Chapter 8

629 43 2
                                    

Sudah sekitar 2 minggu lamanya, Vale mencoba beradaptasi dengan Louis dan lainnya. Bahkan ia mulai merasa nyaman dengan kehadiran Louis dan terbiasa dengan segala hal yang ada disini.

Pagi ini entah mengapa, Louis mendapatkan panggilan dari ayahnya untuk menuju ruangannya dan mengharuskan meninggalkan Vale sementara. Namun, sudah agak lama Louis belum kembali. Sampai suara ketukan pintu menghentikan lamunannya.

"Akhirnya kau kembali," ucap Vale sambil memeluk Louis.

"Maafkan aku, meninggalkan sebentar, mate," balas Louis dengan nada yang tak biasa. Vale menatap Louis dan melihat adanya kecemasan yang terpancar dari mata Louis.

"Ada apa?" Tanya Vale.

Louis menghela nafas gusar lalu menatap mate nya. Ia tak terima dengan keputusan ayahnya yang dibuat secara mendadak. Tetapi menolak pun ia tak kuasa.

"Dad akan menugaskanmu di kerajaan mom selama satu minggu. Minggu ini mom tak bisa mengunjungi kerajaannya karena ada urusan lain dan kau dilarang membawa mate mu," ucap Wilone membuat Louis ternganga.

"Dad! Aku memiliki seorang mate, bagaimana bisa aku meninggalkannya? Di kerajaan ini bukan hanya aku bukan? Ada Lucio atau Luke."

"Namun kau putra pertama di kerajaan ini dan kau adalah penerus dua kerajaan nantinya."

Louis mengacak rambutnya kasar dan menghela nafasnya. Ia menatap tak percaya kepada ayahnya. Bahkan meninggalkan mate nya sejenak saja, ia tak bisa. Katakan saja bahwa Louis sangat bucin kepada Vale, karena memang benar adanya. Jika perasaan manusia bisa berubah atau berkurang saat semakin lama bersama pasangannya. Berbeda dengan Louis, perasaannya semakin tumbuh setiap harinya saat bersama Vale.

"Nanti siang aku harus pergi mengurusi kerajaan mom selama satu minggu dan harus meninggalkanmu sendiri," ucap Louis lemah.

"Baiklah, tidak apa-apa, itu sangat penting untukmu."

"Aku berjanji akan segera kembali secepat mungkin, mate. Selama aku pergi jangan keluar kerajaan kecuali kau ditemani oleh pengawal atau mom."

"Bagaimana jika Luke atau Lucio?" Goda Vale.

"Coba saja jika mereka mau, minggu ini Luke harus berlatih pedang bersama dad. Apalagi Lucio dia mungkin akan mendiamkanmu," jawab Louis dengan senyum sinisnya.

Vale memutar kedua bola matanya malas. Benar juga, mereka pasti tak akan mau karena mempunyai kesibukan sendiri-sendiri. Hanya Mauren yang mau menemaninya.

"Ah .. benar juga, minggu ini mom harus mengurusi urusannya bersama dad," ucap Louis yang membuat Vale ternganga. Lalu apa yang harus dia lakukan selama seminggu ini tanpa Louis, mom, ataupun kedua saudaranya? Ini akan menjadi minggu yang membosankan untuknya!

"Lalu bagaimana denganku?"

Louis juga memikirkan bagaimana caranya. Tidak mungkin mengembalikan Vale ke kedua orang tuanya, gadis ini masih kecewa kepada Hans dan Elina.

"Aku akan meminta pengawal untuk menjagamu dengan ketat atau ikutlah dad dan Luke latihan pedang, tapi tataplah mereka dari kejauhan agar kau tak terluka."

"Bolehkah?"

"Tentu. Ingat! Jangan terlalu dekat dengan arena latihan, aku tidak mau kau terluka. Setidaknya saat kau berada disana, dad dan Luke mengetahui keberadaanmu."

***

Sudah sekitar 3 harian ini Vale benar-benar jenuh berada di kerajaan. Bahkan mengamati kegiatan dad dan Luke begitu membosankan. Akhirnya Vale memutuskan untuk berkeliling kerajaan. Tapi tanpa sengaja ia menabrak seorang maid yang sibuk membawa tumpukan kertas.

