Part 30-Jangan Mudah Percaya

191 27 1
                                    

"Tidak bisakah kau memperbolehkanku masuk sebentar? Ini tidak akan lama, hanya untuk mengecek sesuatu." Tanya Keichiro dengan wajah pasrah setelah menanyakan pertanyaan yang sama sebanyak tujuh kali, pada perawat yang mengantarnya.

"Maaf, tapi tanpa surat resmi dari kepolisian maupun izin langsung dari kerabat dekat. Kami tidak bisa memperbolehkan siapapun menemui pasien kami, terlebih yang sedang dalam keadaan koma seperti Nyonya Naeda." Jawab suster dengan kepala agak tunduk, yang sudah lebih dulu di tebak oleh Keichiro.

Polisi itu hanya bisa menghelah nafas panjang, saat melirik kearah perawat senior yang ada di depannya sebelum akhirnya mengangguk, mempersilahkan wanita itu pergi. Setelah perawat itu tak terlihat lagi barulah Keichiro menghampiri salah satu bangku yang ada di depan kamar rawat, pandangannya masih tertuju kearah jendela meski tidak memperlihatkan ekspresi apapun.

Sudah hampir dua jam sejak ia berangkat lebih pagi untuk mengunjungi rumah sakit ini, memastikan keadaan tersangka yang dilaporkan Jim. Meski harus menelan kecewa dikarenakan beberapa pertanyaan dalam kasusnya yang belum terjawab, namun tanpa surat resmi yang dikeluarkan langsung oleh Kepolisian Global untuk penyelidikan ia tidak bisa apa-apa.

"Hah... bisa-bisanya aku melakukan semua ini hanya untuk membuka kedoknya." Keichiro menggosok pelan wajahnya yang sejak tadi terlihat masam tanpa sedikitpun melepaskan pandangannya kearah kamar.

"Dia kelihatan seperti orang baik, apa mungkin semua bukti itu hanya kebetulan? Alibi rumah sakit tidak mungkin salah." Keichiro berbicara pada dirinya sendiri. "Jika saja dia bukan kerabat dari gadis itu... sebenarnya seberapa banyak yang diketahuinya tentang kami." Sosok Sakura mendadak muncul dalam pikirannya.

"Black, aku pasti akan mengungkap identitas aslimu seperti yang lainnya. Lihat saja nanti."

-----

Pandangan buram diarahkan Sakura ke sekelilingnya saat pengumuman nama stasiun membuat gadis itu terbangun dari tidurnya. Suasana di kereta cukup sepi saat gadis itu memutuskan menaiki transportasi ini untuk pulang, meski terbiasa menggunakan jasa taxi selama bertahun-tahun di Prancis entah kenapa ini tidak membuatnya merasa aneh.

Sakura berdiri sebentar berusaha menggerakkan tubuhnya yang kaku saat tangan gadis itu menggapai salah satu pegangan kereta. Pintu terbuka diikuti suara bel kedua yang menyertakan nama stasiun, dan beberapa orang yang dengan cepat keluar dari sana. Waktu terasa melambat sekian detik saat gadis itu berusaha melangkahkan kakinya dari gerbong kearah pijakan yang terasa cukup jauh.

'Uh... sepertinya aku terlalu meremehkan racun ini. Mungkin menyisakannya sedikit bukanlah ide yang bagus.' Sakura melepaskan pegangannya, tepat di saat yang sama seorang wanita tanpa sadar menyenggolanya dari arah luar.

BRUK!

"Untunglah saya datang tepat waktu, anda baik-baik saja nona?" Pandangan Sakura melebar, sadar akan tubuhnya yang kini tertahan di udara akibat tangan seseorang. Ia terdiam beberapa saat untuk mengenali sosok berpakaian formal serba hitam dengan kacamata yang kini menahan tubuhnya agar tidak jatuh.

"Kau... siapa?" Pria itu tersenyum lembut, lalu memapah tubuh Sakura setelah sadar mereka menghalangi jalan masuk.

"Anda masih menanyakan itu pada orang yang menolong anda?" Pria itu bertanya saat mereka menuruni tangga untuk keluar, Sakura tertawa kecil memahami maksud dari kalimat itu yang membuatnya sadar lelaki itu juga mengenakan sarung berwarna. "Tidak, aku menanyakannya pada orang tidak kukenali." Jawab Sakura.

Tidak semua orang akan langsung menangkapnya seperti yang dilakukan pria itu barusan, terlebih untuk mereka yang juga bekerja atas nama keluarga Lupin. Beberapa akan menganggap Sakura atau Black sebagai orang yang harus di hindari agar tidak membuat masalah. 'Nampaknya orang tua itu sangat yakin dengan kondisiku sampai-sampai membiarkan orang baru seperti ini menjemputku.'

LUPIN BLACK - The Mysterious Treasure HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang