Motor ninja berwarna hitam itu berhenti di depan rumah tua tak terpakai.
Anantha turun dari motor, menatap bangunan di depannya. Rumah sederhana dengan cat putih yang mulai kusam karena di tinggal pemiliknya. Di halaman depan ada pohon mangga dengan ayunan kayu yang diikat di sisi batangnya.
"Lo masih inget tempat ini kan?" tanya Farel setelah melepas helm di kepalanya.
Anantha terdiam memandang kosong tempat yang dipijakinya sekarang. Anantha tahu tempat ini, tempat yang menjadi saksi bisu atas semua yang terjadi di masa lalu.
"Gue kangen tempat ini" Farel melirik Anantha sekilas. "Dulu setiap balik sekolah kita pasti selalu kesini, sampai diomelin ortu gara-gara terlalu betah disini daripada di rumah" Farel tertawa kecil, kilasan memori yang menyenangkan, sebelum kejadian itu terjadi.
Anantha tersenyum tipis, sangat tipis mengingat kenangannya di masa lalu. Kebahagiaan yang tertinggal. Semuanya terasa lengkap, sebelum kejadian itu terjadi. Mengubah semua kebahagiaannya menjadi kesedihan dan penderitaan. Rasa sakit yang terus ia alami sampai saat ini.
Anantha melanhkahkan kakinya mengikuti Farel yang memasuki halaman rumah tersebut.
Matanya menelisik menatap bunga-bunga yang sudah mati karena tak terawat. Rumput-rumput liar yang tinggi juga daun-daun kering yang berserakan di halaman tersebut semakin membuat rumah ini tak berpenghuni lagi.
Farel mendekati ayunan kayu yang mulai usang. Tangan kanannya memegang dan menarik tali tambang yang terikat di salah satu batang pohon tersebut. Mengecek apakah ikatannya masih kuat dan masih bisa digunakan atau tidak.
Farel tersenyum karena ayunan kayu itu masih bisa digunakan. Farel meniup dan menepuk-nepuk debu di ayunan kayu tersebut. Cowok itu kemudian menoleh ke arah Anantha.
"Duduk, Tha"
Anantha duduk di ayunan kayu itu, kakinya ia gerakan sehingga tubuhnya sedikit berayun ke depan dan ke belakang.
Sementara Farel berdiri bersandar pada batang pohon. Tepat di samping Anantha berada.
"Sayang banget ya, Tha. Tempatnya malah gak keurus kayak gini" Farel menatap Anantha disampingnya. Ada guratan kesedihan di balik raut wajah datar Anantha.
Farel tahu, Anantha tidak akan pernah melupakan itu. Melupakan semua kenangan-kenangan di masa lalunya. Ia juga merindukan saat saat itu. Dimana ia selalu melihat Anantha tersenyum. Mata indah Anantha selalu memandang orang-orang di sekelilingnya teduh.
Kini semua seakan lenyap oleh sang waktu. Tak pernah lagi ia melihat senyuman dan tatapan teduh di wajah gadis itu. Hanya berekspresi datar dan dingin yang selalu Anantha tunjukan semenjak kejadian dua tahun lalu menimpanya.
❄️❄️❄️
Anantha menatap bangunan tua di depannya. Seperti melihat gambaran di masa lalu. Dimana dirinya, Arga, Farel dan ketiga sahabatnya itu berlarian ke sana kemari. Farel yang matanya tertutupi kain hitam menggerakkan kedua tangannya mencari siapa saja yang ingin di tangkapnya. Lalu Arga yang tengah menggenggam tangannya menghindari Farel. Hingga akhirnya Farel mengenai Arga karena Arga yang menghalangi Anantha saat Farel hendak menangkapnya.
Semua memori itu terputar bagaikan kaset yang terputar ulang. Anantha seolah melihat semua di hadapannya.
Di sampingnya, Farel memperhatikan Anantha.
Farel juga merindukan semuanya. Semua kenangan saat dulu mereka masih bersama.
Anantha tiba-tiba berdiri.
"Balik"
Anantha berlalu meninggalkan Farel yang menatap punggungnya sendu.
'Gue juga ngerasain apa yang lo rasain, Tha'
Farel pun melangkah menyusul Anantha.
❄️❄️❄️
Anantha memasuki apartementnya melempar tasnya dan sepatu nya asal. Kemudian mendudukan dirinya di sofa abu-abu panjang. Menyandarkan punggungnya di sandaran sofa.
Anantha menghela napas panjang. Sepanjang perjalanan menuju apartement tidak ada henti-hentinya ia memikirkan kenangan di masa lalunya.
Dan setiap ia mengingatnya, hatinya berdenyut sakit. Sesak mengingat saat dulu. Dimana sikap manis mereka padanya berujung pada sebuah kesakitan.
Anantha menghela napas lagi. Gadis itu bangkit dari duduknya. Berniat untuk masuk ke kamarnya, membersihkan diri lalu beristirahat agar pikiran tentang masa lalunya hilang.
Baru beberapa melangkah, Anantha sempoyongan. Tubuhnya membentur dinding, nyaris saja terjatuh jika tangannya tidak segera menahan tubuhnya.
Nafasnya memburu seiring keringat yang membanjiri wajahnya. Anantha berjalan pelan menuju laci meja, mengambil sebuah tabung kecil di dalam laci tersebut. Mengambil beberapa butir pil lalu menelannya tanpa bantuan air.
Anantha terduduk, menyandarkan dirinya pada meja. Air matanya mengalir.
Anantha teringat ucapan Farel ketika ia mengantarkan cowok itu pulang.
"Gue harap kita bisa balik kayak dulu lagi, Tha. Bahkan sampai kita semua punya anak. Gue pengin kita kayak dulu lagi Tha, tanpa mengingat kesalahan satu sama lain di masa itu"
"Itu gak akan pernah terjadi, gue gak akan pernah bisa.."
Anantha meringkuk di lantai yang dingin. Air matanya kembali jatuh. Ia menangis, menangisi semua yang terjadi. Juga menangisi dirinya yang tak akan pernah bisa kembali ke masa lalu.
❄️
Sedih gak sih?☹️☹️
Vote comment ya🤗
Jangan lupa😘
KAMU SEDANG MEMBACA
ANANTHA- I'm Fine (Save Me)
Teen Fiction📖 DILARANG COPAS/MENJIPLAK KARYA HANA OKE👻 Lebih baik punya karya hasil otak sendiri dari pada punya karya tapi hasil otak orang lain😂True? Jadi, Bijaklah sebelum berkarya🤗🐼 📍SLOW UPDATE!! #1 - Im Fine #10 - sad story Kesedihan, Kesakitan, kek...