Always

159 49 5
                                    

I still can't believe it.

All of this seems like a dream.

Don't try to dissapear.

Will you promise me?

----------

Semakin hari kesehatan Senja semakin menurun. Hingga hari ini dia harus dirawat di rumah sakit karena tiba-tiba tidak sadarkan diri saat siaran.

Ayah dan Bundanya langsung pergi menjemput anak semata wayang mereka, meninggalkan segala aktivitas demi keselamatannya. Apa pun yang terjadi, anak mereka adalah yang utama.

Ada alasan mengapa mereka hanya punya Senja. Bukan karena Mia tidak ingin hamil lagi, tetapi memang dia tidak bisa. Ada kista di rahimnya sehingga dia memutuskan untuk melakukan operasi pengangkatan rahim.

Sama seperti mendiang ibunya, mereka memiliki riwayat penyakit yang sama. Namun, Mia tidak ingin meninggalkan Senja dan Rusdi begitu cepat. Jadi, dia berani mengambil keputusan itu meskipun dia harus menerima kenyataan pahit yakni tak bisa hamil lagi.

"Senja kita waktu tidur masih keliatan cantik," gumam Mia di samping Rusdi. Mereka tengah memandangi putri mereka yang tengah tertidur di bangsal rumah sakit.

"Kayak kamu. Persis," balas Rusdi. Membuat mata Mia kian memanas.

"Aku takut."

Saat ini yang bisa Rusdi lakukan hanyalah menenangkan istrinya. Yang diungkapkannya tidak bohong, dia benar-benar ketakutan. Sampai-sampai setiap tengah malam dia selalu terbangun karena ingin memastikan Senja masih bernapas.

"Ada aku. Senja kita pasti sembuh." Rusdi mengusap-usap bahu Mia agar dia merasa sedikit lebih tenang.

Karena sudah malam, Rusdi dan Mia memutuskan untuk pulang. Berhubung Bumi sudah bilang bahwa dia bisa menjaga Senja. Lagi pula Mia butuh istirahat yang cukup setelah lelah bekerja dan mengurus Senja.

Pemuda itu datang sambil menggendong tas besar berisi gitar miliknya. Dia berencana ingin bernyanyi untuk Senja malam ini sekaligus menjaganya.

"Titip Senja, ya." Bumi membalas Mia dengan anggukan kepala. Setelah orang tua Senja keluar, Bumi mengambil posisi duduk di kursi sebelah ranjang tidur Senja.

Gadis itu masih terlelap, enggan membuka mata. Dia semakin banyak kehilangan berat badan, sudah tidak sebugar dulu.

Bumi mengusap pipi Senja dengan sangat lembut. Entah sudah kali ke berapa dia menemani Senja di rumah sakit saking seringnya. "Senjanya Bumi, kapan bangun?"

"Saya bawa gitar, mau dengar kamu nyanyi lagi."

Mengambil gitarnya lalu dia taruh di pangkuan, jari-jarinya dengan lentik memetik senar gitar secara perlahan.

Tak lama permainannya terhenti, mungkin Senja merasa terusik dan akhirnya dia bangun. Bumi mengulas senyum tipis. "Mau minum?"

Senja menggelengkan kepala lemah. Wajahnya kini benar-benar pucat. Tak ada keceriaan yang selalu Bumi lihat pada diri Senja dulu. "Bawa gitar?" tanya Senja dengan suara serak.

"Mau nyanyi buat kamu."

Gantian Senja yang mengulas senyum. Bumi memang selalu punya cara untuk menghibur dirinya. Dia pun mulai memainkan kunci lagu Always by Isak Danielson.

And for every song, there's a song we're not singing
For every step, there's a step we're not taking
So let me know if there's something I'm missing
'Cause this is all I need

So say we'll be always, always
Say it will be you and me to the old days
Let us be always, always
Through the highs and the lows, we'll be always..

Tanpa sadar air mata Senja mengalir. Membuat Bumi langsung menghentikan permainannya. "Kenapa, hm?"

Senja tahu, Bumi mengode ingin dirinya tetap bertahan agar mereka bisa selalu bersama. "Bumi, I'm sorry."

Bumi menganggukkan kepala. Dia tahu, dan memang sudah seharusnya seperti ini. Ada sesuatu yang tidak mungkin bisa dia paksakan untuk menjadi kenyataan. Termasuk meminta Senja untuk bertahan.

Senja bangkit, kemudian merentangkan tangan memeluk Bumi. Tubuh hangat Bumi sukses membuat hatinya semakin kacau. Dia ingin sekali bisa terus memeluknya seperti ini. Selama yang dia mau, selama yang dia bisa.

"I can't promise anything, but I'll try my best."

Bumi mengangguk lagi. "Saya tau, Senja," balasnya sambil mengusap punggung Senja.

"Saya hanya ...."

Bumi menenggelamkan wajahnya ke ceruk leher Senja. Menghirup aroma manis dari tubuh Senja sedalam-dalamnya. "Saya hanya gak sanggup kalau harus kehilangan kamu."

Di tengah malam itu, air matalah yang paling mendominasi kebersamaan mereka.

Hanya air mata.

Film Out | Choi Beomgyu✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang