Chapter 28

252 16 1
                                    

Pagi-pagi benar, Brian sudah berada di pabrik kamper itu. Beberapa kali ia menguap karena masih mengantuk, tetapi tugasnya lebih penting daripada apapun.

Perut Brian berbunyi, untungnya sang mate membawakannya bekal, jika tidak ia mungkin akan mati kelaparan. Dengan segera Brian mengeluarkan kotak makan yang berisi dua buah sandwich. Brian memakannya dengan lahap sambil menatap sekeliling, takut-takut jika Liana datang hari ini.

Tap .. tap .. tap

Suara langkah kaki mengalihkan perhatian Brian, ia mengintip siapa yang datang sepagi ini. Bahkan beberapa karyawan saja baru akan datang satu jam lagi.

"Liana?" Tanya Anna terkejut melihat kehadiran Liana yang satu hari lebih cepat dari biasanya. "Bukankah seharusnya kau datang tiga hari lagi?"

"Kamper ku sudah habis, lagipula jika aku datang tiga hari lagi mungkin akan lebih tidak baik."

Anna mengangguk mengerti lalu mengantarkan Liana ke tempat persediaan kamper dan membiarkannya memilih kamper yang ia mau.

Sedangkan di posisi Brian yang sejak tadi menguping, merasa terheran-heran. Apa jangan-jangan Liana sudah mengetahui jika ia akan datang tiga hari lagi? Tapi mengetahui dari siapa?

"Tumben kau langsung membeli beberapa pack? Bukankah biasanya kau membeli satu pack untuk satu minggu?" Tanya Anna yang terdengar sampai ke telinga Brian.

"Emm .. ada beberapa kesibukan dan mungkin aku tak akan bisa keluar selama beberapa minggu," ucap Liana lalu teringat dengan perkataan Anna tadi. "Tentang infomu tadi .. siapa yang mencariku kemarin?" Tanyanya perlahan.

"Entahlah .. tapi dia memiliki kartu anggota kerajaan Adelard. Sangat mengejutkan bukan?"

Kedua mata Liana membulat, ini tandanya ia sudah menjadi incaran. Matanya bergerak tak nyaman, sekilas ada perasaan khawatir dan takut. Rencananya kemarin sudah gagal karena kedatangan Louis. Sekalinya ia menjadi incaran, pasti tak akan mudah kabur apalagi ia sudah menjadi incaran kerajaan Adelard. Mau kabur rasanya sudah tak sempat, mereka pasti sudah menutup jalan keluar untuk ke dunia manusia atau tempat lainnya.

Tentunya semua percakapan itu tak luput dari pendengaran Brian. Sejak tadi ia membulatkan mata dan menganga beberapa kali, karena saking terkejutnya. Ternyata informasi itu didapatkan dari Anna. Sialan! Ia lupa menyurunya diam! Tetapi tak apa! Setelah ini ia harus mengikuti Liana. Kemarin ia hampir saja menolak Louis karena menyuruhnya ke pabrik hari ini, tetapi sekarang ia malah bersyukur Louis menyuruhnya, karena kalau tidak mungkin saja pekerjaannya akan bertambah berat.

Liana sudah keluar dari pabrik, ia menaiki kudanya lalu memacunya diikuti Brian yang berada di seberangnya. Jalanan keluar dari pabrik adalah jalanan tak rata dan Liana melewati jalan itu, sedangkan Brian berada tepat di seberang sungai agar tak ketahuan Liana. Brian baru memacu kudanya setelah beberapa detik sejak kepergian Liana.

Jalanan yang Liana lalui tampak familiar di ingatan Brian. Gadis itu tampak tak sadar bahwa dirinya diikuti oleh orang lain. Sepertinya ia memacu kudanya dengan berjuta-juta pikiran yang ada di benaknya.

Setelah memakan waktu hampir 7 menit, Liana menghentikan kudanya dan turun tepat di depan pasar. Brian mengintip apa yang gadis itu akan lakukan. Tentu saja Liana akan membeli persediaan selama beberapa bulan nanti, ia tak pernah ikut makan malam atau makan pagi di kerajaan, karena selain ia tidak ingin diketahui siapapun, ia juga kurang menyukai makanan kerajaan. Jadi dia selalu membuat dan membeli makanan sendiri.

"Sir, berapa harga daging ini?" Tanya Liana sambil menunjuk satu daging berukuran besar yang mungkin akan cukup ia simpan untuk 1 bulan.

"Untukmu kuberikan Lima belas Pound Sterling, kau mau tidak?"

"Emm .. baiklah aku membelinya," ucap Liana sambil menyerahkan beberapa lembar uang.

Setelah ini niatnya ia akan membeli beberapa minuman, snack, dan mungkin beberapa senjata baru. Liana berjalan menelusuri pasar dan membeli apa yang ia perlukan, lalu menuju toko senjata.

"Hai, Liana! Lama tak terlihat!" Sapa pemilik toko yang dibalas dengan senyuman.

"Akhir-akhir ini aku agak sibuk, tak sempat keluar rumah."

"Baiklah-baiklah aku mengerti, kau mau membeli apa?"

"Aku akan melihat-lihat terlebih dahulu."

"Baiklah!"

Liana mengitari toko, lalu mengecek beberapa senjata yang menurutnya pas, ia membayar dan segera pulang. Ia meletakkan belanjaannya di saddle bags yang ada di sisi kiri dan kanan tubuh kudanya. Liana mengarahkan kudanya untuk perlahan mundur lalu memacu kudanya.

Brian yang sempat melamun, disadarkan dengan suara kuda Liana. Detik itu juga Brian langsung menaiki kudanya lalu kembali mengikuti Liana.

Perjalanan kembali dimulai, Brian hanya berharap semoga Liana langsung kembali ke tempat tinggalnya sehingga ia bisa dengan cepat melapor kepada Louis. Liana memasuki area perbukitan dan menuju jalan setapak.

Dengan sabar Brian mengikuti dari jarak jauh sehingga keberadaannya tak disadari oleh Liana. Lagipula Luke sudah memberinya mantra agar bau tubuhnya tak dikenali dan tak tercium siapapun.

Setelah keluar dari hutan, Brian akhirnya bisa melihat dimana ia berada. Di depannya terdapat kerajaan megah yang memiliki luas hampir sama dengan kerajaan Adelard. Tunggu .. untuk apa gadis ini kemari? Apa untuk menemui Raja Vilip? Tapi bagaimana bisa ia mengenalnya?

Liana turun dari kudanya lalu memasuki kerajaan, diluar Brian menunggu beberapa jam untuk memastikan bahwa gadis itu memang tinggal disini. Sepertinya ia juga sudah mengenal baik kerajaan ini.

"Permisi tuan, apa yang anda lakukan disini?" Tanya salah satu pengawal penjaga gerbang.

"Ah itu .. aku ingin bertanya, apa biasanya gadis itu selalu berada di kerajaan?"

"Maaf kami tak bisa memberitahukan informasi tersebut."

"T-tapi dia adalah mate ku! Aku curiga bahwa ia selingkuh, karena kau tau akhir-akhir ini ia tak pernah mau menemuiku," jawab Brian dramatis.

Terkadang berbohong memang diperlukan, jika sedang terpepet. Tapi percayalah, Brian tak pernah membohongi mate nya, ia adalah pria sejati yang akan selalu jujur mau bagaimana pun hasilnya kelak. Tapi kejujuran akan selalu menjadi nomor satu di hidupnya.

Kedua penjaga gerbang itu saling melirik, lalu salah satunya mengangguk. Kasihan juga pria di depannya.

"Ya, gadis itu memang selalu tinggal dikerajaan ini," ucap salah satu pengawal itu.

----- n o t e -----

Jangan lupa vote and comments!
Supaya aku bisa cepet update!

Follow me on Instagram :
@literasimary_

ETHEREAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang