2. - Ice Queen

13.3K 1.2K 35
                                    

Motor ninja berwarna hitam itu memasuki area sekolah SMA Pratama. Membuat seluruh pasang mata menatap kearahnya, decak kagum dari para murid laki-laki pun terdengar riuh saat pemilik motor ninja hitam itu membuka helm fullface-nya hingga rambut panjang si pemilik menjuntai bebas dengan indahnya.

Anantha turun dari motornya, menyampirkan tas biru gelapnya di sebelah pundak lalu berjalan menelusuri koridor. Mengabaikan berbagai macam tatapan dari seluruh murid di sepanjang koridor tersebut.

Langkahnya terhenti saat melihat Arga tengah berjalan ke arahnya. Anantha menghela napas lalu kembali melanjutkan langkahnya. Menatap lurus dengan tatapan datarnya tanpa melihat Arga sedikitpun. Hingga dia melewati Arga tanpa peduli dengan panggilannya.

"Tha"

Langkah Anantha lagi-lagi terhenti ketika Arga mencegatnya.

"Minggir!" Anantha bergeser ke kanan mencari jalan. Namun Arga lagi-lagi menghadangnya.

"Gue mau ngomong sama lo"

Anantha menatap Arga beberapa saat.

"60 detik"

Arga menghela napasnya. "Papa sama mama hari ini balik dari Jerman, lo pulang ya Tha"

"Gak"

"Mereka mau ketemu lo, Tha. Mereka kangen sama lo, lo gak kangen sama mereka?"

"Gak"

"Tha--"

Anantha melirik jam yang melingkar di tangannya.

"Waktu lo habis" Anantha berjalan melewati Arga menuju kelasnya. Menghiraukan panggilan Arga di belakangnya.

Selama bel istirahat, Anantha menghabiskan waktunya di perpustakaan. Anantha mengecek jam yang melingkar di tangannya, sebentar lagi bel berbunyi. Anantha bangkit mengembalikan buku yang ia baca lalu keluar dari perpustakaan.

Langkahnya terhenti saat ada tiga murid perempuan menghadang jalannya. Anantha menatap datar pada tiga perempuan yang notabene adalah kakak kelasnya.

Salah satu dari mereka memandang Anantha dari atas sampai bawah lalu tersenyum sinis.

"Jadi ini cewek yang di juluki Ice Queen di sekolah kita?" ujarnya, lalu berdecak miring.

"Sok cantik" cewek bernama Helena itu maju beberapa langkah mendekati Anantha sambil bersedekap dada.

"Pake celana jeans, sepatu berwarna. Lo pikir sekolah ini punya keluarga lo?"

Anantha menaikkan sebelah alisnya. Anantha tidak kaget dengan ucapan kakak kelasnya itu. Anantha memang merahasiakan jika dirinya adalah anak dari pemilik sekolah ini. Tidak ada yang tahu kecuali Farel, dan sahabat sok setianya itu, Vera.

"Kenapa diem? Gagu lo?"

"Na, ini cewek yang kemarin misahin Arga sama Farel" ujar salah satu senior itu di belakang Helena.

Helena tersenyum sinis menatap Anantha. "Udah belagu, terus sok-sok jadi pahlawan lagi"

Helena berjalan memutari Anantha. "Lo nggak usah sok kecakepan deh, mentang-mentang lo terkenal disini lo jadi sok berkuasa gitu?"

Anantha memutar matanya jengah. "Bacot!"

Helena berhenti tepat di depan Anantha. "Apa? Lo bilang apa tadi?"

"Budeg?" tanya Anantha dengan nada khas dinginnya. Masih menatap datar Helena.

Helena menatap Anantha tajam. "Lo berani sama gue?"

Sebelah sudut bibir Anantha sedikit terangkat keatas, meremehkan. Membuat Helena geram.

Helena mendorong bahu Anantha, hingga Anantha mundur beberapa langkah.

"Denger ya, gue senior disini! Jadi jangan belagu lo sama gue!"

Anantha berdecak lalu dengan tenang, Anantha mengibaskan tangannya seolah membersihkan bahu dimana tangan Helena mendorongnya tadi. Tentu hal itu membuat Helena semakin geram.

"Songong banget sih lo?!"

Tangan Helena terangkat berniat untuk menampar pipi Anantha. Anantha hanya diam, ia sudah tahu apa yang di lakukan seniornya itu dan Anantha bisa mengantisipasinya. Belum sempat tangan Helena mendarat di pipi Anantha, sebuah tangan kekar mencengkram pergelangan tangan Helena. Baik Helena dan Anantha menoleh ke arah cowok yang berdiri di samping Anantha.

"Sebagai senior harusnya lo beri contoh yang baik buat adik kelas lo" ujar Arga. Tatapan tajamnya menyorot ke arah Helena yang terdiam mematung menatap cowok di hadapannya itu. Cowok yang disukainya selama dua tahun terakhir.

Seketika seluruh murid yang melihat kejadian itu pun saling berbisik. Ada pula beberapa dari mereka memekik sekaligus berdecak kagum melihat wajah kehadiran Arga disana. Bak seorang penyelama bagi Anantha.

"Pangeran gue"

"Kak Arga sang cassanova menyelamatkan Ice Queen"

"Nambah ganteng aja bang Arga"

"Aaaa Arga gentle banget, jadi makin cinta deh"

Cowok itu menghempaskan tangan Helena. Helena sedikit mengaduh, tangan putihnya memerah akibat cengkraman Arga.

Arga menatap Anantha di sampingnya. "Lo gapapa kan?" tanya Arga. Sedangkan yang di tanya hanya menatapnya datar kemudian pergi begitu saja menerobos kerumunan.

Arga menatap punggung Anantha yang menghilang dibalik kerumunan.

'Harus gimana lagi supaya lo balik kayak dulu, Tha?'

Bel pulang sekolah berbunyi. Anantha dengan cepat memasukan buku dan alat tulisnya ke dalam tas lalu berdiri dan berjalan keluar kelas tanpa menghiraukan Vera yang tengah bercerita padanya walaupun sedari tadi Anantha tidak sedikitpun mendengarnya.

"Ih, Anantha! Gue lagi cerita juga lo main cabut aja!" gerutu Vera. Sedangkan Anantha tetap melanjutkan langkahnya, tidak peduli dengan kekesalan Vera padanya yang begitu saja meninggalkannya.

"Anantha"

Anantha menghentikan langkahnya lalu menoleh ke belakang. Di lihatnya Farel yang berjalan menghampirinya dengan tas yang tersampir di sebelah pundaknya.

"Ikut gue yuk"

Anatha menaikkan sebelah alisnya "Kemana?"

"Nanti juga lo tau" ucap Farel lalu menarik tangan Anantha menuju parkiran.

"Mana kuncinya? Biar gue yang nyetir"

Anantha melemparkan kunci motornya yang langsung di tangkap oleh Farel.

Farel menaiki motor ninja hitam milik Anantha lalu menyalakan mesin. Setelah Anantha naik ke atas motor, Farel pun menjalankan motornya meninggalkan area sekolah.

✒✒✒✒✒

ANANTHA- I'm Fine (Save Me)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang