Sesuai dengan janji Louis kemarin, pagi ini Vale sudah bersama Louis. Ia memegang tangan Louis dengan erat sesuai perintahnya. Louis membaca mantra dan saat membuka mata ia dan Vale sudah berada di tempat kerja kedua orang tuanya.
"Vale?" Tanya Elena senang bukan main.
"Mom! Dad! I miss you," ucap Vale sambil memeluk keduanya.
"Kami juga merindukanmu sayang, bagaimana hari-harimu selama disana? Tidak ada yang menyakitimu bukan?"
"Tidak."
Kedua orang tua Vale menatap Louis yang terdiam menatap mereka. Louis memberi kode untuk segera melakukan yang diperintahkannya kemarin dan Hans serta Elina mengangguk mengerti. Louis pergi keluar ruangan, sedangkan Hans dan Elina mengajak Vale duduk.
"Vale, dengarkan kami," ucap Hans. "Kau sudah tau jika Louis adalah vampire?"
"I-iya, aku tau dan aku takut mom, dad. Bisakah kalian membantuku untuk tetap tinggal bersama kalian?""Maafkan kami sayang, kami juga ingin melakukan itu tapi kami tak bisa. Ada satu hal yang harus kau ketahui tentang kami .. kami juga vampire sama seperti Louis."
Vale menatap kedua orang tuanya dengan tatapan tak percaya. Seumur hidupnya baru kali ini ia benar-benar ditipu dengan kedua orang tuanya.
"Tapi satu hal juga yang harus kau ingat, kami tak akan menyakitimu. Alasan kami menyuruhmu untuk tinggal dengan Louis juga merupakan keputusan terbesar yang pernah dad buat. Sejak kau berumur tujuh belas tahun, bau darahmu terlalu menguar dan menggoda untuk vampire atau werewolf lain sayang, kami juga tak bisa menjagamu selama dua puluh empat jam dan melihatmu dalam bahaya kami juga tak bisa. Kami mempercayai Louis karena ia adalah mate mu, ia pasti bisa menjagamu juga. Karena itu tolong tinggalah bersama Louis dan menurutlah padanya serta keluarganya." Mohon Hans membuat Vale termenung.
Ini tak mudah untuk kedua orang tua Vale, namun ini juga tak mudah untuk dirinya.
"Baiklah."
***
Semenjak mereka pulang, Vale terus-menerus diam. Bahkan Vale sendiri lah yang meminta pulang sebelum waktunya, padahal Louis memberinya waktu satu hari untuk bertemu kedua orang tuanya.
"Kau baik-baik saja, mate?" Tanya Louis.
"Seharusnya aku baik-baik saja."
"Ada apa denganmu? Aku terkejut saat kau meminta pulang lebih dahulu."
"Bagaimana bisa kedua orang tuaku ternyata sama sepertimu. Selama tujuh belas tahun hidupku, baru kali ini aku mendapatkan sebuah kebohongan terbesar."
Louis senang saat mendengar bahwa gadisnya sudah berani terbuka kepadanya. Itu berarti gadis ini sudah menurutinya.
"Tidak ada jaminan bahwa seseorang bisa kau percayai seratus persen. Karena itu selama kau masih berada di dunia, jangan pernah mempercayai siapapun karena hanya dirimu sendiri yang bisa kau percayai."
"Benar .. kalau begitu aku pun tak bisa mempercayaimu, bukan?"
"Kalau untuk hal ini, kau tentu harus percaya kepadaku. Aku tidak pernah menyimpan sebuah kebohongan kepadamu .. kecuali waktu itu."
"Berjanjilah bahwa kau tak akan membohongiku," titah Vale sambil mengeluarkan jari kelingkingnya, dengan cepat Louis mengaitkan jari kelingking miliknya juga.
Vale tersenyum senang karena Louis mau berjanji kepadanya. Begitu juga dengan Louis, ia senang karena mate nya mau mempercayainya.
"Omong-omong berapa usiamu?" Tanya Vale.
"240 tahun," ucap Louis santai. "Atau 24 tahun di dalam dunia manusia."
"Errr, kau sudah cukup tua," Ejek Vale.
Vale dan Louis terus berbincang, ralat, hanya Vale dan Louis hanya menyimak. Mereka berkeliling halaman kerajaan yang sangat luas dan penuh dengan pengawal. Lucio dan Luke yang berada di halaman saat itu, menatap kedekatan mereka berdua. Siapa gadis itu? Apa itu mate Louis?
"Hai, Louis," sapa Luke. "Omong-omong siapa gadis disampingmu? Apa itu mate mu?" Kehadiran Luke dan Lucio membuat Vale menyembunyikan tubuhnya dibalik punggung lebar Louis.
"Mreka saudaraku," ucap Louis. Vale mendongak dan menatap Louis, sedangkan Louis memberi kode bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"Siapa namamu?" Tanya Luke.
"V-vale," ucapnya gugup.
Luke mengangguk sambil tersenyum manis. Sedangkan Lucio menatap Vale dengan tatapan seperti biasa, tak ada ekspresi. Dari sini Vale bisa menyimpulkan bahwa mereka bertiga memiliki sifat yang sangat berbanding terbalik. Namun, tampaknya Louis dan Lucio memiliki sifat yang sama.
"Perkenalkan namaku Luke Aiden Adelard, panggil saja Luke. Umurku dua ratus tahun atau dua puluh tahun, Louis pasti sudah memberitahumu tentang umur di dunia kami dan di dunia manusia. Aku saudara terakhir," celoteh Luke.
Vale mengangguk kecil mendengarnya, umur mereka seperti tampak jauh. Apalagi setelah mendengar umur bahwa anak terakhir berusia 20 tahun. Ia menatap Lucio yang sejak tadi hanya menyimak, begitu juga dengan Louis dan Luke yang menatapnya.
"Lucio Devona Adelard. Lucio. Dua puluh dua tahun," ucap Lucio memperkenalkan diri dengan singkat, padat, jelas.
Suasana hening sejenak setelah Lucio memperkenalkan diri. Untung saja Luke mencairkan suasana kembali.
"Omong-omong bagaimana jika kau memperkenalkan diri kepada kami?" Tanya Luke.
Vale menoleh kepada Louis untuk meminta jawaban, sedangkan Louis mengangguk.
"Namaku Valeria Cadenza, kalian bisa memanggilku Vale, aku berusia tujuh belas tahun."
"Wahh, umur kita sangat berbeda. Kutebak kau adalah anak tunggal, bukan?"
"Kau benar."
----- n o t e -----
Jangan lupa vote and comments!
Supaya aku bisa cepet update!Follow me on Instagram :
@literasimary_

KAMU SEDANG MEMBACA
ETHEREAL [END]
VampireFOLLOW SEBELUM MEMBACA 💕 Louis Xavier Adelard. Seorang vampire murni yang merupakan penerus kerajaan dan sudah menggembara selama 24 tahun atau 240 tahun lamanya, hanya untuk mencari mate nya. Namun, 2 tahun yang lalu semuanya berubah .. ia sudah m...