Chapter 24

299 24 3
                                    

Brian memacu kudanya menuju kerajaan, niatnya ia akan memberikan informasi mengenai identitas keluarga Lauriel. Sudah 2 hari tepat setelah Louis memerintahkannya, ia bahkan tak makan ataupun minum demi mencari identitas itu.

Gerbang kerajaan terbuka saat Brian akan datang, seluruh orang di kerajaan sudah mengenalnya sebagai teman Louis, lagipula Louis juga yang memerintahkan mereka untuk membiarkan Brian masuk dan keluar kerajaan.

Saat ini Louis sedang berada di halaman bersama Vale. Gadis itu juga sudah tak marah dengannya, sebab setelah pulang Louis langsung membujuknya. Bukannya ia tak peka, hanya saja ia ingin mate nya tenang terlebih dahulu.

"Louis .. apa artinya ini?" Tanya Vale yang sedang duduk diatas rerumputan hijau  sembari menunjuk satu kata dibuku yang sedang ia baca, kemarin ia memang pergi ke perpustakaan untuk mengambil buku Bridge to Terabithia, tetapi tak sengaja melihat buku lain yang menarik perhatiannya.

Kak babochka, kotoruyu nevosmozhno poymat'

Itulah yang tertulis dibuku, Vale sungguh tak mengerti apa artinya. Kenapa dibuku seperti ini harus ada istilah dalam bahasa lainnya yang bahkan Vale sendiri tak mengerti.

Louis yang tadinya berdiri, segera mengambil tempat disamping Vale dan membaca kata-katanya.

"Seperti kupu-kupu yang tidak pernah bisa ditangkap."

Kata-kata ini langsung mengingatkan Louis tentang pelaku itu. Pelaku itu sama dengan maksud kata-kata ini. Semakin Louis ingin menangkapnya, dia selalu kabur.

"Apa kau penerjemah bahasa ataukah polyglot?" Tanya Vale penasaran, lelaki ini menguasai banyak bahasa karena setiap kali Vale tak mengerti bahasa lainnya, Louis selalu menerjemahkan untuknya, bahkan Louis bisa berbicara dengan lancar.

"Bukan."

"Lalu bagaimana kau bisa berbagai bahasa?"

"Seorang penerus kerajaan harus menguasai minimal tiga bahasa, maximal sepuluh bahasa."

Vale menganga tak percaya. Bahkan menghafal satu bahasa pun ia sangat kesusahan. Harus ia akui Louis memang hebat. Lelaki ini selalu mampu membuat Vale menatapnya kagum.

"Louis!" Panggil Brian dari belakang. Melihat kedatangan Brian, Louis langsung berdiri tetapi tak lupa ia mengulurkan tangannya untuk sekadar membantu mate nya berdiri.

Dengan senang hati Vale menerima uluran tangannya lalu berdiri. Vale menatap Brian kebingungan, selama hampir 6 bulan lamanya berada disini, ia tak pernah melihat lelaki ini sekalipun.

"Bagaimana?" Tanya Louis to the point.

"Aku mendapatkannya. Bacalah terlebih dahulu," ucap Brian sambil menyerahkan 3 lembar kertas. Vale yang penasaran pun ikut membaca sekilas, itu adalah biodata Liana.

Louis fokus membaca kertas ditangannya. Ia terus membolak-balik kertas itu lalu mengangguk perlahan. Tak salah Louis memerintah Brian, semua hasilnya sudah sesuai dengan pemikiran Louis.

"Baguslah, sekarang lakukan tawaran pertama dan ketiga," titah Louis membuat Brian membulatkan mata tak percaya. Bahkan Louis tak berterimakasih kepadanya terlebih dahulu.

"Memata-matai dan mencari bukti dan fakta mengenai Liana?" Tanya Brian.

"Kau tau."

Demi Tuhan! Rasanya Brian ingin menendang Louis saat ini. Kalau seperti ini kapan pekerjaannya akan selesai? Padahal ia ingin bermanja-manja dengan sang mate.

"Kuberikan ganjaran dua kali lipat."

"Tidak!"

"Baiklah, kembalilah," ucap Louis lalu mengajak Vale kembali. Tetapi sebelum itu Brian memanggilnya.

"Tunggu! Baiklah! Aku akan melakukannya!" Teriak Brian. Jarang-jarang Louis akan memberikan ganjaran sebanyak itu. Ia harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarganya kelak. "Tapi! Bolehkan aku menitipkan mate ku disini? Aku tak tega meninggalkannya begitu lama."

Louis berpikir sejenak lalu mengangguk menyetujui. Brian tersenyum lebar lalu berniat memeluk Louis, tetapi Vale menghalanginya dengan merentangkan kedua tangannya di depan Louis. Vale menatap Brian dengan tatapan sinis.

"Siapa kau? Apa kau mate nya?" Tanya Brian membuat Vale mengangguk. "Sangat posesif."

Louis tersenyum kecil lalu menunduk dan membisikkan sesuatu kepada Vale. Dengan cepat Vale menoleh dan memeluknya lalu menatap Brian dengan tatapan tajam. Brian merasa curiga dengan Louis, sebenarnya apa yang ia bisikkan kepada mate nya?

"Tidak apa-apa."

"Louis, ayo kembali," ajak Vale yang diangguki Louis.

"Lakukan sesuai yang kuperintahkan, cari dimana ia tinggal sebenarnya."

"Baiklah."

Saat ingin melangkah, secara tiba-tiba Brian kembali memanggil Louis. Ia baru saja teringat sesuatu.

"Louis! Apa kau tidak mau memberiku petunjuk? Dimana terakhir ia terlihat?" Tanya Brian mendekat.

"Gerbang utara."

"Menuju bukit?"

"Sepertinya."

Brian mengangguk mengerti, ia sudah mengenal dunia immortal ini, tentunya ia tau kemana arahnya. Jika pelaku itu menuju bukit berarti ada 3 kemungkinan ia akan pergi, ke area pasar, ke area pabrik kamper, atau ke kerajaan milik Raja Vilip. Karena setahunya ada jalan kecil menuju kerajaan Raja Vilip, tetapi hanya sedikit orang yang mengetahuinya.

"Ah benar, sepertinya aku tak sengaja mencium bau kamper dari tubuhnya," ucap Louis memberi clue membuat Brian semakin bingung, namun mengerti disatu sisi.

Di dalam benak Brian mulai terpikirkan, sepertinya ia harus pergi ke pabrik yang memproduksi kamper lalu meminta data konsumen, setelah itu ia akan mencari konsumen atas nama Liana Lauriel. Setahunya pabrik kamper itu selalu menyuruh konsumennya untuk mengisi daftar. Disana pasti terdapat alamat pengirimannya.

Setelah itu Brian bisa langsung mendatangi alamat yang tertera. Tetapi jika yang tertera adalah alamat palsu, maka ia bisa memulai membututinya secara diam-diam dari posisi awal yaitu pabrik kamper. Sepertinya ia harus berpura-pura bekerja sama dengan sang pemilik. Liana pasti akan kembali kesana untuk membelinya.

----- n o t e -----

Jangan lupa vote and comments!
Supaya aku bisa cepet update!

Follow me on Instagram :
@literasimary_

ETHEREAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang