Wish

161 49 1
                                    

Bumi berjalan cepat memasuki rumah sakit. Hari ini dia terlambat sekitar satu jam untuk menemani Senja cuci darah. Semua karena dosen yang tiba-tiba mengubah jadwal kelas.

Membuka pintu ruangan, tampak Senja terbaring dengan wajah pucatnya. Menyadari kedatangan Bumi, dia langsung tersenyum manis.

Sudah hampir dua tahun, tetapi senyum Senja masih jadi candu bagi Bumi. Kadar manisnya tidak pernah berkurang, malah semakin bertambah setiap saat.

"Gue pikir gak bakal dateng."

Bumi duduk di kursi, melepas tas ransel dan meletakkannya di bawah. "Datang. Maaf, ya, saya telat."

Senja menggelengkan kepalanya. "Gak papa tau, ngapain minta maaf?"

Bumi tersenyum, meraih tangan Senja lalu dia genggam dengan lembut. Satu-satunya cara agar dia mengetahui apakah Senja kesakitan atau tidak. Sebab, gadis itu tidak pernah mau bicara bagaimana rasanya.

Dengan menggenggamnya seperti itu, akan terasa Senja kesakitan dan mencengkeramnya.

Tubuh Senja semakin kelihatan kurus, tetapi dia tidak pernah menyerah. Tetap berusaha untuk sembuh. Semangatnya yang setiap kali ingin pergi ke rumah sakit, membuat Bumi senang.

"Gimana hari ini?" tanya Bumi. Memulai percakapan supaya Senja tidak bosan selama dua jam ke depan.

"Tadi sebelum ke sini, ayah telepon. Katanya bakal balik seminggu lagi. Agak lebih lama dari bulan kemarin karena katanya ada perpanjangan waktu di proyek. Tapi gue seneng banget!"

Bumi mendengarkan cerita Senja sambil terus mengusapi tangannya yang dia genggam.

"Syukurlah. Kalau gitu, gimana kalau nanti kita ke pasar malam? Ajak bunda juga."

Ide cemerlang Bumi disambut antusias oleh Senja. Dia tampak semangat menyetujui hal tersebut. "Bum, pengen liat rusa, pengen naik kuda!!"

Bumi terkekeh gemas. "Iya, iya. Nanti tunggu kamu pulih dulu, ya."

Senja menggeleng kuat. "Maunya besok!"

Bumi merasakan Senja mencengkeramnya untuk kali kedua. Pandangannya tertunduk membuat gadis itu bingung. "Bumi?"

"Lo kenapa?"

Mengangkat kepala, lalu mengulas senyum palsu. Semata-mata karena tidak ingin gadisnya ikut bersedih. Dia sudah sangat hebat bertahan selama ini. "Gak apa-apa, kita pergi besok, ya?"

Rasa penasaran Senja langsung hilang, digantikan rasa senang karena Bumi menuruti permintaannya.

Bumi membelai lembut pipi Senja, sambil menatapnya dalam seperti biasa. "Kemungkinan terburuknya adalah saya kehilangan kamu. Tapi apa saya sanggup saat hari itu tiba?"

"Enggak, mungkin saya bisa gila."

Film Out | Choi Beomgyu✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang