Chapter 23

339 21 0
                                    

"Louis," panggil Vale seketika menyadarkan Louis. "Ada apa?" Tanyanya.

"Aku tau apa yang ia maksud," ucap Louis membuat kening Vale mengernyit.

"Apa kau benar-benar membunuhnya?"

"Tidak."

Louis menyangkal dengan cepat, ia benar-benar tak membunuh siapapun, malahan ia berusaha menyelamatkannya. Ia tak boleh membuat mate nya salah paham.

"Percayalah padaku, akan ku ceritakan sebenarnya saat waktunya sudah tepat," ucap Louis lalu mengelus rambut Vale dengan lembut dan memberikannya senyuman.

"Baiklah .. tapi apa dia akan terus melakukan itu kepadaku?"

Suasana hening, tak ada yang membuka mulut untuk kembali berbicara. Sejujurnya Louis juga tak tau tentang hal ini. Tapi untuk kali ini ia akan berusaha menjaga mate nya dari Liana. Tetapi bagaimana? Bahkan saat Vale ia tinggalkan bersama kedua orang tuanya, hal ini tetap terjadi. Louis pun tak bisa tetap berada di kerajaan, ia harus mencari sang pelaku. Tunggu .. bukankah ia memiliki sang mata-mata handal? Brian! Mungkin Louis harus menhubungi lelaki itu dan menyuruhnya untuk mencari informasi mengenai Liana dengan begitu Louis bisa berada di kerajaan dan disamping mate nya.

"Louis, ada apa denganmu? Sejak tadi aku berbicara denganmu, tetapi kau selalu diam dan baru menjawabnya beberapa menit setelah itu," ucap Vale yang terkesan marah. Louis selalu saja membuatnya menunggu lebih lama, padahal ia membutuhkan jawaban cepat.

"I'm sorry, mate. Aku sedang memikirkan sesuatu .. omong-omong siapa nama panjang Liana?

"Liana Lauriel. Apa yang kau pikirkan?"

"Cara agar aku bisa tetap disampingmu."

Vale terdiam dengan jawaban Louis. Bibirnya berkedut, ingin tersenyum, tetapi Vale tahan. Sialan! Perkataan Louis membawa dampak besar untuknya. Apa maksudnya Louis ingin tetap disampingnya?

"Agar Liana atau mahkluk lainnya tak bisa menemukan celah untuk menyakitimu kembali," lanjut Louis membuat raut wajah Vale yang awalnya senang menjadi datar.

"Jadi maksudnya jika Liana atau mahkluk lain yang kau sebutkan tak ada, kau tak mau menemaniku?" Tanya Vale dengan raut datar membuat Louis menyadari bahwa mate nya mengolah perkataannya dengan arti lain.

Sejak tadi Vale terus mengacuhkan Louis, bahkan tak berminat menatap lelaki itu membuat Louis frustasi. Entah ini bisa dikatakan sebagai kesalahannya atau bukan, tapi Louis hanya berbicara fakta bahwa ia memang harus berada disamping Vale agar Liana tak melukainya kembali.

"Baiklah, tenangkan dirimu, aku akan segera kembali," ucap Louis lalu mengambil mantel dan pergi. Vale membulatkan matanya tak suka. Oh ayolah! Vale juga seorang perempuan yang ingin dibujuk saat marah, tetapi sejak tadi Louis juga hanya diam.

"Selalu saja! Tak usah kembali juga tak apa!" Ucap Vale lalu menyadari perkatannya dengan segera Vale menampar mulutnya. "Tidak! Kau harus kembali."

***

Louis memacu kudanya menuju rumah Brian, seorang diri karena suasana kerajaan juga sedang tak baik. Tadinya Louis sudah berbicara kepada Wilone, bahwa ia akan pergi dan meminta Wilone mengajak mate nya ke kamar Lucio karena disana banyak orang termasuk ibunya, ayahnya, Luke dan para maid.

Tok .. tok .. tok

Louis mengetuk pintu rumah Brian, omong-omong tentangnya, pria itu merupakan teman kuliah Louis dan pria itu sudah menjadi suruhan Louis sejak beberapa tahun silam. Brian sudah memiliki seorang mate dan baru menikah dua bulan lalu.

"Siapa?" Tanya Brian dari dalam. "Tunggu sebentar!" Lanjutnya, lalu tak lama pintu terbuka dan menampilkan seorang pria dengan menggunakan celana selutut dan kaus oblong, Louis menatap Brian dengan tatapan tak menyenangkan. "Tidak usah menatapku seperti itu, Louis. Aku takut kau akan jatuh cinta padaku nanti, kumohon jangan sebab aku sudah memiliki seorang istri yang sedang mengandung anakku."

"Istrimu hamil? Selamat."

Louis tak menyangka bahwa istri Brian sedang hamil, pria itu bahkan tak menghubunginya lagi setelah menikah.

"Jangan berbicara aneh-aneh, Brian. Aku sudah memiliki seorang mate dan aku selalu berjalan di jalan yang lurus," ucap Louis. "Aku memiliki pekerjaan untukmu."

"Apa? Memata-matai seseorang? Mencari identitas? Mengumpulkan fakta dan bukti? Melakukan wawancara?" Tawar Brian.

"Kedua."

"Kau mau informasi siapa?"

"Liana Lauriel."

Brian diam sambil memikirkan sesuatu. Nama marga Lauriel sungguh tak asing di pikirannya, ia rasa pernah mendengarnya.

"Baiklah aku akan mencarikannya, hanya dirinya?"

"Kedua orang tuanya juga. Kuberi waktu dua hari untuk mendapatkan semuanya," ucap Louis lalu pergi. Sudah ia katakan bahwa ia hanya akan pergi sebentar.

"KAU GILA?! DALAM DUA HARI APA YANG BISA KUDAPATKAN BODOH! KAU BAHKAN TAK MEMBERIKU BAGAIMANA WAJAHNYA, SIALAN!" Teriak Brian dari kejauhan.

Memang benar Louis tak memberikan bagaimana wajah Liana, sejujurnya ia juga tak tau bagaimana wajahnya. Namun nama marga seharusnya hanya boleh ada satu di dunia immortal ini, tak boleh menyamai nama marga lainnya.

***

"Bagaimana keadaanmu, Vale?" Tanya Wilone.

"Lebih baik, dad."

"Baguslah! Kau tau mom sangat menghawatirkan kalian berdua."

"Berdua?" Beo Vale tak mengerti.

Mauren menoleh ke arah kasur yang diatasnya terdapat seorang lelaki sedang tertidur. Itu Lucio! Vale hampir tak dapat mengenali lelaki ini, karena wajahnya sangatlah pucat. Sudah berapa lama lelaki ini terbaring lemah diatas sana?

"Kau tak bersama Louis, Vale?" Tanya Luke.

"Emm tidak .. dia sudah pergi."

"Kemana?"

"Entahlah, dia tak memberitahuku."

Tentu saja Louis tak memberitahunya, tadi saja Vale sedang marah, bagaimana bisa Louis mengatakannya? Lagian lelaki itu juga tak berbicara dengannya sejak tadi! Sangat menyebalkan! Tidak bisakah ia membujuk dirinya agar tak marah lagi?

"Kemana anak itu sebenarnya?" Gumam Wilone.

----- n o t e -----

Jangan lupa vote and comments!
Supaya aku bisa cepet update!

Follow me on Instagram :
@literasimary_

ETHEREAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang