Chapter 13

543 38 1
                                    

Pagi hari sudah tiba, Vale merasa terusik dengan sinar matahari, mengerjapkan mata perlahan, merasakan sesuatu yang berat menimpa perutnya. Ia menoleh untuk melihat siapa itu. Louis! Lelaki itu memeluknya dengan erat. Tanpa sadar Vale memuji wajah tampan milik Louis dan menyentuh rahang tegas Louis.

"Apa kau baru sadar bahwa aku tampan, mate?" Tanya Louis sembari mengenggam tangan Vale yang berada di wajahnya. Mata Vale membola terkejut, sialan! Dia ketahuan hari ini. Tapi tak dapat dipungkiri memang Louis sangat tampan.

"B-bagaimana kau mengetahuinya?" Tanya Vale polos, Louis menyunggingkan senyumnya. Setelah sadar Vale langsung menampar bibirnya pelan.

"Aku mengetahui apapun tentangmu."

Keadaan menjadi canggung setelah kejadian tadi pagi. Saat dimeja makan pun Vale tetap diam sembari merutuki perbuatannya tadi.

"Apa yang terjadi kepada kalian semalam?" Tanya Luke penasaran.

"Hanya membaca dan tidur."

Luke mengangguk walaupun sebenarnya tak yakin dengan jawaban Louis. Pasti mereka melakukan hal lain yang membuat keadaan mereka berdua canggung.

Setelah selesai makan, Wilone langsung mengisyaratkan Louis untuk ikut dengannya. Louis mengangguk lalu meninggalkan mate nya sejenak dengan mom dan saudaranya.

"Ada apa, dad?"

"Mulai sekarang kau harus menjaga mate mu dengan ketat atau kau harus segera bertunangan dengannya," suruh Wilone membuat Louis terheran-heran. Untuk menjaga mate nya memang selalu ia lakukan tanpa disuruh sekalipun, tumben saja ayahnya menyuruhnya untuk menjaga Vale dua kali lipat dari biasanya.

"Bukankah sudah kulakukan sejak dulu?"

"Namun, keadaan sudah berubah, selain para vampire dan werewolf, sekarang putri Evelina juga menjadi musuhmu yang bisa sangat berbahaya dan licik. Dia bisa membunuh atau menyakiti mate mu kapan saja."

Rahang Louis mengeras, baru terpikirkan sekarang bahwa musuhnya bukan lagi para Vampire dan Werewolf tetapi putri Evelina dengan sejuta kelicikannya. Tangannya mengepal hingga kukunya memutih. Louis pastikan putri Evelina tak akan bisa menyentuh mate nya, selama dia masih hidup.

"Dad, tak bisakah kau menyingkirkan posisi raja Vilip?" Tanya Louis dengan amarahnya. Selama raja Vilip masih menjadi pemimpin kerajaan werewolf bagian barat, ia masih tergolong seseorang yang memiliki kekuasaan besar. Ia tak bisa membiarkan itu terjadi, pilihan untuk raja Vilip dan putri Evelina hanya ada dua, disingkirkan atau dibunuh.

"Tak bisa, dia harus mengisi posisi itu sampai akhir hayatnya. Jika dia meninggal putri Evelina otomatis menjadi pemimpin selanjutnya. Agak susah mencari pemimpin baru apalagi kerajaan mereka masuk bagian barat yang berarti dekat dengan hutan Vlaura yang beracun dan sangat rawan akan mahkluk berbahaya. Mom mu sangat beruntung karena menjadi pemimpin kerajaan werewolf bagian Timur."

"Bagaimana jika aku membunuh mereka berdua?" Pertanyaan Louis otomatis mengalihkan perhatian Wilone yang sedang memotong tanaman.

"Tidak boleh. Jika kau membunuh pemimpin suatu kerajaan, maka kau akan akan mendapatkan hukuman seumur hidupmu dan tak diperbolehkan bertemu dengan mate mu walau hanya sedetik."

