Saturday Night

241 73 11
                                    

Perkara kepergok Bumi, jadilah mereka berdua saat ini benar-benar jalan bersama. Bumi mendesaknya untuk mengubah kebohongan menjadi kebenaran.

"Bum, sorry banget semalem. Gue serius gak maksud apa-apa."

Bumi melepas helmnya. Kemudian menganggukkan kepala. "Iya, tau. Saya memang mau ajak kamu jalan kok."

"Hah?"

Senja tiba-tiba loading lama. Otaknya berpikir keras. Jadi, itu maksudnya Bumi memang niat? Sampai menelepon ke Bundanya karena dia sedang teleponan dengan Han.

"Udah ayo!"

Bumi menarik tangan Senja lembut. Selembut wajah mungilnya itu. Ah, Senja jadi semakin sulit melupakan Bumi. Atau mungkin sudah tidak bisa? Karena mereka setiap hari bertemu dan semakin dekat.

"Kamu suka tempat ini?" tanya Bumi. Senja mendongak sambil tersenyum antusias. Dia tidak menyangka ada pasar malam yang se-estetik di sini.

"Kok lo tau ada tempat kayak gini, sih?"

Bumi tertawa renyah. "Atas rekomendasi Juna. Sejujurnya saya juga bingung mau ajak kamu ke mana. Saya gak punya pengalaman ajak jalan teman perempuan."

Senja langsung mengatupkan bibirnya yang tadi menganga. Mencerna kembali pernyataan Bumi barusan. Itu tandanya ... dia adalah yang pertama?

"Lo ... belum pernah pacaran?"

Bumi dengan jelas menggeleng. "Gak ada waktu dan gak kepingin aja. Saya lebih prioritaskan kesehatan Ibu."

Mereka berdua berjalan mendekati penjual jagung bakar. Bumi memesan dua biji, lalu mereka duduk sambil menunggu jagungnya matang.

"Kalau kamu?"

Senja menoleh. Tatapan penasaran Bumi saja sangatlah manis. Aduh, ini hati Senja jadi cenat-cenut. "Hm
... hampir. Tapi gak kejadian soalnya dia pindah ke Sulawesi."

"Jauh."

Senja mengangguk. "Dia gak bisa LDR. Ya, gue gak gila juga mau ngikutin dia ke sana."

Bumi mengangguk paham. "Dulu waktu SMP banyak yang suka sama saya. Tapi saya marahin."

Senja tekekeh mendengar itu. "Kenapa deh? Harusnya elo terima aja kalau ada yang lo taksir."

"Gak ada."

"Jelek semua?" tebak Senja menohok.

"Bukanlah."

"Jadi?"

"Gak ada yang kayak kamu maksudnya."

Senja berhenti tertawa. Pipinya kembali memanas karena godaan Bumi. Dia langsung memalingkan wajah, tak ingin tertangkap basah sudah blushing.

Bumi mengepalkan kedua tangan sambil mengulum bibirnya sendiri. Dia tidak mengerti mengapa lancar sekali mengatakan itu.

Semua berkat ajaran Juna.

Penjual jagung adalah sang penyelamat. Dia memanggil Bumi karena pesanan mereka sudah matang.

Mereka berdua makan dalam diam. Tanpa sadar suasana menjadi sedikit canggung. Mereka begelut dalam pikiran masing-masing.

"Senja."

"Bumi."

Saling memanggil secara serentak. Mereka berdua kemudian sama-sama tertawa.

"Lo mikir apa yang gue pikirin gak sih?"

Bumi menggelengkan kepalanya. "Gak. Saya gak bisa baca pikiran orang."

Senja mengangguk sambil memaksakan senyumnya. "Oke."

Setelah makan, giliran Senja yang menarik Bumi untuk mencoba naik bianglala. Bumi menyadari ada kebisingan dari belakang, ternyata ada gerombolan anak-anak yang menyerbu untuk naik.

Nyaris Senja ditabrak kalau saja Bumi tidak menariknya. Namun, insiden pelukan tanpa sengaja pun terjadi.

"Ah, maaf."

Senja menjauhkan diri, dia langsung kikuk dan kaku. Menahan bibirnya untuk tidak tersenyum. Satu hal yang perlu dia ungkapkan ....

Bumi sangat hangat. Alias pelukable, alias cuma Senja yang berhasil dipeluk oleh seorang Bumi.

 Alias pelukable, alias cuma Senja yang berhasil dipeluk oleh seorang Bumi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gemes bgt Beomgyu jodoh siapa anda heh😔

Film Out | Choi Beomgyu✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang