(Tentang bagaimana menerima dan mengikhlaskan takdir)
*****
Afgan menghela nafas panjang menekan tombol pintu apartemennya, Masuk kedalam.seluruh kenangann segara terputar diingatanyaa seperti kaset yang diputarr berulang..
Apartemen ini adalah tempat tinggalnya bersama Rania..
Tempat ini berisi seluruh kenangan tentang Rania .. Afgan melangkah masuk kedalam kamarr..
Matanya menatap sebingkai foto pernikahanya dengan Rania diatas meja..
"Kenapaa kamu ninggalinn aku raa..." gumanyaa pelann.. mata Afgan mengembun selalu begitu mengingat semua tentang wanita itu benar-benar membuncahkan seluruh perasaan..
"Ini semuaa salah aku ra.. harusnya aku gk pergii.. harusnya aku terus disamping kamu.. " Afgan berdesis parau..
Ia menggulung lengan kemejanya menatap pantulan wajah pucatnya didepan cermin
Pelan ia membuka laci meja rias.. ada beberapa barang disana cutter dan beberapa obat-obat an dari dokter pribadinya
Gemetar ia mengambil cutter Afgan menggeleng..
"Ayoo lawann Afgan lo gk boleh kayakk ginii terus lawann.." hatinya berteriak.. dan sebelum cutter ditanganya menggores lenganya untuk kesekian kali ia menjatuhkan benda itu terduduk dilantai memeluk lutut...Bayangan wajah Dheri tawa riang Alesya senyum ceria Rania berputar di otaknya.. membuat kepalanya peningg
Dokter bilang Afgan mengalami depresi berat sejak meninggalnya Rania.. membuat lelaki itu sering menghukum dirinya sendiri menyakiti diri sendiri..
ini alasan kenapa Dheri tak mengizinkan Afgan pulang keapartemen jika tidak didampingi Antonn..
sudah berkali-kali Afgan menyakiti dirinya sendiri menghukum dirinya sendiri atas apa yang terjadi.. padahal ia sama sekali tidak salah atas kepergian Rania..
Luka-luka ditanganya adalah luka yang ia buat sendiri.."Aargghh.. " Afgan menggeram mengacak rambutnya frustasi.. pelan ia mengambil beberapa obat dari laci menelannya dengan segelas air putih memejamkan mata..
tak ada yang tau dibalik sikap dinginnya, dibalik sikap datarnya, dibalik wibawanya lelaki itu harus bergantung dengan bermacam obat penenang.. sekuat tenaga melawan dirinya sendri.. sekuat tenaga berdamai dengan masa lalu
"Aku kangenn kamu raa.." Gumamnya pelan sebelum mengenakan kembali kacamatanya menatap cermin lalu beranjak keluar
***
Rossa menghela nafas lega mematikan komputernyaa.. lalu meregangkan otot-ototnya. Ia melirik jam pukul sepuluh malam lebihh.. kantor sudah sepi bossnya juga sudah pulang sejak sore tadi..
Hari ini Rossa tepaksa lemburr. Ada banyak pekerjaan yang Rossa harus selesaikan.. karena Anton sedang diluarr kota..
Gadis itu menghela nafas Kenapa perasaan Rossa tiba-tiba tak enak gelisahh . Kenapa dia tiba-tiba kepikiran Afgan.. Rossa menggeleng ayolah chaaa kenapa mikirin pak Afgan terus batinnya..
Ia mengambil tasnya lalu beranjak menuju tempat parkir pulangg..
***
Dan disinilah Afgan sekarang berada tempat pelampiasanya berikutnya.. berada ditengah hiruk pikuk dentuman musik yang diputar keras memekakan telinga..
Tetapi hati dan fikiran lelaki itu kosong ia hanya duduk disatu meja.. memutar mutar gelas ditanganya lantas meneguknya..
Entah sudah gelas keberapa yang ia minum.. Afgan memejamkan mata merasakan pening yang semakin kuat menusuk kepalanya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Because You
Randomtentang Rossa yang harus berusaha menbus janjinya pada seseorangg.. seseorang yang begitu berjasa menyelamatkan nyawanya... tentang Afgan yang terpenjara rasa bersalahh yang membuatnya menghukum diri sendiri dan menyakiti diri sendiri.. lalu saat ke...