Louis mengusap wajahnya frustasi. Ia bahkan melupakan peraturan di dunia immortal ini. Hukuman sangat berlaku disini, bahkan tidak ada satu pun yang berani melanggar. Setiap perbuatan kejam akan ada hukuman, itulah intinya. Walau mau kabur kemanapun dan berapa lama mereka tetap akan ditangkap dan mendapatkan hukuman yang lebih berat. Mereka akan disiksa hingga kematian menjemputnya, setelah kematian mereka tetap akan disiksa, tubuhnya akan di potong menjadi beberapa bagian dan organnya akan diambil untuk dijual kembali dengan harga tinggi. Lalu sisanya akan diberikan kepada makhluk liar di hutan Vlaura. Mereka akan mati dengan tak hormat, dan tak akan ada acara pemakaman sekalipun, begitulah hingga mereka akan hilang dari ingatan semua orang. "Starb mit endlosem Elend" dalam bahasa Jerman yang artinya "Meninggal dengan kesengsaraan yang tak berujung."

***

"Tadi pagi mom melihatmu agak canggung dengan Louis, ada apa, sayang?" Tanya Mauren sambil berjalan-jalan. "Katakan saja tak apa," imbuhnya berusaha membuat Vale terbuka dengannya.

"Aku tak sengaja menyentuh wajahnya lalu berpikir bahwa Louis sangat tampan, ternyata dia sudah bangun dan-"

"Dia membaca pikiranmu," potong Mauren sambil tertawa kecil.

"Kau tau, mom."

"Itulah sebabnya saat kau berada di dekat Louis kau harus berhati-hati saat berpikir, dia akan membaca semuanya."

Vale menghela nafas gusar, sekarang bagaimana caranya mengatasi kecanggungan ini. Kemampuan Louis tentunya sudah ditingkat tinggi, karena itu tak sulit baginya untuk membaca pikiran orang lain bahkan jika diberi dinding pembatas. Namun, Louis hanya melakukan itu saat dia ingin.

"Mom, Vale! Menyingkirlah!!" Teriak Luke dengan sangat keras membuat seisi kerajaan penasaran. Apalagi dengan Wilone dan Louis yang langsung melakukan teleportasi.

Sebuah panah beracun melesat dengan kencang dari arah selatan berniat menuju Vale. Luke yang awalnya sedang memberi makan kudanya, melihat suatu panah melesat di langit, pandangannya mengikuti kemana panah itu pergi dan tepat disitu terdapat Vale dan Mauren sedang berbicara. Mata Luke membulat dan refleks berteriak tak peduli pita suaranya akan putus. Ia belum mahir dalam melakukan teleportasi, bahkan kudanya pun seperti tak mau diajak kerja sama. Akhirnya Luke berlari kearah mereka walaupun ia tau ini akan sia-sia, karena jarak mereka sangat jauh.

Tubuh Vale seakan membeku setelah melihat panah itu menuju dirinya, ia menatap panah itu yang semakin lama semakin mendekati dirinya. Panah bewarna hitam elegan dengan panjang sekitar 70 cm. Tidak, ini seharusnya bukan hari kematiannya bukan? Pikir Vale. Panah itu semakin mendekatinya dan hanya berjarak sekitar 2 meter darinya, tetapi Vale masih belum bergerak sedikit pun. Mauren sudah menarik Vale dengan segala cara namun tubuhnya seperti dipalu di titik itu.

Bruk!

Louis mendorong Vale dengan keras sehingga mereka berdua terjatuh di tanah. Vale langsung tersadar dari pikirannya sendiri dan meringis sakit. Siku dan lututnya berdarah walau hanya sedikit. Louis segera berdiri dan menghampiri Vale.

"Kenapa kau tidak menyingkir, mate?" Tanya Louis. "Apa kau mau mati sekarang?" Imbuhnya sambil mengusap wajahnya.

"A-aku tadi ingin segera menyingkirkan tetapi tubuhku seperti membeku, aku juga tak tau apa yang terjadi dengan tubuhku," ucap Vale sembari menahan tangis. Wajahnya bahkan sudah memerah.

Helaan nafas terdengar dari mulut Louis yang mencoba menetralkan amarahnya. Ia melihat Vale yang tampaknya kesakitan, dengan segera ia menarik tangan Vale dan memeriksa lukanya.

"Kenapa kalian diam saja?! Apa kalian ingin mati?!" Bentak Louis kepada para pengawal yang berada disana.

----- n o t e -----

Jangan lupa vote and comments!
Supaya aku bisa cepet update!

Follow me on Instagram :
@literasimary_

ETHEREAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang