Malam ini hujan deras mengguyur kerajaan. Keluarga Adelard sedang berada di ruang tengah, tentunta tanpa Wilone. Mauren dan Vale asik bercerita banyak hal, layaknya ibu dan anak. Louis memiliki feeling bahwa akan banyak petir yang menyambar dan Vale sangat takut dengan petir.
"Mom, Vale bergayalah!" Suruh Luke sambil memegang kamera dan sudah siap memotret. Mauren dan Vale langsung berpelukan erat dan tertawa bahagia.
Cekrek
"Sangat bagus! Kalian sudah cocok menjadi ibu dan anak!" Puji Luke. "Sekarang Lucio bergayalah! Aku akan memotretmu!"
Lucio tetap diam menatap kelakuan Luke yang menyebalkan, adiknya ini seharusnya tau bahwa ia membenci kamera ataupun difoto. Entah mengapa Luke harus memiliki hobi yang sangat Lucio benci. Diam-diam Luke memotret wajah Lucio yang sedang sebal terhadapnya. Luke tertawa setelah melihat foto di kameranya.
"Mom! Vale! Louis! Lihatlah wajah Lucio!" Panggil Luke girang.
"Astagah Lucio, aturlah raut wajahmu mulai sekarang, wajahmu menyeramkan jika sedang kesal," ucap Mauren sambil tertawa kecil.
Louis segera mengakhiri permainan billiardnya dan menuju ke arah Vale lalu menarik tangannya. Vale dan Mauren memandang Louis dengan tatapan bertanya-tanya.
"Aku rasa Vale mengantuk," alibi Louis membuat Vale membulatkan matanya. Mengantuk apa? Ia sama sekali tidak mengantuk, Mauren sangat asik sehingga membuatnya senang.
"T-tapi aku-" ucapan Vale terpotong karena Louis menatapnya sebentar membuat Vale takut seketika, padahal Louis hanya menatapnya biasa.
Mauren, Lucio dan Luke menatap Louis dengan tatapan curiga. Tidak mungkin Louis akan melakukan ini jika tanpa alasan lain. Mereka lihat-lihat Vale juga tidak mengantuk tampaknya. Louis memejamkan matanya dan mulai berhubungan melalui pikiran, dia mengatakan bahwa Vale takut akan petir dan dia akan membawa Vale ke perpustakaan yang kedap suara.
"Baiklah pergilah, Louis! Tampaknya Vale memang sudah mengantuk, sampai jumpa besok Vale!" Ucap Mauren dengan senyuman hangat.
"Sampai jumpa besok mom, Luke dan Lucio!" Balas Vale yang diangguki mereka.
Louis langsung mengajak Vale menuju perpustakaan. Lorong panjang yang berukuran 3x1 meter dan terbuat dari tumpukan batu bata, hanya ada penerangan dari lilin yang berada setiap 1 meter sekali. Udara dingin membuat Vale menggosok kedua tangannya ke lengan. Tanpa banyak bicara Louis langsung merangkul mate nya dengan jubah tebal dan panjang yang ia kenakan.
Hangat .. itulah yang Vale rasakan setelah berada di dalam balutan jubah Louis. Tangan Louis setia berada di lengan Vale memastikan agar gadisnya tetap dekat dengannya.
"Omong-omong aku belum mengantuk Louis," ucap Vale.
"Aku tau."
"Lalu mengapa kau mengajakku kemari?"
"Tidak ada alasan."
Mereka berdua sudah sampai di depan pintu megah nan besar. Louis mendorong pintu itu dan tampaklah ruangan luas dengan buku yang berjejer di sekeliling ruangan. Di tengah terdapat satu buah kursi dan meja, lalu di sampingnya terdapat sofa panjang yang cukup memuat 2 orang.
"Perpustakaan?" Tanya Vale senang. Ia sangat suka membaca buku novel, tetapi sayangnya novel favoritnya berada dirumah dengan tabungannya untuk membeli novel terbaru.
"Kau mau menemaniku atau ikut membaca denganku?" Tawar Louis.
"Dua-duanya!"
"Kalau begitu kau mau membaca buku apa?"
Vale menatap sekeliling dan mencari buku yang mungkin akan ia baca, sampai matanya tak sengaja menatap satu sampul buku yang sepertinya ia kenal.
"Louis itu buku apa?" Tanyanya sambil menunjuk sebuah buku bersampul biru dengan gradasi ungu.
"Bridge to Terabithia," balas Louis sambil mengambil satu buku yang berada di atas dan mengambil buku yang ditanyakan oleh Vale dengan sihirnya.
Vale membulatkan matanya setelah mendengar ucapan Louis. Bridge to Terabithia adalah buku limited edition yang sangat susah ia dapatkan karena buku itu merupakan buku keluaran terbaru. Ia menabung selama ini untuk membeli buku itu!
"Tapi buku itu adalah buku limited edition! Bagaimana bisa kau memilikinya?"
"Semua buku ada disini, mate," balas Louis sambil memberikan buku itu kepada Vale.
"Hebat!" Puji Vale sambil menatap buku yang berada ditangannya. Coba saja kalau ia masih berada di dunia manusia! Ia pasti akan memamerkan buku ini kepada Lena dan Lena pasti akan iri dengannya.
Benar juga! Kira-kira bagaimana kabar Lena dan sekolahnya? Ia bahkan belum menanyakan perihal ini. Bagaimana jika Lena mencarinya?
"Louis, omong-omong bagaimana dengan sekolahku?" Tanya Vale sembari mengikuti Louis yang berjalan menuju kursi.
"Kau sudah dianggap pindah sekolah."
"Lalu bagaimana dengan keadaan Lena?"
"Dia baik-baik saja."
Vale bernafas lega setelah mengetahui jawaban Louis. Lena pasti sangat sedih karena Vale meninggalkannga sendirian. Padahal Lena sudah menganggap dirinya sebagai saudari kandung. Memikirkan Lena membuat Vale semakin merindukan kekonyolan gadis itu.
"Kemarilah, mate. Apa kau akan tetap berdiri disana?" Tanya Louis sembari menepuk pahanya. Vale menyingkirkan pikiran itu sejenak dan langsung berjalan menuju Louis dan duduk dipangkuannya sambil membaca buku itu.
***
Rasa kantuk menyerangnya sehingga beberapa kali Vale menguap setelah membaca hampir setengah buku itu. Tanpa sadar ia tertidur di dada bidang milik Louis. Suara dengkuran halus milik Vale menyita perhatian Louis yang tadinya sedang fokus dengan buku bacaannya. Bahkan saat tidur pun mate nya masih sangat cantik. Louis menyingkirkan rambut-rambut kecil yang menutupi wajah Vale.
"Good night," ucap Louis lalu mencium kening Vale.
Louis meletakkan buku dan mengambil buku yang dipegang Vale dengan perlahan. Ia menggendong Vale lalu menidurkannya diatas sofa dan ikut tidur di sampingnya sambil memeluk Vale memastikan gadis itu tetap merasa hangat.
----- n o t e -----
Jangan lupa vote and comments!
Supaya aku bisa cepet update!Follow me on Instagram :
@literasimary_
KAMU SEDANG MEMBACA
ETHEREAL [END]
VampirosFOLLOW SEBELUM MEMBACA 💕 Louis Xavier Adelard. Seorang vampire murni yang merupakan penerus kerajaan dan sudah menggembara selama 24 tahun atau 240 tahun lamanya, hanya untuk mencari mate nya. Namun, 2 tahun yang lalu semuanya berubah .. ia sudah m...