Awake

171 49 5
                                    

Senja menggenggam erat telapak tangan Bumi. Seseorang yang sampai hari ini masih berada di sampingnya. Menemaninya berjuang dan bertahan.

Wajahnya sudah tidak secerah dulu, tetapi bagi Bumi, Senjanya adalah sosok yang paling bersinar dan indah. Tidak peduli ada apa dengan kondisinya, wajahnya. Apa pun yang terjadi, cintanya untuk Senja tidak akan berubah.

Sebentar lagi genap tiga tahun mereka berpacaran. Setiap perayaan hubungan mereka, Bumi akan selalu memberi hadiah kecil dan manis.

Tahun pertama dia membelikan semua novel-novel favorit Senja, tahun kedua Bumi membelikan kalung liontin dari hasil menabungnya. Tahun ketiga belum tertebak apa yang diberikan olehnya nanti.

Lalu Senja? Dia membelikan Bumi banyak susu cokelat dan es krim. Kemudian tahun berikutnya bunga mawar untuk mereka berikan kepada mendiang Ibunya. Hal itu pun sangat menyentuh hati Bumi.

Sekarang mereka berdua ada di kamar Bumi, rumah baru yang dibelikan ayahnya beberapa bulan yang lalu. Karena selalu Bumi yang menemaninya, kini giliran dia yang menemani Bumi mengerjakan tugas.

Bumi tampak sangat fokus menatap laptop. Seperti sudah terbiasa mengetik dengan satu tangan, Senja jadi tertawa geli sendiri. Orang-orang pasti akan berpikir mereka berdua adalah sepasang kekasih yang sangat bucin!

"Gak susah kamu?"

Bumi tertegun beberapa saat. Bukan karena suara tawa Senja, melainkan panggilannya barusan. Kamu.

Senja yang tadinya tertawa jadi merasa bingung. "Kenapa? Kok liatinnya gitu?"

"Kamu?"

Senja berkedip lamat. "Iya, kamu, Bumi. Jadi, siapa lagi?"

Bumi tiba-tiba tersipu. Dia tersenyum tapi mencoba menyembunyikannya dengan menutup mulut.

"Ih, Bumi!"

"Enggak, itu kamu gak biasanya panggil saya begitu."

Senja melepaskan tautan tangan mereka. Kemudian mengusap kepala Bumi lembut. Seperti yang selalu dia lakukan kepadanya. Posisi mereka sekarang ini Senja di kasur sedangkan Bumi di lantai. "Bumi, kenapa aku cinta banget sama kamu?"

"Karena saya adalah Bumi. Kamu tau?"

"Tau apa?"

"Bumi dan Senja adalah kolaborasi alam semesta yang paling indah."

Pipi Senja memanas. Dia membenamkan wajahnya di atas kasur, seraya pergerakan tangannya pun berhenti. "Bumi jangan bilang kayak gitu!"

Bumi menghadap lurus ke Senja, menangkup wajahnya yang kini terhalang rambut. Dengan cepat dia mencuri kecupan di pipi gadis itu. "Selamat ulang tahun, Sayang!"

"Bumiiiiii lo udah ngucapin seribu kali dari tengah malem!!!"

Bumi tertawa puas. "Loh, tapi udah ganti aku-kamu. Gimana, sih?"

Karena kesal Senja menjambak rambut Bumi yang kini sudah sedikit memanjang. Membuat sang figur menjerit kesakitan. "Nih, rasain!"

Bumi yang tadi berada di lantai langsung bangkit, hendak membalas Senja. Berniat kabur, tapi sayang Bumi sudah mencekal kedua tangannya. "Kenapa nakal banget? Rambut saya sakit tau?"

"Bodo! Siapa yang suruh cium-cium?"

Awalnya hening beberapa detik, tapi kembali kacau dan penuh teriakan dari mulut Senja karena Bumi menggelitikinya. Satu dari banyaknya kelemahan Senja adalah dia mudah geli.

"AAAAAAAAAAAMPUNNN!!"

Mencoba melepaskan diri, tetapi tenaga Bumi jauh lebih kuat. Setelah puas dan Senja sudah tidak kuat, Bumi memeluk tubuhnya dari belakang. Sangat erat seakan-akan Senja akan pergi.

"Saya ... cinta banget sama kamu." Suara Bumi terdengar lirih di telinganya. Membuat mata Senja memanas, tapi dia berusaha tegar.

"Jelas! Aku cantik. Senja gemes gila parah."

"Iya, pacar saya gemes gila parah."

Senja melepaskan pelukan Bumi, membalikkan tubuh dan berganti memeluknya dari depan. Tubuh hangat Bumi selalu jadi penenang jiwanya yang penuh ketakutan. Di hari-harinya yang lelah, dia sangat bersyukur memiliki Bumi.

"Bumi, ulang tahunku kali ini masih sangat spesial. Karena ada kamu. Apa pun yang terjadi, yang penting ada kamu aku gak apa-apa. Makasih karena udah mau bersama Adila Senja yang banyak kurangnya ini."

Bumi hendak menyela, tetapi Senja lebih dulu melepas pelukan dan turun dari kasur. Dia mengambil alih laptop Bumi, meletakkannya di meja membuat sang pemilik heran. "Mau apa?"

"Mau kasih kamu hadiah."

"Hadiah? Tapi 'kan kamu yang—"

Lagu sudah diputar Senja, gadis itu bersiap-siap. Dia akan menari balet lagi.

Bukannya aku percaya, tapi aku ingin bertahan. Karena hanya inilah yang bisa aku lakukan.

Aku ingin tetap tinggal. Aku ingin lebih banyak bermimpi. Meski yang kukatakan, "Saat ini adalah waktunya untuk pergi."

Inilah kejujuranku. Aku mungkin akan dipenuhi oleh luka, tapi inilah keyakinanku. Meski begitu, aku masih ingin berjuang.

Bumi tidak berkedip, semakin lama bola matanya berkaca-kaca. Senja dan tariannya begitu indah. Kali kedua dia diizinkan melihat itu oleh Senja. Tanpa diminta, gadis itu melakukannya sendiri dengan tulus.

Lagu selesai dan Senja pun tergeletak lemah di lantai. Namun, dia masih bisa tersenyum manis. Bumi ikut berbaring di sebelahnya, dia mengulurkan tangan, membelai lembut pipi mulus Bumi.

"Senja akan selalu bangun untuk Bumi. Jangan menangis."

Bayangin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bayangin. Tidur ditatap Beomgyu kaya gitu...

©Awake-Jin
©Video cover by Ericka Goss
©Translate by Ryarmy

Film Out | Choi Beomgyu✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang