Film Out | Choi Beomgyu✓

Blue Hour

Satu tahun setengah sudah mereka menjalin hubungan. Mudah? Jawabannya tidak terlalu sulit. Karena sampai hampir menjelang ujian nasional dan ujian tes masuk ke universitas mereka terus bersama.

Senja pun kini sudah mulai dekat dengan Rian, Juna dan Bintang. Walau awalnya dia sangat kesal dengan Bintang.

"Kamu masih ingat 'kan janji yang waktu itu?" tanya Bumi pada Senja. Mereka berdua tengah duduk di bawah pohon maple yang mengarah ke langit tepat matahari akan terlihat terbenam.

"Ingat, masuk universitas yang sama, kan?"

Bumi tersenyum, kemudian membelai lembut rambut Senja yang berada di atas pahanya. "Iya, kamu mau ambil jurusan sastra, kan? Belajar yang bener."

Senja mencebikkan bibirnya kesal. "Jadi menurut lo gue gak pernah belajar?"

Bumi terkekeh, kesalnya Senja selalu jadi hiburan tersendiri bagi Bumi. "Bukan, maksudnya lebih giat. Supaya nilainya memuaskan."

"Iya, Bumi, iya."

Bumi menengadah. "Oh, lihat! Mataharinya mau tenggelam, Senja."

Senja mengangguk, matanya berbinar karena pemandangan senja kali ini jauh lebih indah ketika dilihat bersama Bumi. "Cantik."

"Kayak kamu."

Lagi dan lagi Senja tersipu. Bumi selalu punya cara untuk menggombalinya. Seperti tidak kehabisan ide.

"Bumi," panggil Senja.

"Hm?"

"Lo tau, terkadang sesuatu yang indah gak bisa bertahan lama."

Bumi bergeming. Tidak mengerti mengapa Senja tiba-tiba berbicara seperti itu.

"Jangan bingung, gue cuma ngomong kok."

"Memangnya kenapa kalau yang indah itu gak bertahan lama?" tanya Bumi.

"Gak apa-apa. Gue cuma ngomong, Bumi ...."

"Iya, Senja, tauu," balas Bumi. "Bukannya segala sesuatu memang gak ada yang abadi?"

Kini giliran Senja yang bergeming.

"Meskipun begitu, kita bisa menyimpannya sebagai kenangan."

Senja menatap wajah Bumi tepat di atasnya. "Bukannya beberapa kenangan itu menyakitkan buat diingat? Kehilangan seseorang misalnya?"

"Tergantung."

"Tergantung?"

Bumi mengangguk. "Tergantung siapa yang ditinggal dan siapa yang meninggalkan."