Chapter 1

2.3K 103 0
                                    

"Mom, Dad! Aku berangkat dulu!" Teriak seorang gadis dengan mengigit selembar roti di mulutnya.

"Hati-hati nanti kau tersedak, sayang!" Peringat ibunya.

"Baiklah! Aku berangkat!"

Pagi ini sudah menunjukkan pukul 08.20. Yang berarti 10 menit lagi bel sekolah berbunyi. Baru kali ini ia benar-benar bangun kesiangan karena menonton serial televisi favoritnya semalaman. Dengan rambut yang dicepol asal-asalan dan baju yang tidak rapi, gadis itu berlarian keluar rumah.

"Sialan! Kenapa waktu berjalan cepat! Jika aku terlambat, matilah aku!" Gumam gadis itu sambil berlarian.

Sekolah tinggal berjarak beberapa puluh meter di depannya. Ia melirik jam dan mendapati pukul 08.29. Matanya membola terkejut, satu menit lagi menentukan nasibnya hari ini! Ia berlari sekuat tenaga.

"Tunggu!!" Teriaknya kepada security sekolahnya. Untung saja ia berteman baik dengan pak Albert, selaku security. Pak Albert hanya menatap gadis ini sambil menggelengkan kepalanya. Tumben gadis ini terlambat.

Gadis ini segera masuk kedalam gerbang sebelum gerbang menutup sepenuhnya. Ia tersenyum dan melambai kepada pak Albert sambil mengucapkan terimakasih. Syukurlah! Ia tepat waktu!

"Tumben kau terlambat, Vale," Ejek Liana.

"Aku bangun kesiangan karena menonton serial romansa Before we go."

"Kau benar-benar menontonnya?!"

"Tentu, ada Chris Evans disana! Kau tau aku benar-benar sangat menyukainya!"

Valeria Cadenza. Umurnya baru saja menginjak 17 tahun. Ia bersekolah di Beaumont High School, London. Gadis berambut pirang bergelombang sepunggung, iris mata bewarna hazelnut, memiliki tinggi dan berat badan proporsional. Anak semata wayang dari pasangan Mr. Hans dan Mrs. Elina. Namun, ia begitu dibebaskan oleh kedua orang tuanya. Memiliki sahabat bernama Liana, mereka baru saja bersahabat setelah memasuki SMA.

Liana hanya memutar kedua bola matanya. Sudah tidak asing lagi jika sahabatnya satu ini benar-benar menyukai Chris Evans. Semua film yang dimainkan oleh Chris Evans pasti tak akan pernah terlewatkan satu pun oleh sahabatnya ini.

"Andaikan aku bisa menontonnya! Namun, ibuku selalu mengomeliku jika pukul sebelas malam aku belum tidur."

"Poor you, Liana."

Liana menghela nafas sedih, ibunya benar-benar sangat overprotective padanya. Itu dikarenakan, ia hanya anak semata wayang.

Sementara itu dari kejauhan, seorang lelaki sedang mengamati semua kegiatan yang dilakukan oleh mate nya. Ia sudah mengamati mate nya sejak gadis itu berusia 15 tahun. Namun, tidak ada yang menyadari keberadaannya. Ia sudah menggembara selama 24 tahun lama atau 240 tahun dalam usia Vampire, untuk menemukan mate nya. Senyumnya selalu ia tampilkan saat mengamati gadisnya. Ia hanya perlu menunggu waktu yang pas untuk mengambil mate nya.

***

Saat ini Louis sudah kembali ke dunia immortal. Setelah memastikan bahwa mate nya sudah memasuki rumah, ia langsung kembali untuk meminta ijin kepada kedua orang tuanya.

"Kau kembali, Louis?" Tanya Lucio.

"Hm."

"Apa kau tidak lelah mengamati mate mu selama 9 tahun ini? Kenapa tidak langsung mengambilnya saja?"

"Aku menunggu saat yang tepat."

"Masalahnya kapan saat yang tepat itu akan datang?" Tanya Luke yang sejak tadi menyimak pembicaraan kedua kakaknya.

