Chapter 4

850 63 1
                                    

Louis langsung terkejut seketika mendengar suara Vale, tetapi dengan cepat ia menetralkan rasa terkejutnya dan menatap kedua orang tua Vale.

"B-bukan begitu, sayang," ucap Elina.

"Bagaimana bukan begitu?! Dan kau!" Tunjuk Vale lalu melangkah mendekat untuk melihat wajahnya. "Ka- Louis?" Beo nya.

"Kau mengenalnya sayang?" Tanya Hans.

"Dia baru saja pindah ke sekolahku dan menjadi teman sekelasku."

Hans dan Elina mengerti sekarang, Louis sepertinya sudah lama mengamati Vale dan memutuskan untuk bersekolah di sana.

"Ahh, baguslah kalau begitu ada yang menjagamu."

"Bagaimana bisa?! Dia mengatakan mau membunuh kalian!" Elak Vale.

"Dia tidak mengatakan itu dengan serius, Vale. Sekarang masuklah ke kamarmu."

Vale menatap kedua orang tuanya bergantian, Elina dan Hans berusaha membuat Vale percaya bahwa tidak akan ada yang terjadi. Dengan ragu Vale segera menuju kamar.

"Aku akan tunggu jawaban kalian sampai besok. Jika kalian berani kabur, kupastikan Vale akan melihat kematian kalian di depan matanya. Pikirkanlah ulang, karena aku tidak sedang bermain-main."

Setelah mengatakan itu Louis langsung menghilang bagai ditelan bumi dan menyisakan kedua orang tua Vale yang sibuk memikirkan jawaban. Mereka juga mengingat perkataan Louis tadi.

"Banyak vampire dan werewolf yang akan mengincar Vale selama kalian berpergian ke luar kota, jika mereka menemukannya. Kalian tentu tau bagaimana bau darah putri kalian yang sangat menggiurkan untuk vampire dan werewolf lainnya."

Perkataan Louis terus saja terngiang-ngiang di kepala Hans dan Elina. Mereka tentu mau putri mereka aman selagi mereka bekerja di luar kota. Tapi apakah Louis bisa dipercaya untuk tak menyakiti Vale walaupun ia adalah mate nya?

"Bagaimana jika kita percayakan kepada Louis? Ia tentu tak mungkin akan menyakiti Vale, mate nya sendiri kan?" Tanya Elina, setelah makan malam tadi. Kini mereka berada di ruang kerja Hans.

"Itu memang benar, mari kita percayakan Vale kepada Louis."

Keputusan yang diambil Hans tentunya merupakan keputusan berat yang akan menentukan takdir putrinya. Karena itu selama seharian penuh, ia memikirkannya matang-matang.

***

"Vale, besok mom dan dad akan pergi keluar kota selama beberapa minggu. Jadi mulai besok tinggalah bersama Louis," ucap Elina yang tentunya membuat Vale kaget bukan main.

"Ha?! Tinggal bersama Louis? Tidak! Lebih baik aku dirumah saja sendirian!"

"Turuti kami, Vale!" Ucap Hans tegas.

Vale tentu tak bisa dan tak berani membantah ayahnya jika sudah seperti ini. Tapi tinggal bersama lelaki lain yang belum terlalu ia kenal juga memberatkan dirinya. Ia adalah seorang gadis bagaimana bisa ayah dan ibunya membiarkannya tinggal bersama lelaki lain?

"B-baiklah, tapi bagaimana jika dia melakukan sesuatu kepadaku?!"

"Itu tidak mungkin, kau akan tinggal bersama keluarganya juga, bukan hanya seorang diri bersama Louis."

"Tapi omong-omong kenapa kalian membiarkan aku tinggal bersama dengan lelaki yang bahkan baru kalian kenal?"

"Dia sudah lama kami kenal, ibu dan ayahnya adalah sahabat kami," jelas Hans berbohong. Ia tak mungkin bisa bersahabat dengan keluarga kerajaan semudah itu.

Selama ini sebenarnya Vale kemana saja, sampai tidak mengetahui sahabat ayah dan ibunya sendiri. Tapi setaunya ayah dan ibunya tidak memiliki sahabat yang kecuali orang tua Liana. Bersahabat dengan kedua orang tua Louis? Apakah ia bisa mempercayainya? Entahlah.

***

Makan malam sedang berlangsung diruang makan keluarga Adelard. Suasana hening, hanya terdengar suara dentingan sendok, garpu dan piring. Tidak ada yang memulai pembicaraan saat makan.

"Bagaimana dengan kedua orang tua Vale?" Tanya Wilone memulai percakapan. "Apa mereka menyetujuinya?"

"Aku tidak tau, kuberi mereka waktu sampai besok."

"Bagaimana jika mereka kabur?"

"Aku sudah mengancamnya."

Wilone mengangguk mengerti, sifatnya sangat mirip dengan Louis. Pemaksa! Itulah dia, apapun yang menjadi miliknya akan tetap menjadi miliknya sampai selamanya.

"Katanya kau akan membawa mate mu kesini malam ini, tapi sepertinya baru besok bisa kau bawa kemari." Sindir Luke.

"Tetapi aku pastikan akan tetap membawanya kemari, lalu kapan kau akan membawa mate mu?" Balas Louis membuat Luke terdiam. Louis sangat pandai membuatnya terdiam dan tak bisa menjawab pertanyaannya.

Mauren hanya bisa tertawa setelah mendengar pertanyaan Louis yang ditujukan untuk Luke, namun lebih terdengar untuk kedua saudaranya.

"Kau baru saja menyindiriku juga," ucap Lucio.

"Aku tidak menyindir, tapi jika kau merasa .. entahlah mungkin itu memang untukmu."

"Mom, dad, kenapa kalian memberiku saudara lelaki yang menyebalkan seperti mereka? Kenapa kalian tidak memberiku adik perempuan saja?" Tanya Luke yang sudah jengah dengan kedua kakaknya.

Wilone dan Mauren langsung menatap Luke yang menanyakan itu tanpa rasa berdosa sedikit pun. Sebenarnya itu juga keinginan Mauren, ia sangat mendambakan anak perempuan. Namun, ia hanya bisa melahirkan ketiga anak lelaki ini. Tetapi tetap saja Mauren sangat menyayangi ketiga anaknya ini.

"Jika itu kemauanmu, seharusnya mintalah kepada Louis, mungkin saja ia bisa memberikan seseorang yang bisa kau anggap adik perempuan," jawab Lucio enteng, Louis langsung menghentikan aktivitasnya dan menatap Lucio sengit.

"Benar juga!" Jawab Luke.

Louis bisa saja membunuh Lucio sekarang dengan garpu yang dipegangnya. Sekali berbicara Lucio langsung membuat darahnya mendidih. Tapi memikirkannya mempunyai seorang putra dan putri bersama Vale, cukup membuat hatinya menghangat kembali.

----- n o t e -----

Jangan lupa vote and comments!
Supaya aku bisa cepet update!

Follow me on Instagram :
@literasimary_

ETHEREAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang