Louis berusaha berdiri, tak menghiraukan rasa sakitnya. Ia harus tetap membalaskan dendamnya. Diambilnya senapan dari balik mantelnya, senapa itu berisi obat yang membuat seluruh tubuh menjadi sangat lemas. Begitu obatnya memasuki tubuh, otot-otot di tubuh terutama kaki akan melemah dan membuatnya seperti lumpuh sementara.
Liana sedang tak fokus dengan Louis, ia berusaha menjauhi Brian. Louis memanfaatkan kesempatan itu untuk menembakkan senapan ke dadanya. Walaupun bahunya sangat sakit, Louis tetap bisa menembakkan di tempat yang tepat.
Begitu senapan itu menembus dada Liana, gadis itu menatap Louis, ia berniat melemparkan pisau yang ia pegang tetapi tangannya seperti mati rasa. Kakinya seperti jelly, ia bahkan tak mampu menumpu tubuhnya sendiri.
"K-kau! Apa yang kau lakukan?!" Teriak Liana histeris.
"Membuatmu lumpuh sementara."
Setelah menjawab, tubuh Louis tumbang ke tanah. Luka tusuk yang diberikan Liana juga tak main-main. Brian langsung menghampiri Louis yang terbaring lemah.
"Louis bertahanlah!" Ucap Brian.
"Gantikan aku untuk membunuhnya sesuai keinginanku," jawab Louis lemah.
"Baiklah, aku akan melakukannya sesuai keinginanmu, tapi bertahanlah kawan!"
***
Brian duduk disamping kasur Louis sambil menundukkan kepalanya. Louis benar-benar sangat pucat karena kehilangan banyak darah. Sean dan Sein sudah datang untuk menjahit lukanya.
"Louis!" Teriak Mauren histeris, ia dan Wilone baru saja pulang setelah mendapatkan kabar bahwa Louis hampir terbunuh.
"Mauren, tenanglah sedikit. Louis pasti akan segera bangun, ia adalah anak yang kuat," ucap Wilone dengan mengelus bahu Mauren.
Luke dan Lucio langsung kembali ke kerajaan secepat mungkin, tak dapat dipungkiri bahwa mereka juga sangat khawatir dengan keadaan Louis. Tetapi sebelum itu Luke teringat Vale, ia langsung membuka portal menuju dunia manusia.
Untungnya Vale sedang berada di kamar dan membereskan barangnya. Sepertinya sudah cukup ia bertemu dengan kedua orang tuanya. Ia juga sudah menyalurkan semua rasa rindunya. Senyum terlukis diwajah Vale saat mengingat minggu depan adalah ulang tahunnya ke 18 tahun.
"Vale," panggil Luke dari belakang membuat Vale terkejut.
"Luke? Ada apa?"
"Louis .."
Jawaban dari Luke membuat Vale menatap bingung lalu beberapa saat kedua mata Vale membola. Luke langsung mengajak Vale kembali, tetapi sebelum itu ia pamit kepada kedua orang tuanya dengan terburu-buru.
Setelah sampai di dunia immortal, Vale langsung berada di depan pintu kamar Louis. Ia sangat tak siap melihat keadaan Louis. Luke mencoba meyakinkan Vale. Dengan penuh keyakinan, Vale membuka pintu dan pandangan pertamanya jatuh kepada seorang lelaki yang terbaring di kasur.
Itu Louis! Vale langsung berlari ke arah Louis dan memeluknya, walaupun ia tau tak akan mendapatkan pelukan kembali. Bahkan Vale masih bisa merasakan kehangatan di tubuh Louis. Dadanya terasa sakit melihat keadaan Louis yang seperti itu. Bahkan air matanya jatuh tanpa aba-aba.
Mauren, Wilone, Lucio dan Luke meninggalkan mereka berdua. Didalam ruangan hanya terdapat Brian yang posisinya masih sama.
"Brian, apa yang terjadi dengannya?" Tanya Vale serak.
Brian mendongak lalu mencoba menceritakan semuanya, bagaimana hal itu bermula hingga berakhir seperti ini.
"Louis, bangunlah. Bukankah kau berjanji mengajakku ke bukit setelah aku sembuh? Aku sudah sembuh, bangunlah. Kau harus melihat seberapa sehatnya aku," lirih Vale dengan mengenggam tangan Louis. Vale mengelus wajah Louis yang pucat itu.
"Maafkan aku Louis dan Vale, aku harus pergi untuk membalaskan dendam Louis dan menepati janjiku," ucap Brian lalu pergi.
Ia sangat murka dengan Liana, ia mengenal Louis dan keluarganya lebih dari 10 tahun jadi wajar jika Brian menganggap Louis seperti saudaranya sendiri, begitupun keluarga Adelard, mereka menganggap Brian seperti keluarga.
"Jadi ini yang kau rasakan, saat menungguku bangun?" Tanya Vale berlinang air mata.
***
Brian berjalan menuju ruang peralatan, lalu mengambil seluruh senjata yang ia butuhkan saat akan membunuh Liana. Matanya menggelap menandakan murka yang teramat dalam. Ia berjalan melewati lorong dan turun ke tangga bawah tanah. Disana ia sudah melihat Liana yang sangat lemah.
"Louis, sudah kutumbangkan, sekarang giliranmu," ucap Liana lalu berusaha berdiri.
Efek obat tadi sudah tak separah itu. Liana berlari ke arah Brian dengan membawa pisau di tangannya. Sebelum pisau itu menancap di dada, Brian memegang pergelangan tangan Liana dengan sangat erat membuat pisau yang Liana pegang terjatuh. Brian mendorong Liana sekeras mungkin ke tembok. Ia mengambil cambuk di belakangnya, lalu berjalan mendekati Liana.
Tubuh Liana gemetar ketakutan setelah melihat cambuk yang Brian bawa. Ia harus segera kabur dari sini sebelum semuanya terlambat! Masa bodo dengan Vale! Toh gadis itu akan mati pada waktunya. Sebenarnya alasan Liana ingin membunuh Vale bukan hanya karena ia adalah mate Louis, tetapi karena ia sangat iri dengan kehidupan yang Vale miliki. Vale memiliki keluarga yang sangat harmonis, mate yang sangat sempurna, nilai yang jauh diatasnya dan teman-teman yang sangat baik kepadanya. Sedangkan Liana hanya seperti upik abu disampingnya, bahkan guru-guru selalu membandingkan dirinya dengan Vale, semua tentang Vale!
"A-apa yang akan kau lakukan?" Tanya Liana gugup.
"Membunuhmu dan menepati janjiku."
----- n o t e -----
Jangan lupa vote and comments!
Supaya aku bisa cepet update!Follow me on Instagram :
@literasimary_
KAMU SEDANG MEMBACA
ETHEREAL [END]
VampireFOLLOW SEBELUM MEMBACA 💕 Louis Xavier Adelard. Seorang vampire murni yang merupakan penerus kerajaan dan sudah menggembara selama 24 tahun atau 240 tahun lamanya, hanya untuk mencari mate nya. Namun, 2 tahun yang lalu semuanya berubah .. ia sudah m...