Louis Xavier Adelard. Lelaki berusia 24 tahun. Ia adalah seorang lelaki yang memiliki keturunan murni darah vampire dari sang ayah. Dan dia juga yang mengamati mate nya sejak 9 tahun belakangan ini. Ia putra pertama dan memiliki 2 saudara lelaki. Sifatnya yang dingin dan tak tersentuh dengan parasnya yang sangat tampan membuat beberapa maid menyukainya, apalagi karena ia adalah penerus kerajaan Adelard.

Lucio Devona Adelard, saudara kedua Louis yang berusia 22 tahun. Ia merupakan keturunan vampire dan werewolf dari ayah dan ibunya. Hanya saja, ia lebih condong ke keturunan vampire. Lucio adalah lelaki yang cuek dan tidak terlalu memperdulikan masalah mate. Karena ia pasti akan menemukannya nanti.

Luke Aiden Adelard, saudara ketiga yang baru saja berusia 20 tahun. Merupakan keturunan Werewolf murni dari ibunya. Luke merupakan lelaki yang humble dan ramah kepada semua orang.

Mereka bertiga adalah putra dari Mr. Wilone dan Mrs. Mauren. Pemimpin kerajaan Vampire dan Werewolf saat ini. Wilone adalah seorang pemimpin yang tegas dan disegani oleh seluruh rakyat. Begitu juga dengan Mauren, sifatnya yang ramah rupanya menurun kepada anak terakhirnya.

"Dad, mom. Ijinkan aku kembali bersekolah di dunia manusia." Pinta Louis.

"Kau ingin mengamati mate mu dari dekat bukan?" Tanya Mauren.

Louis hanya mengangguk sembari tersenyum tipis. Tentu saja kedua orang tua Louis sudah mengetahui hal itu. Mereka mengijinkan Louis untuk masuk ke Beaumont High School. Ia masuk ke sekolah itu hanya untuk mengamati mate nya. Lagipula sekolah itu milik ayahnya.

"Besok kau bisa langsung masuk."

"Terimakasih, dad, mom."

"Jaga mate mu sebaik mungkin!" Pesan Wilone.

"Pasti!"

Louis keluar dari ruangan kedua orang tuanya. Ia segera kembali ke dunia manusia untuk mengamati sang mate tentunya. Gadis itu sudah seperti candu untuknya. Louis sangat tidak sabar menunggu waktu itu datang.

Ia mengintip dibalik pohon besar diseberang rumah gadis itu. Jendela kamarnya terbuka menandakan bahwa gadis itu masih berada di rumah.

***

Saat ini Vale berada di rumah, ia sudah pulang sekolah sejak 2 jam yang lalu. Ia mencepol rambutnya asal dan memasangkan earphone pada telinganya untuk mendengarkan lagu favoritnya yaitu Breathe - Kenzie.

Ia memandang keadaan luar rumah dengan mengintip dari jendela rumahnya. Vale memandang langit yang cerah dengan cuaca hangat.

Krukk ..

Perutnya berbunyi, meronta meminta asupan makanan. Benar juga! Setelah pulang sekolah, ia belum makan apapun selain mengunyah permen karet. Vale segera menuju ruang makan dan membaca tulisan yang ada di meja makan.

Dear my love,

Untuk makan siang, mom tidak bisa memasak. Jadi beli lah makanan di luar dengan uang ini!

Itulah isi note tersebut dengan uang berjumlah 7 dollar dibaliknya. Vale mengambil uang itu lalu menuju kamar untuk mengambil cardigannya. Ia mengambil 2 dollar untuk ia tabung dan 5 dollar untuk membeli makanan.

Vale menutup pintu rumah dan memasukkan kuncinya kedalam kantong celananya. Ia segera menuju tempat makan yang tak jauh dari rumahnya.

Seseorang mengamatinya dan mengikutinya kemana Vale berjalan. Entah mengapa gadis itu tak pernah menyadarinya.

"Valeria Cadenza." Sebut Louis dengan senyumannya.

----- n o t e -----

Haii! Cerita ke 4 di akun ini udah di upload, aku harap kalian suka sama cerita ini ^^ jika selama proses upload ada beberapa kekurangan yang sekiranya perlu diperbaiki, komen yaa! Terimakasih!

Jangan lupa vote and comments juga!
Supaya aku bisa cepet update!

Follow me on Instagram :
@literasimary_

ETHEREAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang