Bittersweet

171 59 10
                                    

Hari ini adalah hari yang paling menegangkan bagi Bumi dan Senja. Mereka berdua tengah berada di ruang tengah rumah Senja untuk melihat hasil tes masuk ITB.

Bumi terlalu fokus, sebelah tangan dia gunakan untuk mengotak-atik laptop, sebelah lagi untuk menggenggam tangan Senja.

Dia terus meracau, "Senja, saya deg-degan banget!"

Senja tak memberi respons, hanya diam dan Bumi tidak menyadari itu. Matanya berbinar menatap layar laptop, dan saat web terbuka memampangkan hasilnya Bumi langsung berteriak heboh sekali.

"HUWAA SENJA SAYA LOLOS!"

Bumi mengeratkan genggaman tangannya, tetapi Senja terus diam. Barulah Bumi tersadar setelahnya.

Bumi menoleh dan terkejut melihat Senja malah tertidur di atas meja. "Senja?" panggilnya sambil mengguncang tubuh Senja.

Namun, tak ada pergerakan meskipun Bumi sudah mencoba lebih kuat. Wajah Senja juga sangat pucat dan berkeringat. Telapak tangannya dingin sekali.

"Senja bangun!"

Bumi mulai panik. "Bunda!"

"Bunda Senja kenapa gak bangun?!"

Bunda yang tengah menyiapkan makan siang langsung berlari menghampiri ruang tengah. Melihat kondisi Senja, Bunda langsung menepuk jidatnya kasar. "Astaga, Senja!"

"Bumi bisa hidupkan mesin mobil bunda? Cepetan kita harus ke rumah sakit!"

"Eng- ini kenapa, Bun? Senja kenapa?"

"Jangan banyak tanya! Cepattt!!"

Mengurungkan niat untuk mendesak sampai mendapat jawaban pasti, dia pun segera menerima kunci mobil dan menghidupkannya. Bunda menggendong Senja, membawanya ke dalam mobil bagian belakang.

Bumi duduk di sebelah Senja. Memeluk tubuhnya yang terlihat sangat lemah. Sedangkan Bunda dengan cepat melaju ke rumah sakit.

Di sepanjang perjalanan Bumi terus memandangi wajah Senja yang kiat memucat, dadanya mulai sesak dan muncul ketakutan.

Sesampainya di rumah sakit, Senja langsung dibawa ke ruang cuci darah. Membuat Bumi mematung di tempatnya berdiri. Bingung harus bagaimana saat ini.

Bunda pun tampak bingung bagaimana cara menjelaskannya kepada Bumi. "Nak, maafin Bunda. Bunda gak bisa bilang karena ... karena Senja melarang."

Bumi bergeming, tak berbicara sama sekali.

"Bum-"

"Sejak kapan ...."

Bunda mengulum bibirnya, tak sanggup menjawab pertanyaan Bumi.

"Sejak kapan, Bunda?" ulang Bumi dengan air mata yang sudah memupuk di kelopak mata.

"Sepuluh bulan yang lalu. Bumi, maafin Bunda. Jangan marah sama Senja," lirih Bunda yang kini pun mulai ikut menangis.

Bumi menundukkan kepala, tersenyum getir seraya bulir bening jatuh ke lantai.

Mengapa selama itu dia tidak tahu apa-apa? Selama ini dia ke mana? Bagaimana bisa dia tidak tahu gadisnya sedang sakit?

"Senja, kenapa kamu pandai sekali menutupi luka dan berpura-pura baik-baik saja?"

Adila Senja, kekasih Bumi yang paling menggemaskan itu mengidap penyakit gagal ginjal.

Film Out | Choi Beomgyu✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang