Suasana ruangan menjadi tak kondusif setelah Vale melihat Liana tersenyum sinis. Vale menggosok matanya beberapa kali memastikan bahwa itu benar-benar Liana. Tapi bukan Liana yang ia kenal saat di Beaumont High School. Kali ini Liana benar-benar berubah, sebelumnya ia adalah gadis baik, namun saat ini ia terlihat jahat. Vale mencoba berpikir positif dan mendekati Liana perlahan. Tanpa Vale ketahui Liana tersenyum licik dan kuku-kukunya mulai memanjang.
"Liana, it's you?" Tanya Vale sembari melangkah kakinya mendekat.
"It's me, Vale," ucap Liana dengan raut wajah palsu, seolah-olah ia sangat merindukan gadis di depannya, padahal ia sangat tidak sudi merindukan gadis ini.
Jika kalian mengatakan bahwa Liana berubah .. kalian salah besar, sebab inilah diri Liana yang sebenarnya. Putri angkat dari Raja Vilip, ia merupakan kakak tiri Evelina, sebab umurnya lebih tua. Dulunya Liana adalah seorang gadis kecil lemah yang kehidupannya sangatlah berantakan, ibunya dan ayahnya meninggal karena pangeran Louis dan dirinya terbuang. Ia berada di jalanan selama 1 minggu lamanya, bertahan hidup dengan memungut makanan di tempat sampah, tidur di atas kardus bersama beberapa anak lainnya, kotor dan sangat menyedihkan, sampai Raja Vilip menemukannya dan mengajaknya ke kerajaan.
Sejak detik itu kehidupan Liana perlahan berubah, dirinya menjadi gadis yang terlampau kuat dan hidup berkecukupan. Dirinya belajar memanah, menggunakan pedang bersama dengan ayahnya mulai dari umur 10 tahun. Karena itu saat menggunakan panah atau pedang dirinya tak pernah meleset.
"Liana! Kau tau aku sangat merindukanmu!"
"Benarkah? Aku juga sangat merindukanmu."
"Omong-omong bagaimana caranya kau bisa kemari? Dan untuk apa kau kemari Liana?"
"Untuk ini-" ucap Liana lalu mencekik leher Vale dan mendorongnya sampai punggungnya terbentur lemari.
Tangan Vale terangkat berusaha melepaskan tangan Liana, tetapi tenaganya tak sebesar itu. Kekuatan Liana bukanlah kekuatan manusia! Gadis didepannya bukanlah Liana yang ia kenal selama ini dan gadis ini bukan manusia.
"Ini diriku yang sebenarnya Vale. Kau salah mengerti tentang diriku selama ini," ucap Liana dengan mengeratkan cekikannya membuat Vale kehilangan banyak oksigen. Mulutnya seolah-olah ingin meneriakkan sesuatu namun terlambat! Ia bahkan sudah tak bisa mengatakan apapun apalagi berteriak. Matanya berair dan air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya. Liana mencekiknya dan mengangkatnya ke atas sehingga kakinya bergerak menendang ke segala arah.
"A-apa s-salahku, L-liana?" Tanyanya terbata-bata.
"Ini bukan kesalahanmu, ini semua kesalahan Louis! Jika saja ia tak membunuh kedua orang tuaku! Maka aku tak akan melakukan semua ini!"
Air mata Vale terjun membasahi pipinya. Ia mencoba menyangkal perkataan Liana. Tak mungkin Louis membunuh orang lain! Jika ia membunuh seseorang pasti karena orang itu mempunyai kesalahan besar. Walau baru mengenalnya beberapa bulan, tetapi Vale tau semua itu.
"Apa kau m-melihat b-bahwa Louis m-m-embunuh m-ereka?" Tanya Vale yang hampir tak mampu berkata-kata. Liana diam tak menjawab, ia memang tak melihat bahwa Louis membunuh kedua orang tuanya, namun semua ini bermula pada saat Liana berusia 10 tahun, saat dia baru pulang dari pasar, Louis sudah berada tepat di depan mayat kedua orang tuanya dengan tangan yang penuh darah. Tas plastik yang Liana pegang terjatuh membuat Louis menoleh dan menatapnya, Liana tak buta! Ia jelas tau bahwa yang berada di depannya adalah pangeran Louis dari kerajaan Adelard.
"Aku tak melihatnya, namun aku tau dia membunuh mereka."
"B-bagaimana?"
"Jika ia tak membunuhnya .. kenapa ia harus berada disana! Didekat mayat mereka dengan tangan yang penuh darah! Apa kau tak akan memikirkan hal yang sama denganku?!"
Sudah cukup .. Vale sudah tak mampu menahan apapun, air matanya sudah jatuh berkali-kali, ia tak mampu memikirkan apapun.
Pintu dibanting dengan keras membuat Liana yang ingin menangis menoleh dan mendapati Louis, Lucio, Luke, Wilone dan Mauren. Mereka semua berada di sana, dapat ia lihat raut wajah Louis yang amat marah dan ingin membunuhnya. Matanya menggelap, rahangnya mengeras setelah melihat mate nya menangis dan berusaha mencari oksigen.
