Chapter 11

596 42 2
                                    

"Tentu saja .. saya akan menolak perjodohan tak masuk akal ini. Saya ingatkan sekali lagi mungkin saja anda dan putri anda lupa. Saya sudah memiliki seorang mate dan saya akan segera bertunangan dengannya."

"Tapi putri saya sangat mencintai anda."

"Apa kabar selama ini tentang mate saya masih kurang jelas raja Vilip?" Tanya Louis datar.

"Saya tentu sudah mendengar kabar itu. Tapi bukankah mate anda hanya seorang manusia lemah? Kenapa tidak dengan putri saya saja? Dia adalah seorang putri dari Raja Vilip pemimpin kerajaan werewolf bagian barat."

Kedua mata Louis langsun menggelap setelah mendengar ucapan Raja Vilip yang menurutnya melampaui batas. Wilone langsung menatap putra sulungnya. Ucapan Raja Vilip sangat menyakiti harga diri keluarga Adelard. Memang kenapa jika memiliki mate seorang manusia? Louis berdiri lalu menggebrak meja didepannya dengan keras membuat Raja Vilip dan putri Evelina terkejut bukan main.

"Rupanya anda sangat keterlaluan Raja Vilip. Kau hanyalah seorang pemimpin dari kerajaan werewolf bagian barat, tapi kau bertingkah seolah-olah kau memiliki kekuasaan besar. Apa kau lupa? Bahwa ibuku yang memberikan posisi itu untukmu?"

"Tapi apa yang saya katakan benar bukan pangeran Louis?" Tanya Raja Vilip.

"Setidaknya mate saya lebih baik dan lebih sempurna daripada seseorang yang manja dan tak berguna seperti putrimu!" Ucap Louis sembari menunjuk dan menatap putri Evelina dengan tatapan tajam.

Raja Vilip langsung berdiri ketika mendengar ucapan Louis. Ia tak terima putrinya dikatakan seperti itu!

"Setidaknya, jika kau tak bisa mendidiknya agar menjadi seseorang yang kuat. Didiklah dia agar menjadi seseorang yang pintar dan tidak serakah!" Ucap Louis lalu pergi meninggalkan ruangan itu.

Selepas kepergian Louis keadaan hanya hening, hati putri Evelina sangat sakit rasanya mendengar umpatan yang dilontarkan oleh pangeran Louis. Ia berniat untuk membunuh mate pangeran Louis!

"Sudah kukatakan kepadamu Vilip, putraku tidak yang seperti kau pikirkan," ucap Wilone lalu berniat pergi meninggalkan mereka. Namun, Wilone berhenti sejenak lalu berbalik. "Dan benar kata Louis .. didiklah putrimu dengan benar, kau boleh memanjakannya, namun jangan berlebihan hanya karena ia tak memiliki seorang ibu lagi," imbuhnya.

***

Louis segera kembali ke halaman sembari berusaha menurunkan amarahnya. Tetapi disana ia tak menemukan mate nya. Seorang pengawal mengatakan bahwa Vale masuk kedalam dapur kerajaan sejak tadi.

Louis segera mencarinya ke seluruh dapur kerajaan, tetapi tak menemukannya. Dimana sebenarnya mate nya berada? Ia segera berlari menuju kamarnya. Lalu membuka pintunya perlahan, terlihatlah disana seseorang sedang berada dibawah selimut tebal. Louis langsung mengenali bahwa itu adalah mate nya.

"Mate," panggil Louis tetapi tak ada jawaban. Dengan perlahan tapi pasti Louis mendekati kasurnya dan membuka selimutnya dengan cepat. Vale meringkuk dibawah selimut. "Mate, apa kau sakit?" Tanyanya cepat dan segera membalik tubuh mate nya.

Terlihatlah wajah mate nya yang penuh dengan air mata yang sudah mengering, rambutnya acak-acakan. Vale menatap Louis dengan berurai air mata.

"Kau kenapa?" Tanya Louis panik. "Apa ada yang menyakitimu? Apa kau terluka?" Tanyanya beruntun.

"Ada!" Jawab Vale cepat. "Kau!" Tunjuk Vale kepada Louis.

"Maksudmu?" Tanya Louis tak mengerti.

Vale menghapus air matanya denga kasar.

"Kau yang menyakitiku! Aku membencimu Louis!" Teriaknya.

"Memang aku melakukan apa? Jelaskan kepadaku, agar aku bisa mengerti dimana letak kesalahanku. Apa aku meninggalkanmu terlalu lama?"

"Kau .. kau sangat kejam! Aku tak percaya kepadamu!"

"Apa aku melakukan kesalahan?" Lirih Louis.

Vale mencoba menghentikan tangisnya dan mencoba menjelaskan. Tetapi rasanya terlalu sakit.

"Kau menerimanya .." ucap Vale.

"Menerima apa maksudmu?" Tanya Louis tak mengerti.

Vale diam tak bergeming membuat Louis frustasi. Apa mungkin perjodohan tadi? Jadi Vale pergi setelah mendengarnya tanpa mendengarkan lanjutannya?

"Jadi kau menguping pembicaraanku didalam ruangan? Lalu pergi tanpa mendengar kelanjutannya?" Tanya Louis dengan penuh selidik. Vale mengangguk kecil, Louis menghembuskan nafasnya. "Aku tak menerimanya, kau salah paham."

"Apa maksudmu?" Tanya Vale.

Louis menurunkan amarahnya, lalu setelah tenang, ia mencoba menceritakan semuanya tanpa terlewat satu pun. Termasuk semua pembicaraan dan apa yang ia lakukan.

"Apa maksudmu .. kau akan segera bertunangan denganku?" Tanya Vale melupakan emosinya tadi.

"Memang siapa mate ku selain kau?" Tanya Louis terkekeh.

"M-maafkan aku," ucap Vale sambil menunduk malu.

Louis mengangkat dagu Vale dengan jari telunjuknya agar Vale menatapnya.

"Tidak masalah, tapi usahakan kau mendengarkan semuanya daripada kau salah paham. Jangan membuatku panik lagi."

Vale mengangguk kecil lalu memeluk Louis dengan erat. Ia menghirup bau Louis dengan rakus yang sudah menjadi candu untuknya. Louis kembali memeluk Vale dengan erat sambil mencium puncak kepala Vale agak lama.

"Louis, apa kau mencintaiku?" Tanya Vale yang membuat dahi Louis mengernyit.

"Kenapa kau menanyakan itu? Bukankah sudah jelas?"

"Kalau begitu berjanjilah agar tak meninggalkanku dalam keadaan apapun dan tetap mencintaiku seperti sekarang sampai sepuluh atau dua puluh tahun yang akan datang," ucap Vale sambil menatap Louis lekat.

"I promise, now promise me too," balas Louis sungguh-sungguh.

"I promise too."

Tak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya perasaan Vale terhadap Louis sudah bertumbuh dengan sendirinya, menjadikan Vale sangat takut kehilangan Louis. Semua perhatian yang ia dapatkan dari Louis sangat sama dengan perhatian yang diberikan oleh kedua orang tuanya.

***

Saat ini di ruang tengah Mauren sedang duduk bersama kedua putranya yaitu Lucio dan Luke. Biasanya saat tidak ada pekerjaan mereka akan berkumpul disini sembari melakukan kegiatan favoritnya. Contohnya Mauren, ia sedang merajut sebuah syal hangat untuk mempersiapkan musim dingin, tentu Mauren hanya membuat untuk dirinya dan Vale. Lucio sedang bermain billiard dan Luke sibuk memotret banyak hal dengan kameranya. Luke memang memiliki hobi lain selain berlatih pedang yaitu Fotografi.

Lucio dan Luke tadinya langsung datang setelah kepergian Raja Vilip dan putri Evelina.

Louis datang bersamaan dengan Vale yang berada di sampingnya. Mauren langsung tersenyum tatkala melihat Vale. Ia mengajak Vale duduk disampingnya dan mengajaknya bercerita. Sedangkan Louis hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan ibunya yang sangat excited saat melihat Vale.

"Kau terlambat," ucap Lucio yang membungkuk dan tetap fokus pada pool cue (stik) dan cue ball (bola putih).

"Sedikit," balas Louis sambil mengambil satu pool cue dan ikut bermain billiard bersama Lucio.

"Aku mendengar bahwa kau marah besar hari ini."

"Semua orang memiliki batas kesabarannya masing-masing, tetapi mereka melampaui batasan dan membuatku muak."

----- n o t e -----

Jangan lupa vote and comments!
Supaya aku bisa cepet update!

Follow me on Instagram :
@literasimary_

ETHEREAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang