Kekecewa'an.

1.1K 43 3
                                    

"Aku juga manusia yang memiliki rasa bosan. Apa lagi di hari Minggu" jawab Taehyung, menatap Mina, yang begitu pokus mengobati lukanya.

Entah mengapa melihat Mina, sedekat itu membuat jantung Taehyung, berdetak lebih kencang dari pada sebelumnya, matanyapun tidak bisa ia, alihkan dari wajah Mina.

Membuat Mina, kembali menatap mata Taehyung, dan akhirnya keduanya saling menatap satu sama lain dengan jarak yang begitu sangat dekat.

"Waeyo? Aku tau, aku sangat cantik'kan" puji Mina, pada dirinya sendiri.

"Geer" elak Taehyung, sambil menjauhkan wajah Mina, dari hadapannya.

Mina, memanyun kesal dengan sikap dingin dan tingakah menyebalkan pamannya itu, untung saja kesabaran di diri Mina, banyak stok dan tidak akan habis.

"Oppa, itu menyebalkan. Bilang saja jika saat ini Oppa, sudah mencintai aku" celetuk Mina, sambil memasangkan obat luka ke sisi bibir Taehyung.

"Cukup Mina. Jika saja aku mencintaimu atau aku menyayangimu, itu tidak lebih dari kau keponakanku. Ingat tidak lebih dari sekedar keponakan dan paman" ungkap Taehyung, membuat Mina, tercengang menatap Taehyung, iba.

"Jadi maksud Oppa, aku salah mencintaimu melebih seorang paman? Dan aku ingin memilikimu seutuhnya di hidupku itupun salah?" Tanya Mina, dengan linangan air mata yang tak sengaja keluar.

"Salah besar. Kita masih sedarah, semua rasa yang ada di hatimu untukku itu kesalahan besar. Sampai kapanpun kita tidak akan pernah bersama atau bersatu!" Jelas Taehyung, berbicara setegas mungkin.

"Jika kita tidak sedarah, apakah mungkin kita akan bersama melebihi Paman keponakan? Jika kau bukan adik dari Appaku, apa mungkin rasa cinta yang ada di hatiku akan terbalaskan? Hiksss apa mung-"

"CUKUP!! SUDAH KUBILANG CUKUP YEON MINA," Sentak Taehyung, bangkit berdiri menatap Mina, tajam.

"Wae? Wae Oppa?" Teriak Mina, yang ikut berdiri menatap Taehyung, kesal. "Bukannya selama ini kau ingin tau dan ingin melihat bagai mana wajah ayah ibumu? Tapi apa reaksi Eomma dan Appa, ketika kau menanyakan hal itu? Mereka selalu menghindar sampai sekarang. Apa kau nyakin jika margamu Yeon, hah apa kau nyakin? hikss" sambung Mina, sambil terisak pilu.

Taehyung, termenung sesaat memikirkan perkataan Mina, barusan. Memang benar apa yang di katakan oleh Mina, selama Taehyung hidup di keluarga Yeon, pernah berapa kali dia menanyakan pada Ara dan Tael, tenteng bagai mana wajah ayah ibunya?

Namun mereka selalu mengelak dan menghindar seolah-olah ada sesuatu yang mereka sembunyikan dari Taehyung.

Taehyun, kembali berpikir jernih dan berpikir baik tentang hal itu, mungkin saja Ara dan Tael, belum sempat atau menunggu waktu yang tepat untuk melihatkan bagai mana wajah orang tua mereka.

"Jangan mengara cerita yang tidak jelas Mina, aku nyakin jika aku terlahir di keluarga Yeon." Guman Taehyung, dan langsung naik keatas kemudian masuk kedalam kamarnya meninggalkan Mina, yang sedang menangis hebat.

"Hiksss, Hiksss, kenapa kisah cintaku seperti ini Tuhan? Hiksss, aku akan membuktikan semuanya Oppa, hikss. Tunggu saja waktu mainnya" ucap Mina, pelan sambil terisak.
.
.
.
.
.

Seorang gadis yang memiliki marga 'Min' itu tengah termenung di kursi taman di belakang rumahnya, pikiran Milea, tidak tenang mengingat kata-kata Taeri, sewaktu tadi.

•Flas Back On•

Milea, dan Taeri, sudah berada di dapur. Keduanya begitu sibuk dengan pekerjaan masing-masing sampai tidak ada obrolan apapun dari keduanya.

Hingga Taeri, merasa tidak enak jika terus berdiam diri seperti itu pada akhirnya dia membuka mulut untuk mengobrol dengan Milea.

"Jika Tante boleh tau, kamu sudah berteman lama dengan Mina?" tanya Taeri.

"Lama banget Tante, kita berteman sejak SD akhir sampai sekarang" jawab Milea, tersenyum manis.

"Pantesan kali terlihat dekat sekali" guman Taeri.

"Emhh... Tante, maaf sebelumnya. Tanten hanya tinggal dengan satu anak? Suami Tante, kemana?" Tanya Milea, hati-hati.

"Suami Tante, sudah meninggal ketika Taehyun, masih bayi. Dan dua anak Tante, hilang akibat kebakaran" jawab Taeri, sedih.

"Jadi, tente memiliki 3orang anak? Dan dua hilang?" Kaget Milea, merasa kasihan.

"Iya. Seseorang telah membakar rumah Tante, 25thn lalu, suami Tante, tidak terselamatkan karena terbakar api, dan dua anak laki-laki Tante, berhasil melarikan diri tetapi sepertinya mereka terpisah" Isak pilu Taeri.

"Nama dua anak Tante siapa?" Tanya Milea, sambil mengusap pundak Taeri.

"Yang pertama Kim Taemin, dan yang kedua Kim Taehyung," jawab Taeri, membuat Milea, membulatkan kedua matanya.

"Ki-kim Ta-taehyung" ucap Milea, terbata-bata.

•Flas Back Off•

Gadis itu mengusap wajah gusar, apa hal ini Mina, sudah mengetahuinya? Atau dia perlu memberikan tau Mina? Atau sebaliknya? Sungguh Milea, pusing sekarang.

"Apa maksudnya ya?! Jadi Taehyun, itu memiliki dua Kaka? Aish, apa mungkin jika Ssaem Taehyung, itu bukan adik dari ayahnya Mina?" Gerutuk Milea.

"Anak Appa, sedang apa di sini malam-malam begini?" Tanya Yoongi, duduk di samping Milea, merangkul pundaknya.

"Ani Appa, Milea hanya tidak bisa tidur saja. Jadi Milea, duduk di sini" jawab Milea, memandangi apanya.

"Tapi inikan sudah malam. Lebih baik sekarang kamu masuk kedalam dan istirahat eumh" perintah Yoongi, pada sang putri.

"Iya, Appa sebentar lagi" ucap Mina.

"Tapi ngomong-ngomong, kakamu belum pulang? Padahal ini sudah malam" tanya Yoongi, sambil melihat jam tangan yang masih melingkar di tangannya.

"Belum. Eonnie, belum pulang. Sudah kebiasaan pulang malam" gerutuk Milea, kesal terhadap sang kka.

"Mungkin sebentar lagi dia akan pulang"

"Cek. Appa, terlalu memanjakan Eonnie, jadinya dia melunjak"

"Shut. Apa tidak pernah memanjakan Eonnie mu, Appa selalu bersikap sama terhadap kalian berdua" jelas Yoongi, memeluk tubuh sangat putri.

"Terserah Appa, saja lah" pasrah Milea.
.
.
.
.
.

"Jika begini, biar aku saja yang turun tangan" usul Mark.

"Kenapa harus kamu? Aku juga masih bisa" ucap salah satu gadis yang bernama Leana, sambil menghisap rokok.

"Cih. Sampai sekarang tidak ada hasilnya. Lelaki itu masih tetap bisa mengelak" pekik Mark, menatap Leana, kesal.

"Sudah kubilang Mark, kita harus pakai cara halus jangan cara kasar" usul Johny, menimpahi.

"Ah. Cara lembut bikin emosi. Sampai kapan kita bersabar dengan cara halus" jawab Mark, sudah terlalu kesal.

"Tidak akan lama lagi. Semua ini akan berakhir" guman Johny, tersenyum menang.
.
.
.
.
.
#TBC.

🌚Sepupu Mesum🌚 End✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang