Next Story?

166 53 15
                                    

Sudah satu bulan sejak Bumi menutup aplikasi buatannya secara resmi. Dia sendiri bahkan tidak menyangka jika perjalanannya akan cukup rumit. Namun, sejak hari itu, dia semakin paham bahwa segala sesuatu pasti memiliki 'akhir'.

Bertemu dengan Senja rasanya seperti mendapat hadiah dari Tuhan, lalu ditinggal pergi olehnya, apakah ini sebuah kutukan?

Tidak. Sederhananya, jika sesuatu diberikan oleh Tuhan, maka suatu saat pun akan diambil lagi olehnya. Siap tidak siap, suka tidak suka.

Dan Bumi sudah melakukan yang terbaik, dengan memberikan Senja banyak cinta sampai pada napas terakhirnya.

Senyum itu akhirnya terbit dengan perasaan lebih lega dari pada waktu sebelumnya. Meskipun masih merindu setiap mengunjungi makam Senja, hari ini rasanya ada perbedaan. Hatinya jauh lebih lapang.

"Senja, apa kabar kamu?"

"Saya rindu banget. Kamu juga nggak?"

Bumi mengusap baru nisan Senja, masih dengan senyum yang tak luntur. "Udah dua hari kamu gak dateng ke mimpi saya. Apa kamu marah? Apa saya bikin kesalahan?"

"Malam ini datang, ya? Supaya rindu saya sedikit terobati."

Hari sudah semakin sore. Dia sudah lama sekali berjongkok di sana, bercerita panjang lebar tentang hari-harinya meskipun dia tahu Senja tak akan bisa mendengarnya.

"Senja, saya takut bertambah umur. Ayah mulai goda-goda soal calon menantu. Ish, saya 'kan cuma cinta sama kamu."

Benar, selama itu Bumi tidak pernah jatuh cinta lagi. Senja adalah yang pertama baginya, tentu saja sulit untuk membuka hati lagi. Karena pun Senja saja sudah sangat sempurna untuknya.

"Kalau bisa, kamu marahin aja ayah dari mimpi. Keluarin kemampuan ngomel kamu ... ah saya jadi pengen denger ocehan kamu. Udah lama banget gak denger."

Bumi sedikit mencondongkan tubuhnya, lalu mengecup singkat batu nisan bertuliskan nama lengkap Senja. "Saya pulang, ya, sayang. Mari bertemu di mimpi malam ini. Love you!"

Begitulah rutinitas yang selalu dia lakukan. Tak pernah absen untuk mengunjungi makam Senja. Sudah dia wajibkan dan tidak boleh terlewatkan.

Di perjalanan pulang tanpa diduga hujan turun begitu lebat. Bumi terpaksa harus berteduh di depan ruko kosong. Beberapa orang yang tidak membawa jas hujan pun ikut berteduh dengannya.

Bumi menunduk melihat jam bertepatan dengan seorang gadis berlari dan berdiri di sebelahnya. Tubuhnya basah kuyup dan menggigil kedinginan.

Bumi peka terhadapnya, dia pun melirik dan seketika tangan dan kakinya lemas tiba-tiba. Jantungnya berdegup cepat seraya matanya membelalak tak percaya.

"Ngapain lo liatin gue kayak gitu?" sarkasnya dengan bibir yang sedikit membiru.

Daripada menanggapi itu, Bumi langsung membuka jaketnya dan memakaikannya pada gadis itu. Aksi spontan Bumi pun memicu kerutan di dahinya.

"Nama kamu siapa?"

"Kenapa lo mau tau? Penting buat lo?"

Bumi mengangguk serius. Gadis itu terdiam beberapa saat, memerhatikan Bumi agak lama karena dia cukup heran dengan pria yang tiba-tiba berbuat baik di antara orang lain di sekitar.

"Mentari. Puas? Sekarang gantian gue yang nanya."

Bumi meneguk ludahnya susah payah. Dia mencoba mengontrol diri agar tetap tenang.

"Lo orang jahat apa bukan?"

Pertanyaan macam apa itu? Bumi kaget tapi sekaligus merasa lucu. "Dih, kenapa ketawa?"

"Kenapa kamu tanya itu? Kalau saya jahat, harusnya sekarang udah macam-macam lah."

Mentari, gadis SMA yang kehujanan dengan masih menggunakan seragam sekolah itu terdiam lagi. Lalu, membalas, "Kalau gitu, gue boleh minta tolong?"

"Tolong?"

Mentari menganggukkan kepalanya. "Bawa gue, ke mana aja. Sekalipun lo ternyata orang jahat, gue bakal tetep berterima kasih kalau lo mau bantu gue, Kak."

Setelah ada angin yang berhembus sangat kencang, menyibak rambut Mentari dan menampakkan luka di dahi yang tertutup oleh poninya.

Entah perasaan apa yang saat ini tengah menyelimuti hati Bumi, yang jelas dia terkejut karena satu alasan. Wajah Mentari sungguh mirip dengan Senja. Hanya berbeda di tinggi badan dan lesung pipi. Mentari tidak memilikinya, sedangkan Senja ada.

"Woi! Lo mau bantu gue, apa mau liatin gue sampe subuh? Hujan udah berenti nih!"

"Woi! Lo mau bantu gue, apa mau liatin gue sampe subuh? Hujan udah berenti nih!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

😌

Film Out | Choi Beomgyu✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang