Bumi menatap kosong ke luar jendela. Memandangi air hujan yang turun begitu deras di malam tepat pukul dua belas.
Sembari tangannya senantiasa menggenggam jepit rambut bunga, tentu saja milik dia yang sudah lama tiada.
Senja, terhitung sudah lima bulan sejak dia mengembuskan napas terakhirnya.
Bumi ingat sekali, gadis itu akan sangat cerewet bila hujan turun. Menyuruhnya memakai kaos kaki, menyediakan selimut tebal, sampai tidak diperbolehkan menghidupkan pendingin ruangan.
"Kalau kamu gak nurut, saya bakal datang dan tarik telingamu!"
Mengingat itu, Bumi terkekeh sendiri. Wajah lucunya masih sangat jelas di ingatan. Senyum manisnya pun selalu terbayang dan enggan untuk pudar.
"How can i live without you, Senja?"
"Bandung malam ini turut bersedih karena saya sangat merindukanmu."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
