Chapter 25

271 18 5
                                    

"Bagaimana keadaanmu, Lucio?" Tanya Mauren. "Apakah lebih baik?"

"Iya, mom," jawab Lucio.

Kemarin tepatnya Lucio akhirnya bangun, setelah tidur selama beberapa hari. Tentunya hal ini membuat seluruh orang di kerajaan menjadi lega. Lucio masih tak bisa melakukan aktivitas lainnya, karena jika ia bergerak sedikit maka lukanya akan terasa menyakitkan. Sean juga sudah datang untuk sekadar mengganti perban dan memberikan obat pengganti.

"Ganti perbannya setiap sehari sekali, lalu minum obatnya tiga kali sehari setelah makan, jangan melakukan banyak kegiatan sebelum jahitannya mengering dan tertutup sempurna. Setelah kau sembuh, mungkin kau tidak bisa melakukan kegiatan sebanyak dulu," ucap Sean membuat Lucio menatapnya bingung.

"Kenapa?"

"Lukamu sangat dalam, sehingga jika kau melakukan aktivitas berlebihan akan terasa nyeri walaupun lukanya sudah sembuh."

Lucio memejamkan matanya setelah mendengar penjelasan Sean. Ia meneguk ludahnya kasar dan menghela nafas gusar merasa kecewa, sangat kecewa.

Mauren tau apa yang putranya rasakan, selama ini Lucio selalu berusaha berlatih pedang dan panah sekeras mungkin. Pedang dan panah sudah seperti sahabat dalam hidupnya, melepaskan pun tak akan semudah itu. Mauren mengelus pundak Lucio perlahan dan memberikan senyuman tulus.

"Sean, apa Lucio benar-benar tak bisa melakukan kegiatannya seperti dulu? Seperti memanah atau menggunakan pedang?" Tanya Mauren. Sean menggelengkan kepalanya perlahan.

"Bukannya tak boleh, tentu saja Lucio masih boleh melakukannya tetapi hanya untuk waktu yang singkat karena jika dia melakukan aktivitas itu dalam waktu yang lama, aku takut itu akan membuatnya merasakan nyeri yang hebat dan berkepanjangan."

Louis dan Luke yang berjalan menuju kamar Lucio karena ingin melihat keadaan Lucio pun menghentikan langkahnya karena melihat Sean dan Mauren yang baru saja keluar.

"Bagaimana?" Tanya Louis kepada Mauren.

Mauren menggelengkan kepalanya lalu berusaha menjelaskan semuanya kepada Louis dan Luke.

"Hal ini pasti memengaruhi Lucio, sejak dia berumur sembilan tahun, dia sudah bermain dengan pedang dan panah. Tidak pernah ia lewatkan sehari pun untuk tidak berlatih," ucap Luke yang turut prihatin.

"Dia tak suka menjadi orang yang lemah seperti sekarang," balas Louis.

"Kalian tentu tau hal itu, biarkan dia tenang terlebih dahulu," ucap Mauren lalu merangkul bahu putranya yang tampak menjulang tinggi, mengajak kedua putranya pergi.

Lucio tetap diam walaupun sudah tak ada orang diruangannya. Ia tak tau harus bagaimana sekarang, tak mudah melepaskan hal yang sudah ia lakukan sejak kecil. Rahangnya mengeras dan matanya sedikit berair, mungkin inilah titik terlemah Lucio.

Tok .. tok .. tok

Wilone memasuki ruangan setelah mengetuk pintu. Ia memandang putranya yang berusaha tampak baik-baik saja di depannya. Tentu saja Wilone bisa mengetahuinya jika Lucio mencoba terlihat kuat. Lucio adalah putranya, tidak ada seorang ayah yang tak mengetahui perasaan putranya. Dan Wilone tak pernah memaksa putranya untuk terlihat kuat, tak apa menangis, jika itu dapat meredakan perasaan yang berantakan.

"Menangislah jika itu yang kau butuhkan, Lucio. Dad tak pernah memaksamu untuk selalu menjadi lelaki yang kuat, menangis sekali-kali juga tak apa," ucap Wilone yang duduk di sisi ranjang. Ia sudah mengetahui semuanya dari Sean, setelah Sean keluar dari kamar, ia langsung menuju ruangan Wilone.

"Aku tak menangis, dad."

"Jangan terlalu kecewa, mungkin takdir mempunyai sesuatu yang lebih baik untukmu."

Lucio menatap dan mendengarkan ucapan Wilone dengan seksama lalu mengangguk. Setidaknya perkataan ayahnya membuat perasaannya menjadi lebih baik. Memang disaat seperti ini, yang dibutuhkan hanya sekadar penyemangat. Ayahnya sangat mengerti dirinya lebih dari apapun. Wilone melemparkan senyuman lalu beranjak dari kasur, ia masih memiliki jadwal lainnya, misalnya rapat dengan para pengurus kerajaan. Untuk masalah pelaku, Wilone sudah menyerahkan seutuhnya kepada Louis.

"Sekarang tugasmu adalah mencoba memahami dirimu sendiri dan temukan apa yang seharusnya kau lakukan setelah ini."

Perkataan Wilone tak salah, ia memang harus mencari kegiatan lain dan mencoba terbiasa tanpa pedang atau panahnya. Sesuatu yang tetap membuatnya terlihat menjadi lebih baik.

***

"Louis, aku mendengar bahwa Lucio sudah bangun kemarin tapi aku tak sempat melihatnya," ucap Vale setelah melihat kedatangan Louis.

"Iya."

"Bagaimana keadaannya?"

"Sean mengatakan bahwa Lucio tak lagi bisa sebebas dulu. Ia harus mengurangi memanah dan berlatih pedang."

Vale mengangguk, ia turut merasa prihatin dengan keadaan Lucio. Setahunya Lucio sangat gemar dengan dua kegiatan itu. Karena setiap kali bertemu, Lucio pasti sedang melakukan salah satu dari aktivitas itu.

"Pasti sangat berat."

Ucapan Vale membuat Louis yang sedang melepas dasi menghentikan aktivitasnya lalu menoleh kepada Vale.

"Kau tau?" Tanya Louis mendekat.

"Emm .. tentu. Setiap kali aku bertemu dengannya, dia pasti sedang berlatih."

"Untuk apa kau bertemu dengannya?" Curiga Louis membuat Vale gelagapan. Ia tak menyangka, jika Louis akan cemburu, mungkin?

"M-maksudku, saat aku tak sengaja lewat dan melihat Lucio berlatih di halaman."

"Benarkah?"

"Tentu! Kau harus mempercayaiku!"

"Baiklah."

Louis mengangguk lalu melanjutkan aktivitasnya tadi. Vale menghembuskan nafas lega lalu menepuk dadanya pelan, hampir saja Louis salah paham dengannya.

"Nanti malam aku akan pergi berburu," ucap Louis yang diangguki oleh Vale. Benar juga ini sudah beberapa hari semenjak terakhir mereka berburu. "Aku akan kembali secepat mungkin."

"Baiklah."

Keadaan hening, di benak Louis terpikirkan sesuatu. Jika ia pergi berburu nanti malam, bagaimana dengan Vale? Kerajaan juga akan sepi, hanya ada Lucio dan mate nya. Pelaku itu juga semakin gencar mencari cara agar bisa melukai Vale.

"Selama aku berburu .. pergilah ke kamar Lucio, dia akan menjagamu" ucap Louis.

----- n o t e -----

Jangan lupa vote and comments!
Supaya aku bisa cepet update!

Follow me on Instagram :
@literasimary_

ETHEREAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang