Chapter 22

302 17 1
                                    

Sein menghela nafas sejenak lalu menoleh kepada Louis.

"Bekasnya sangat dalam bahkan membiru, dia bisa saja meninggal dalam lima menit jika cekikannya sangat erat seperti ini."

"Lalu harus bagaimana sekarang?"

"Tak apa-apa, bekasnya akan menghilang setelah empat hari. Untuk saat ini aku memberikannya obat dan vitamin, nanti saat bangun berikan air putih dan obat ini," ucap Sein lalu memberikannya obat. "Untuk menenangkan dirinya, aku yakin dia tidak akan tenang dirinya setelah bangun nanti."

Louis menerima obat dan vitamin itu dengan raut wajah penasaran.

"Apa obat ini akan membuatnya kembali tidur?" Tanya Louis.

"Tidak, ini hanya akan mengontrol jantungnya sehingga ia bisa lebih tenang setelah itu berikan vitaminnya setelah makan, itu akan mengembalikan metabolisme tubuhnya."

"Baiklah. Terimakasih."

Setelah Sein pergi, Louis menatap mate nya yang sedang asik tertidur. Ia tersenyum tipis, sangat tipis. Mengingat perkataan Vale tadi membuat perasaannya gusar.

"Istirahat lah, mate. Aku akan kembali," ucap Louis lalu mencium kening mate nya sebentar. Ia harus segera melihat keadaan Lucio, walau meninggalkan mate nya saat ini sangat susah, tetapi ia tetap harus meninggalkannya sebentar.

Louis menutup pintu dengan perlahan lalu menuju kamar Lucio yang ramai.

"Mauren, pergilah ke kamar Louis dan jagalah Vale, aku akan mengurus nya dengan Luke dan Louis," ucap Wilone menenangkan.

Mauren mengangguk mengerti lalu keluar kamar perlahan. Hatinya sangat terluka melihat keadaan putranya terbaring diatas kasur.

"Bagaimana mate mu, Louis?" Tanya Luke.

"Dia istirahat sejenak," jawab Louis sambil menatap keadaan Lucio. "Bagaimana keadaannya?" Lanjutnya sembari mendekati Lucio.

"Dia kehabisan darah tadi untung saja Sean membawa kantung darah dengan segera dia melakukan transfusi darah sebelum terlambat," jelas Wilone.

"Bagaimana lukanya?"

"Lukanya dalam dan sudah dijahit tetapi Lucio tak diperbolehkan melakukan aktivitas berat selama satu bulan ini. Hanya perlu menunggu lukanya sembuh dan jahitannya mengering. Biasanya lukanya akan cepat sembuh dalam hitungan detik, mungkin ini sangat dalam. "

Louis mengangguk sejenak sembari menatap Lucio dengan tatapan sayu. Cukup miris melihat saudaranya terbaring lemah disini. Tapi satu hal yang Louis yakini, Lucio adalah lelaki yang kuat, ia pasti akan bangun dalam beberapa hari. Katakan saja sekarang keadaan Louis pun sungguh berantakan. Mate nya yang hampir meninggal dan kini terbaring di kasur, sedangkan saudaranya yang juga hampir menemui maut.

"Bagaimana dengan pelaku itu, Luke?" Tanya Louis.

"Dia berhasil kabur lewat gerbang utara."

"Gerbang utara? Bukankah itu ke arah bukit?"

"Kau benar."

Pikiran Louis mulai kemana-mana, pelaku itu pasti pergi ke bukit agar Louis tak bisa menemukan dimana tempat tinggal sebenarnya. Jika pelaku itu langsung kembali ke tempat tinggal sebenarnya maka Louis akan langsung mengetahuinya. Bukit memang tempat yang tepat untuk menghilangkan jejak dan menyamarkan bau. Tapi untungnya Louis mengingat bagaimana bau milik pelaku itu .. kamper baru.

***

Louis berada tepat di samping mate nya, semalaman ia benar-benar tak keluar dari kamar ataupun tertidur. Menggegam tangan mate nya yang masih hangat sembari berusaha keras mencari siapa gadis itu dan dimana sebenarnya ia tinggal. Setelah menemukannya Louis akan segera membunuh pelaku itu. Mencabik-cabik, memotongnya lalu membuang tubuhnya mungkin akan lebih baik.

"Louis," panggil Vale lirih membuat Louis sadar dari pikirannya sendiri. Louis dengan segera membantu Vale duduk dan langsung memberikannya minum tak lupa dengan obat yang diberikan Sein.

"Apa ada yang sakit? Bagaimana keadaanmu?"

"Lebih baik .. tapi bagaimana dengan Liana?"

"Liana?" Tanya Louis kebingungan, siapa Liana yang dimaksud oleh Vale?

"Orang yang mencekikku adalah Liana .. dia seseorang yang sudah aku anggap sebagai sahabat, tapi aku tak menyangka bahwa ia akan melakukan ini," ucap Vale.

Jadi nama gadis itu adalah Liana, dengan begini Louis bisa mencarinya dengan lebih mudah. Tapi jika ia adalah sahabat Vale, kenapa ia melakukan hal itu? Dan jika ia bisa masuk ke dunia immortal bukankah berarti ia adalah vampire atau werewolf?

"Louis .. dia mengatakan kepadaku bahwa saat ia berusia sepuluh tahun kau membunuh kedua orang tuanya, apa itu benar?" Tanya Vale mengingat perkataan Liana. Alis Louis bertaut, semakin tak mengerti dengan semua pembicaraan ini. Apa maksudnya membunuh kedua orang tua Liana? Saat berusia sepuluh tahun? Louis terus berusaha mengingat saat ia membunuh seseorang.

9 tahun yang lalu ..

Tahun ini musim dingin melampaui tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini cuaca sangatlah dingin. Louis yang masih berusia 15 tahun keluar dari kerajaan dan menuju kandang kuda dengan mengenakan mantel tebal. Seperti biasa ia mengeluarkan kuda kesayangannya yang bernama Maxi. Niatnya ia akan menuju ke perbukitan untuk mencari hewan liar. Louis segera memacu kudanya menuju area perbukitan yang mampu dilihat dari kerajaan.

Salju lebat membuat gundukan setinggi 30 cm di tanah. Dapat dilihat rumah-rumah yang penuh akan kehangatan, beberapa kue jahe dan penghangat. Louis tersenyum lalu memacu kudanya kembali.

Saat perjalanan menuju bukit, tanpa sengaja ia mendengar suara meminta tolong, Louis langsung menghentikan kudanya dan mempertajam pendengarannya. Suara itu berasal dari sebuah rumah yang berada di kaki bukit, hanya ada rumah itu sendiri, berdiri disana. Segera Louis menuju kesana dan melihat beberapa hewan buas yang menyerang sepasang suami istri. Keadaan mereka jauh dari kata baik, tubuh yang tergeletak dan penuh luka, rumah yang hancur. Kehadiran Louis membuat hewan buas tersebut kabur menjauh. Louis melihat darah mengucur deras dari perut wanita itu, ia harus segera menghentikannya, tetapi melihat keadaan sekitar yang tak terdapat apapun selain puing-puing dan pecahan kaca, ia berinisiatif menghentikan darah itu dengan kedua telapak tangannya. Seharusnya wanita ini masih bisa bertahan.

"Bertahanlah," ucap Louis.

"Hentikan .. sudah tak ada gunanya. Aku mohon jaga putriku Liana, dia baru berusia sepuluh tahun, tetapi dia adalah gadis yang baik. Beri dia kue jahe saat musim dingin, karena dia sangat menyukai kue itu apalagi saat diminum dengan teh hangat. Gantikan kami sebagai orang tuanya, dia sangat berharga untuk kami," ucap wanita itu dengan lirih membuat Louis terdiam. Perlahan deru nafas wanita itu tak terdengar, jantungnya berhenti berdetak. Louis berdiri perlahan dan memandang kedua telapak tangannya yang penuh darah.

Brak

Louis sontak menoleh dan mendapati seorang gadis yang menjatuhkan plastik belanjaannya. Gadis itu menatap dirinya dan tangannya secara bergantian lalu menatap kedua mayat orang tuanya. Tanpa berkata apapun, gadis itu menatap Louis dengan tatapan marah lalu berlari pergi. Louis mengejarnya tetapi hilang, gadis itu sangat cepat dalam berlari, bahkan Louis tak bisa mencium baunya.

----- n o t e -----

Jangan lupa vote and comments!
Supaya aku bisa cepet update!

Follow me on Instagram :
@literasimary_

ETHEREAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang