi membesuk Anantha.
Farel kini duduk di depan ruangan menunggu Axel keluar. Pandangannya tertuju pada sebuah benda yang Anantha berikan padanya tiga tahun lalu.
Anantha memberikan benda itu karena Farel gugup
Waktu itu dirinya dan Anantha menjadi perwakilan untuk mengikuti lomba cerdas cermat antar sekolah tingkat SMP. Farel yang sudah gugup setengah mati pun lalu berkata pada Anantha jika mereka pasti akan kalah. Farel kemudian membandingkan dirinya dengan Anantha yang terlihat sangat tenang.
Anantha awalnya memaki Farel jika ia bukan cowok gentle karena takut pada lomba. Anantha kemudian memberikan gantungan kunci itu pada Farel dan menyuruh Farel menggenggamnya seraya membuat harapan.
Anantha lalu memberikan gantungan kuncinya pada Farel dan menyuruh Farel memejamkan mata seraya membuat harapan. Farel saat itu sempat ragu dan bertanya, "Apa bakal terwujud?" Anantha mengiyakan, namun saat itu Farel masih tetap ragu hingga Anantha pun berkata, "Kalo kita nanti gak menang berarti bukan rejeki kita sama sekolah, Rel. Gagal itu bukan kutukan, tapi pelajaran kalo ke depannya kita harus jadi lebih baik lagi dari sebelumnya"
Farel tersenyum mengingat itu. Perbuatan kecil Anantha yang selalu bisa membuatnya tenang.
Tak lama Axel pun keluar dan melihatnya.
"Udah lama?" tanya Axel seraya mengusap wajahnya. Farel tersenyum melihat wajah sembab Axel. Sekarang Farel semakin paham seberapa besar rasa sayang Axel pada Anantha.
"Nggak. Baru sampe" balasnya. Axel lalu ikut duduk di sampingnya dan melihat gantungan kunci yang ia pegang.
"Punya Anantha" kata Farel, mengerti arah pandang Axel.
"Gak mungkin juga lo punya benda lucu kayak gitu" balas Axel sedikit bercanda, keduanya pun terkekeh.
Suasana mendadak sunyi. Farel lalu menoleh menatap Axel yang terdiam dengan pandangan kosong ke depan. Farel tahu Axel tengah memikirkan Anantha dengan segala kemungkinan yang akan terjadi pada gadis itu. Tapi Farel tidak ingin bertanya ataupun menghiburnya karena Farel juga merasa demikian.
"Rel" panggil Axel. Farel menyahut.
"Apa yang terjadi sama keluarga Anantha?"
Farel sontak menghela napas panjang. "Ceritanya panjang" Axel terdiam lagi sesaat.
"Kalo gue pertemuin Anantha sama keluarganya gimana?" tanya Axel membuat Farel seketika terdiam seribu bahasa.
"Menurut lo gimana, Bro?" tanya Axel lagi.
Farel menggeleng kecil seraya mengendikkan bahunya. "Gue gak tau Anantha mau apa gak. Dia pasti gak setuju"
Helaan napas panjang terdengar dari Axel, cowok itu lalu menyandarkan punggungnya. Kelelahan akibat tidak tidur dua hari ini demi menjaga Anantha. Pandangannya menatap kosong lagi, mungkin tengah memikirkan pembicaraan mereka tadi. Menimang-nimang apakah itu rencana baik jika Axel membawa keluarga Anantha kemari? Atau justru malah sebaliknya dan malah membuat kondisi Anantha semakin menurun.
Sebenarnya Farel setuju saja dengan ide Axel, tapi Farel ragu apakah Anantha akan merasa senang saat ia bangun nanti melihat wajah-wajah keluarganya, atau malah sebaliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANANTHA- I'm Fine (Save Me)
Ficção Adolescente📖 DILARANG COPAS/MENJIPLAK KARYA HANA OKE👻 Lebih baik punya karya hasil otak sendiri dari pada punya karya tapi hasil otak orang lain😂True? Jadi, Bijaklah sebelum berkarya🤗🐼 📍SLOW UPDATE!! #1 - Im Fine #10 - sad story Kesedihan, Kesakitan, kek...