"Lepaskan!" Bentak Louis yang mendekat dan mendorong Liana dengan keras sehingga ia terjatuh. Dengan cepat Louis menangkap tubuh Vale yang akan terjatuh ke lantai. Vale mengambil nafas dengan rakus, membiarkan oksigen memasuki paru-parunya. Louis menatap miris keadaan mate nya yang berantakan, ia mengelus rambut Vale dengan perlahan. "Are you okay? Is it very painful? Can you hold on?" Tanya Louis beruntun.
"Louis," panggil Vale memotong seluruh pertanyaan Louis. Vale tersenyum tipis lalu tangannya terangkat menyentuh wajah Louis. "Kau tau .. aku sangat menyayangimu, sangat."
Louis menggelengkan kepalanya, berusaha menyangkal apa yang Vale ucapkan. Tidak! Mate nya harus bertahan demi dirinya! Perasaan yang dimiliki Louis sudah terjatuh begitu dalam, rasa cintanya tidak main-main.
"Kau tetap harus bertahan, mate. Jika terjadi apa-apa lagi denganmu .. maka dikehidupan lain aku akan mencarimu tak peduli jika aku harus menggembara selama puluhan atau ratusan tahun lamanya. Tak peduli akan memakan waktu berapa lama, aku akan menemukanmu dan mengembalikanmu ke pelukanku lagi karena .. perasaan yang kumiliki sudah terlanjur dalam, maka kau tak boleh meninggalkanku begitu saja," ucap Louis dengan wajah memerah, ia ingin menangis saat ini! Sungguh! Louis juga mahkluk hidup, ia juga diijinkan untuk menangis. "Bertahanlah jika kau menyayangiku, Vale."
Liana yang ingin kabut tertahan oleh Lucio yang memegangnya erat. Ia memberontak tetapi tenaganya tak sekuat Lucio. Tanpa diketahui Liana menyimpan sebuah pisau yang baru ia tajamkan kemarin, dengan cepat ia mengeluarkan pisaunya dan menusuk perut Lucio. Genggaman di tangan Liana terlepas karena Lucio yang kesakitan. Lucio memegang perutnya yang penuh darah sambil memegang lemari disampingnya untuk menahan tubuhnya. Mauren sontak panik bukan main, ia langsung berlari mendekati putra keduanya dengan menangis. Wilone segera mendekati Mauren dan Louis, tetapi sebelum itu ia meminta Luke mengejar Liana yang kabur. Luke mengangguk dan langsung pergi.
"Lucio, kau bisa bertahan, bukan?" Tanya Wilone sembari mengelus rambutnya, Lucio mengangguk singkat. Wilone mengangguk lalu menoleh kepada Louis. "Louis cepat bawa mate mu ke kamar! Dad akan memanggil Sean." Titah Wilone.
Louis dengan segera menggendong Vale yang tampak semakin lemah. Ia menatap saudaranya yang terkapar lemah dengan darah di sekitarnya, Louis tak mampu menatap Lucio walau dalam waktu singkat. Ia memang dingin, tetapi bukan berarti ia tak menyayangi saudara-saudaranya.
"Louis," Panggil Wilone yang membuta Louis sadar. "Cepatlah!" Titahnya kembali yang diangguki Louis.
"Dad tak bisakah kau memanggil Sein juga? Agar mereka bisa ditangani bersamaan?" Tanya Louis yang segera diangguki oleh Wilone. Sein adalah saudara kembar Sean. Mereka sama-sama menjadi dokter khusus kerajaan.
Louis keluar dengan segera dan sesampainya di kamar ia membaringkan mate nya yang tampak lemah. Sein datang dengan mengetuk lalu membuka pintunya. Untung saja Sean dan Sein datang dengan cepat, itu juga karena sebenarnya mereka memang sedang menuju kerajaan untuk memberikan obat bulanan. Obat itu hanyalah vitamin dan beberapa kantung darah yang memang secara khusus diminta oleh Wilone untuk keluarganya.
Sein mengeluarkan peralatannya dan melakukan beberapa pengecekan kepada Vale. Melihat ada yang mencurigakan, Sein menyingkirkan kerah baju Vale, benar saja, lehernya memerah bahkan membiru membentuk bekas tangan.
"Pangeran Louis, apa dia dicekik oleh seseorang?" Tanya Sein yang diangguki Louis ragu.
"Ada apa?" Tanya Louis khawatir.
----- n o t e -----
Jangan lupa vote and comments!
Supaya aku bisa cepet update!Follow me on Instagram :
@literasimary_
KAMU SEDANG MEMBACA
ETHEREAL [END]
VampireFOLLOW SEBELUM MEMBACA 💕 Louis Xavier Adelard. Seorang vampire murni yang merupakan penerus kerajaan dan sudah menggembara selama 24 tahun atau 240 tahun lamanya, hanya untuk mencari mate nya. Namun, 2 tahun yang lalu semuanya berubah .. ia sudah m...