"Maafkan aku!" Ucap Vale. Maid tersebut langsung menatap Vale dan langsung berdiri lalu menunduk.

"M-maafkan aku, nona! Aku benar-benar tak sengaja! Apa ada yang terluka?" Ucapnya bertubi-tubi.

"T-tidak! Tenanglah! Apa kau mau berteman denganku?" Tanya Vale.

Maid tersebut menatap Vale dengan tatapan tak percaya.

"B-bagaimana bisa saya berteman dengan anda nona, saya hanyalah seorang maid."

"Bagiku kau adalah teman! Siapa namamu?"

"Lena."

"Baiklah Lena, apa kau mau menemaniku berkeliling kerajaan?"

"Tentu boleh, no-"

"Panggil saja Vale. Ini perintah!"

"Baiklah, V-vale."

Lena pun menemani Vale untuk berkeliling kerajaan sembari menjelaskan ruangan-ruangan yang ada dikerajaan. Dan sekarang sampailah mereka di halaman belakang kerajaan. Sangat hijau, sejuk dan bersih! Banyak pepohonan yang menjulang dibalik pagar yang memiliki tinggi sekitar 5 meter.

"Wahh! Sangat indah! Kenapa aku baru tau ada taman sebagus ini?!" Ucap Vale sambil berlarian mengelilingi halaman membuat Lena khawatir jika Vale terjatuh. "Lena! Kemarilah!" Ajak Vale.

Lena segera menuju ke ujung halaman yang terdapat pohon apel dengan beberapa buah yang ranum matang. Sejak tadi Lena tidak fokus mengamati kegiatan Vale, ia menatap sekeliling. Lalu saat ia mendongak dan melihat Vale yang berniat memakan buah apel yang entah sejak kapan sudah berada di genggamannya. Lena langsung membulatkan mata, buah apel itu bukan untuk dikonsumsi! Buah itu sengaja ditumbuhkan sebagai racun oleh Wilone. Entah untuk apa Wilone menanamnya tetapi selurug orang di kerajaan sudah mengetahui perihal pohon beracun itu.

"Vale! Berhenti!!" Teriak Lena sambil berlari. "Jangan memakannya!" Teriaknya sekali lagi.

Vale tak mendengar suara Lena karena jaraknya terlalu jauh. Ia hanya melihat Lena yang berlarian ke arahnya lalu Vale mengendikan bahunya tak acuh dan melanjutkan acara untuk memakan buah apel bewarna merah tua didepannya yang sangat menggoda.

Saat apel itu akan memasuki mulutnya sebuah tangan melesat dengan cepat mendorongnya dan membuat apel yang Vale genggam terlempar jauh.

"Louis?!" Tanya Vale terkejut dengan kehadiran Louis didepannya.

"Jangan memakan buah apel itu, mate."

"Kenapa?"

"Itu buah apel beracun, kau akan mati setelah memakannya."

"Lalu kenapa ditanam jika beracun? Bukankah sebaiknya ditebang saja?!" Ucap Vale dengan emosi menggebu-gebu.

Louis mengerti kekesalan mate nya terhadap pohon ini. Ia juga kesal karena ayahnya menanam pohon tak berguna ini dan malah membahayakan nyawa mate nya jika tadi ia datang terlambat. Louis tadinya memang berada di kerajaan ibunya, tetapi perasaannya sungguh tak karuan. Secara mendadak ia merasa cemas, khawatir dan panik berlebihan. Karena itu ia langsung kembali ke kerajaan dan benar saja, mate nya hampir memakan buah apel itu. Dia juga melihat Lena yang berlarian ke arah Vale sambil berteriak agak tak memakan buah itu.

"Fyuhhh." Suara Lena yang baru saja datang. "P-pangeran Louis," lanjutnya sambil menunduk.

----- n o t e -----

Jangan lupa vote and comments!
Supaya aku bisa cepet update!

Follow me on Instagram :
@literasimary_

ETHEREAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang