Seharusnya hari ini Senja dan Bumi mengunjungi Branchsto Ganesha untuk berkuda. Akan tetapi, Bumi menelepon dan membatalkannya karena hendak menjenguk Bintang.
Yang membuat Senja sedikit menaruh curiga adalah Bumi yang tidak mengizinkannya untuk ikut. Karena itu dia memutuskan untuk pergi secara diam-diam, menyusul Bumi.
Senja menunggu Bumi keluar di dalam taksi dari kejauhan. Karena dia pun tidak memberitahu Bintang di rumah sakit mana. Menambah rasa penasaran Senja untuk mengetahuinya.
Saat Bumi keluar, dia menyuruh sopir mengikuti Bumi secara perlahan. Mengekorinya sampai ke rumah sakit yang sama dengan dirinya biasa cuci darah dan periksa kesehatan.
Membayar tagihan dan mengucap terima kasih, Senja lalu masuk ke dalam rumah sakit. Kalau-kalau seandainya dia ketahuan, mungkin dia akan memberikan alasan bahwa dia sedang bertemu dokter Raden.
Tertinggal jejak, Senja akhirnya bertanya kepada resepsionis. Kebetulan juga dia sudah kenal karena dia sering keluar masuk rumah sakit.
Setelah mendapat informasi gadis itu langsung beranjak menuju ruangan Bintang. Senja sampai di sana bersamaan Bumi yang didorong dari dalam ruangan oleh seseorang.
Senja menutup mulutnya, terkejut dengan apa yang dia lihat sekarang. Sosok yang mendorong Bumi tidak lain dan tidak bukan adalah Rian. Dia juga bisa melihat aura kemarahan dari wajahnya. Oh, ya, saat ini dia sedang bersembunyi di balik tembok.
"Mau ngapain lo?" ketus Rian tak santai.
Juna menyusul, mencoba menenangkan Rian agar tidak terjadi keributan. Akan tetapi, Rian menghempas Juna. "Jangan tahan-tahan gue."
"Yan, dia temen lo, temen kita."
Bumi bangkit, masih tidak menyerah berusaha untuk masuk. Dia ingin bertemu Bintang dan meminta maaf. Namun, lagi-lagi Rian menghalangi. Kali ini memberikan pukulan keras di wajahnya yang mulus itu.
Senja tidak bisa membiarkan itu. Spontan dia memekik dan berlari menghampirinya. "Bumi!"
Juna dan Rian menoleh, sedangkan Bumi masih tersungkur dengan rasa nyeri dan perih di wajahnya.
Rian tersenyum miring. "Ini dia kesayangan lo?"
Masih dengan wajah terkejut bercampur marah pada Rian. "Lo apa-apaan?!"
"Lo yang apa-apaan!"
Bumi menyeka sudut bibirnya yang berdarah, mencoba bangkit dan hendak membawa Senja pergi dari sana. "Ayo pergi."
Senja menolak, dia bersikeras ingin mendengar alasan Rian memukul Bumi yang baru saja datang. Bahkan dengan niat baik untuk menjenguk, bukan mencari keributan.
"Lo ada masalah apa sama Bumi ha?"
Juna menepuk jidatnya kasar. Situasi semakin runyam karena Rian terus membalas dan Senja tidak mau pergi.
"Gue pantes kayak gitu ke dia. Setelah apa yang udah dia lakuin dan semua itu karena lo!" balas Rian penuh penekanan.
Senja mengernyit, tidak mengerti mengapa dia jadi dibawa-bawa dalam permasalahan mereka.
"Ayo, Senja. Kita pergi." Bumi menarik tangan Senja, tetapi gadis itu mengempasnya. Memilih untuk menuntut penjelasan Rian.
"Gue?"
"Gara-gara lo Bumi batalin semua janji dan rencana yang udah kita bikin bareng-bareng. Sebelum ada lo Bumi gak kayak sekarang. Lo siapa bisa ngerubah dia? Bahkan jadiin dia kayak babu? Lo suruh ini-itu, temenin ke sini-ke situ. Lo udah sakit-sakitan nyusahin—"
BUGH!
Tidak dapat lagi menahan diri, Bumi akhirnya melayangkan pukulan ke wajah Rian. Karena perkataannya Senja bisa berpikir negatif dan akan berpengaruh pada kesehatannya. "JANGAN SALAHIN SENJA!"
Mereka semua kaget bukan main. Termasuk Senja yang jarang sekali melihat Bumi marah. Bahkan mungkin tidak pernah. Bumi adalah sosok yang lembut dan manis. Namun, kali ini ....
"Gak masalah kalian musuhin saya, tapi saya ke sini mau jenguk Bintang. Dan Senja sama sekali gak bersalah, dia gak pantas dapat kata-kata kayak tadi."
Rian bergeming di sebelah Juna. Dia pun tidak tahu harus berbuat apa karena menurutnya Rian dan Bumi sama-sama salah.
"Gue di sini sebagai pihak yang bingung, cuma mau ngomong," sela Juna. "Elo, Bum. Harusnya gak selalu ingkar janji demi penuhi semua keinginan dia," ucapnya sambil menatap Senja.
"Dan lo," ucapan Juna menggantung. Setelah mengembuskan napas panjang dia melanjutkan, "sekali dua kali gue maklumi. Tapi ini udah keterlaluan, lo udah bikin Bumi jaga jarak sama kami."
"Terserah deh lo berdua mau apa, asal jangan balik ke sini. Gue gak mau liat semuanya makin kacau."
Dada Senja mendadak diserang sesak yang begitu hebat. Dia sama sekali tidak menyangka kalau dirinya sudah menyakiti banyak orang. Air matanya pun menetes begitu saja.
"Gue ... gue—minta maaf." Senja langsung pergi setelah mengatakannya. Meninggalkan Bumi dengan perasaan berkecamuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Film Out | Choi Beomgyu✓
Hayran Kurgu❝Bumi dan Senja adalah kolaborasi alam semesta yang paling indah.❞ ©Puputt_09 2021