Chapter 2

965 87 2
                                    

Pagi ini tepat pukul 8 pagi, Vale sudah berangkat ke sekolah, ia tidak mau terlambat seperti kemarin lagi.

Setelah sampai di sekolah, Vale menatap gerombolan di depan pagar sekolahnya. Ia penasaran dan segera menuju kesana lalu bertanya kepada salah satu murid.

"Ada apa sampai ramai sepertinya ini?"

"Itu ada murid baru yang sangat tampan!" Tunjuk murid itu.

Vale mengikuti arah yang ditunjuk murid baru itu. Memang benar disana ada satu murid lelaki baru keluar dari mobil. Ia tampan, hanya saja Vale tidak terlalu memperdulikannya. Vale segera melenggang pergi, Louis menatap kepergian mate nya dengan senyuman tipis.

"Hai, Vale! Kau sudah tau ada murid baru yang akan masuk ke kelas kita?" Tanya Liana sambil melepaskan earphone nya.

"Tentu aku tau ada murid baru, tapi aku tak tau bahwa dia akan masuk kelas kita."

"Sepertinya kelas kita dianugerahi lelaki tampan! Lihatlah Max, dia sangat tampan jika membaca buku! Lalu Brandon, dia sangat tampan jika bermain basket."

Vale memutar kedua bola matanya malas. Sudah tidak asing bila Liana merupakan pengejar lelaki tampan. Ia hanya mendengarkan sambil menelungkupkan kepalanya.

Louis memasuki kelas dan satu hal yang langsung ia cari adalah mate nya. Rupanya bangkunya berada di belakang gadis itu. Ayahnya tak pernah salah memberikannya bangku itu.

Semua kaum hawa menatap Louis dengan tatapan haus. Liana langsung menganga ketika melihat kedatangan Louis di kelasnya. Ia bahkan lupa caranya bernafas normal, Louis bahkan lebih tampan daripada Max atau Brandon! Bagaimana bisa ada orang setampan ini?

Liana mengguncang bahu Vale, membuat Vale terusik. Ia segera bangun lalu memelototkan matanya, membuat Liana menyengir.

"Ada apa?!"

"Lihatlah dia menuju bangku kita!!"

Vale segera melihat ke arah murid baru itu, benar saja ia menuju bangkunya. Tapi anehnya murid baru itu menatapnya dengan tersenyum.

"Dia tersenyum kepadamu, Vale!"

"Aku tau, Liana! Berhentilah mengoceh tentangnya!"

Suara bangku dibelakangnya terdengar ke telinganya. Berarti murid baru itu duduk dibelakangnya tepat. Bel berbunyi nyaring membuat sebagin siswa berdecak, karena kehilangan waktu untuk menatap Louis.

"Good morning, students!" Sapa guru.

"Good morning, sir."

"Hari ini kita kedatangan murid baru, silahkan perkenalkan diri."

Louis mengangguk lalu memasanf raut dingin. Ia berdiri lalu menatap mate nya sebentar.

"Louis," ucap Louis singkat.

"Hanya itu?" Tanya guru tak yakin.

"Iya."

"Baiklah kau bisa duduk, Louis"

Guru itu hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan murid baru. Tapi ia tak berani melawannya karena ia adalah anak pemilik sekolah. Hanya para guru yang mengetahuinya, karena Mrs. Wilone memerintah mereka.

***

Kringg!

Bel istirahat berbunyi, membuat murid-murid bersorak gembira. Termasuk Vale, tenaganta seketika langsung terisi penuh setelah mendengar bel surgawi itu.

"Kantin?" Tanya Liana.

"Of course!" Jawab Vale.

Mereka berdua bergadengan lalu berlarian menuju kantin. Sesampainya di kantin, Vale merogoh sakunya untuk mencari uang sakunya, tetapi ia tak menemukannya di kantong baju ataupun rok. Sepertinya uangnya ketinggalan di tas.

"Kenapa?" Tanya Liana.

"Uangku tertinggal di kelas."

"Kalau begitu, pakailah uangku dulu."

"Tidak! Aku akan segera mengambilnya."

"Apa perlu kutemani?"

"Tidak, terimakasih! Belilah makanan terlebih dahulu!"

Vale segera berlari keluar dari kerumunan, ia berlari di lorong. Untung saja jarak kelas dan kantin tidak terlalu jauh.

Brakk!

Suara pintu dibuka oleh Vale, ia sangat buru-buru sekarang. Dikelas hanya terdapat Louis yang tengah menatapnya, Vale lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Sorry!" Lirihnya kepada Louis, ia yakin jika Louis terkejut tadi.

Vale segera menuju bangkunya dan mengobrak-abrik tas miliknya, syukurlah uangnya berada di kantong tas.

"Mate."

Suara itu menghentikan aktivitasnya. Vale mencari sumber suara, namun tak menemukannya. Ia menatap Louis sebentar, tampaknya bukan ia.

"I found you." Lagi dan lagi suara itu terdengar.

"L-louis," panggil Vale membuat Louis mendongak lalu tersenyum.

"Hm?"

"Apa kau mendengar sesuatu?"

"Mendengar apa?"

"Tidak! Tidak apa-apa, lupakan!"

Setelah mengambil beberapa dollar, Vale segera keluar kelas. Bulu kuduknya merinding begitu saja. Apa mungkin ia halusinasi?

Di kelas, Louis tersenyum lebar. Ia sangat senang ketika Vale mengajaknya berbicara. Ternyata benar, Vale memang matenya. Gadis itu dapat mendengar panggilannya dari dalam hati tadi.

"Kau sudah menemukan uangmu, Vale?" Tanya Liana sambil memakan pasta di depannya.

"Sudah! Untung saja aku membawa uang saku hari ini! Oh iya apa kau tau! Tadi saat aku dikelas, aku mendengar seseorang memanggilku tapi aku tak tau dia siapa. Dikelas hanya ada aku dan Louis, tapi tampaknya Louis tak mendengar."

"Memanggilmu apa?"

"Entahlah, mate mungkin? Aku tak paham maksudnya."

Liana langsung menghentikan aktivitas makannya lalu meletakkan garpunya. Ia mulai menatap Vale serius membuat Vale merasa aneh.

"Kenapa?"

"Apa kau serius dia memanggilmu mate?"

"Emm." Vale berusaha mengingatnya. "Ya benar! Mate! Lalu dia mengatakan I found you!"

"Apa kau tau mate itu apa?"

"Tidak."

Liana sudah tau bahwa Vale tak mengerti maksudnya. Ia menghela nafas gusar.

"Mate adalah belahan jiwa untuk vampire atau werewolf, intinya kau adalah pasangannya yang sudah ditakdirkan untuknya."

"Haha .. apa maksudmu, Liana! Mana ada vampire di dunia." Vale terus tertawa karena perkataan Liana.

"Entahlah, aku membacanya dari beberapa buku novel."

"Kau terlalu banyak membaca novel, Liana! Cobalah menonton film!"

----- n o t e -----

Jangan lupa vote and comments!
Supaya aku bisa cepet update!

Follow me on Instagram :
@literasimary_

ETHEREAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang