Juna baru pindah ke kompleks yang sama dengan Bumi beberapa minggu yang lalu. Tidak ada tujuan khusus, ya, karena kebetulan ada satu rumah yang kosong saja.
Karena itu Juna sering sekali main-main ke rumah Bumi. Terkadang mengajak ayah temannya bermain catur sembari menunggu Bumi pulang.
"Kamu ini kapan punya pacar? Masa hari-hari mainnya ke sini. Bisa-bisa kamu dikira pacaran sama Bumi."
Juna tertohok mendengarnya. Lagian, dia masih sangat waras untuk menyukai sesama jenis. "Mulutnya, Om, lemes banget kayak rante baru dikasi oli."
Bayu terkekeh geli, dia hanya menggoda Juna saja. Tidak seserius itu. "Lagian, playboy masa insaf."
Juna menghela napas panjang, lalu memasang wajah sok serius. "Gini, Om. Kehidupan itu seperti roda, berputar. Kadang di atas, kadang di bawah—"
"Ya sekarang kamu lagi di bawah, kan? Kepijek telek ayam nggak?"
Juna mencoba untuk tetap tegar. Terkadang Bayu bisa jadi se-mengesalkan ini. "Om, pulang nih."
"Dih ngambek."
"Sabar, Jun. Orang sabar makin ganteng."
Bayu berdecih, "Ganteng doang, pacar kagak ada."
"Demi apa ya, Om, pengen banget nyumpel mulut Om pake sendal tapi saya masih mau sopan."
Perdebatan tidak berfaedah itu berakhir saat Bumi pulang, dan ketika Juna menoleh wajahnya spontan pucat karena Bumi tidak sendiri. Dia bersama sosok yang sudah tidak ada bertahun-tahun yang lalu.
"AAA ADA SETANNN!"
Juna ngacir lari masuk ke kamar Bumi dan menguncinya rapat-rapat. Mentari yang melihat itu kebingungan sendiri, yang dia maksud setan itu adalah dirinya? Mentari sungguh tak tahu apa-apa.
Bayu sendiri hanya bisa terdiam sambil terus memandang lurus Mentari. Bumi paham mereka semua pasti terkejut, karena wajah Mentari dan Senja memang mirip. Hanya berbeda di lesung pipi saja.
"Gak kayak yang ayah pikirin."
"Memangnya kamu tau apa yang lagi ayah pikirin?"
Bumi menganggukkan kepalanya. Tentu saja orang-orang akan menganggap Senja bangkit dari kubur.
Bayu menyilangkan kakinya sambil menyatukan kedua tangan. "Nama kamu siapa?"
Sama seperti pertanyaan Bumi ketika dia dan pria itu bertemu pertama kali. Yang ditanya adalah namanya. "Mentari, Om. Biasa dipanggil Tari."
"Gak jauh beda," gumam Bayu, tetapi masih bisa didengar Mentari.
"Beda maksudnya, Om?"
Bayu menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Kamu udah makan? Pasti baru aja kehujanan, kan?"
Mentari mengangguk pelan. Bayu pun beralih menatap Bumi. "Apalagi? Ambil handuk sama baju ganti dong."
Bumi merasa lega karena Bayu tidak memarahinya. Atau menanyakan hal yang macam-macam dengan Mentari. "Kamu tunggu di sini, atau duduk sama ayah saya."
Mentari menampakkan ekspresi tidak ingin melakukan saran dari Bumi. "Yaudah, tunggu di sini aja."
Bumi beranjak dari sana menuju kamarnya. Namun, sialnya masih dikunci dari dalam oleh Juna. "Juna buka!"
"GAMAO ADA SETAN!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Film Out | Choi Beomgyu✓
Fanfic❝Bumi dan Senja adalah kolaborasi alam semesta yang paling indah.❞ ©Puputt_09 2021