Hari ini adalah hari yang sangat menyebalkan untuk Louis, Lucio maupun Luke. Sungguh jika mereka bisa, mereka berharap bisa membunuh putri Evelina.
Raja Vilip dan putri Evelina sudah datang semenjak tiga puluh menit yang lalu dan sudah berada di ruangan Wilone.
Sementara itu putra Wilone melakukan apa yang ingin mereka lakukan hari ini. Lucio pergi menuju rumah pohon tadi pagi, Luke sudah pergi berlatih pedang di kerajaan Mauren sejak pukul lima pagi tadi. Sedangkan Louis tetap berada di kerajaan dengan Vale.
"Louis! Ayoo cepatt! Aku sangat tak sabar!" Panggil Vale di dekat pintu. Ia tak bisa keluar kamar sebelum Louis selesai berganti pakaian.
"Baiklah, ayo."
"Yass!" Ucap Vale lalu membuka pintu dan berlari keluar, Louis dengan segera memegang pergelangan tangan Vale agar mate nya berhenti.
"Jangan berlari, mate. Kerajaan ini tak akan berpindah setiap satu menit. Tenanglah."
Vale sedikit tersenyum malu, memang benar bahwa kerajaan ini tak akan berpindah sendiri. Entahlah ia sangat excited hari ini. Setelah mengunci pintu, Louis menuju Vale dan mengenggam tangannya lalu berjalan. Niatnya hari ini Louis dan Vale akan berkeliling diluar kerajaan terlebih dahulu.
"Ah iya! Kemarin aku bersama Lena pergi ke halaman belakang, disana sangat indah dan luas! Aku sangat menyukainya, tetapi pohon itu sangat mengangguku." Suara Vale mulai terdengar kecil saat sampai di akhir kalimat.
"Pohon itu tak bisa ditebang maupun dihilangkan dengan cara apapun, dad memberinya suatu mantra untuk membuat pohon itu abadi."
Vale mengangguk kecil, sambil mencoba menyamai langkah Louis. Tapi sepertinya susah karena langkah Louis sangat lebar. Itu karena Louis sangatlah tinggi, tingginya sekitar 190 cm, sedangkan tinggi Vale hanya sekitar 165 cm.
"Louis," panggil Vale.
"Hm?"
"Bisakah kau berjalan lebih lambat? Rasanya aku seperti berlari saat berjalan bersamamu," ucap Vale jujur membuat Louis terkekeh. Ia lupa bahwa mate nya memiliki langkah yang kecil.
Louis tak menjawab ucapan Vale. Tetapi ia langsung berhenti dan berbalik, membuat Vale menatapnya dengan penuh kebingungan. Tanpa aba-aba Louis menggendong Vale di punggungnya. Membuat Vale refleks memeluknya.
"Louis, apa aku tak berat?" Tanya Vale sambil meletakkan kepalanya di bahu Louis.
"Kau sangat ringan, sepertinya aku harus memberimu banyak makan," balas Louis.
"Padahal berat badanku lima puluh lima dan aku baru saja berniat diet, mungkin menurunkan berat badan sampai lima puluh, mungkin?"
"Jangan melakukan diet tak berguna seperti itu, kau sudah sempurna tak berapapun berat badanmu."
Vale mengangguk senang mendengarnya. Astagah perkataan Louis barusan membawa dampak besar untuknya. Seperti banyak kupu-kupu yang berterbangan di perutnya.
Tanpa sadar mereka sudah sampai diluar istana. Louis langsung menurunkan Vale dengan perlahan.
Vale berlarian mengelilingi halaman seluas 5 hektar itu. Dengan rerumputan hijau yang menghiasi setiap langkah Vale. Louis hanya tersenyum melihat kelakukan mate nya. Ia senang, bukan senang melihat keindahan dari luar kerajaan ini, tetapi ia senang karena mate nya juga senang. Itulah bangsa dari dunia immortal, mereka bisa merasakan apa yang mate nya rasakan. Jika mate mereka sedih, mereka akan sedih, jika senang, mereka akan ikut senang, jika sakit, mereka juga akan merasakan sakit. Karena itulah bangsa immortal begitu menjaga mate nya dan berusaha memberi mereka kebahagiaan masing-masing.
***
Sudah sekitar satu jam lamanya, mereka berada di halaman dan kini mereka duduk di sebuah ayunan.
"Sudah puas?" Tanya Louis sambil memberikan sebotol air minum.
"Sangat puas!" Jawab Vale sambil meneguk air putih.
"Pelan-pelan nanti kau tersedak," ucap Louis sembari mengelus rambut Vale dan menyingkirkan rambut-rambut kecil yang menutupi wajahnya.
Saat sedang asik berdua, seorang pengawal datang berlarian ke arah mereka, tepatnya ke arah Louis.
"Pangeran Louis, raja Wilone memanggil anda," ucap pengawal itu dengan penuh hormat.
"Memanggilku?"
"Ya, hanya anda."
Louis menatap matenya yang juga menatapnya. Vale mengangguk dan menyuruh Louis segera pergi.
"Kau mau tetap disini atau kembali?" Tanya Louis.
"Disini."
"Baiklah, jaga dirimu, aku akan segera kembali."
Vale mengangguk sambil tersenyum lalu menyuruh Louis segera pergi. Louis pergi dalam sekali kedipan. Jujur Vale sangat penasaran, mungkin ia akan menanyakannya nanti.
***
Tok .. tok .. tok
Suara ketukan pintu menghentikan pembicaraan Wilone dan raja Vilip. Louis masuk dengan gagahnya dan tetap dengan raut wajah datar. Putri Evelina langsung tersenyum lebar setelah menatap kehadiran Louis. Jantungnya berdetak hebat. Wilone menyuruh agar Louis duduk.
"Selamat siang raja Vilip dan putri Evelina," sapa Louis dengan nada datar.
"Siang juga, pangeran Louis," jawab Evelina yang terkesan menggoda, tak ada jawaban apapun dari Louis. Bahkan Louis enggan menatap wajahnya.
"Selamat siang," balas raja Vilip.
"Ada apa memanggilku, dad?" Tanya Louis to the point.
Raja Vilip menatap Wilone meminta persetujuan dan menghembuskan nafasnya. Wilone mengendikan bahunya, sejak awal pembicaraan, Wilone sudah menolak mentah-mentah apa yang diinginkan oleh Raja Vilip dan putrinya. Ia sengaja memanggil Louis agar mereka bisa mendengarnya langsung dari mulut Louis.
"Begini pangeran Louis, kehadiran saya hari ini berniat untuk menjodohkan anda dengan putri saya. Apakah anda mau menerima perjodohan ini?" Tanya Raja Vilip.
"Tentu saja .."
Hanya kata-kata itu yang tak sengaja Vale tangkap saat menguping pembicaraan mereka didalam. Matanya memanas setalah mendengarkan ucapan Louis. Tak mau mendengarkan apapun, Vale langsung berlari menuju kamar dan bergelung dibalik selimut, menangis selama beberapa waktu.
----- n o t e -----
Jangan lupa vote and comments!
Supaya aku bisa cepet update!Follow me on Instagram :
@literasimary_
KAMU SEDANG MEMBACA
ETHEREAL [END]
VampireFOLLOW SEBELUM MEMBACA 💕 Louis Xavier Adelard. Seorang vampire murni yang merupakan penerus kerajaan dan sudah menggembara selama 24 tahun atau 240 tahun lamanya, hanya untuk mencari mate nya. Namun, 2 tahun yang lalu semuanya berubah .. ia sudah m...