Part 48-Black Dial Fighter

127 12 2
                                    

"Bohong..."

Pemuda berdarah kaukasoik itu menggelengkan kepalanya berkali-kali dengan wajah kebingungan. Tampak mata yang sebelumnya menatap lembut kearah Sakura itu seketika berubah kosong dan hampa.

"Brian tenangkan dirimu." Tutur Sakura pelan. Sementara orang yang ia ajak bicara terus berjalam mundur menjauhi semua orang.

Kalimat Sakura barusan benar-benar sebuah pukulan buruk untuk Brian. Sakura sekarat? Apakah Sakura akan mati dan pergi? Sakura akan pergi meninggalkannya sendirian?

"Bohong... aku tidak percaya! AKU TIDAK PERCAYA PADAMU!!!"

"Brian..." Kalimat Sakura tercekat di kerongkongan kala pemuda itu mulai terlihat meracaukan sesuatu.

Brizella dan Rhinson yang melihat sikapnya mulai khawatir namun tidak melakukan apapun. Karena mereka tahu satu-satunya orang yang dapat menenangkan Brian adalah orang yang sama yang membuatnya kambuh seperti itu. Tanpa lebih banyak bicara dengan cepat Sakura berjalan mendekati Brian dan langsung menarik paksa wajah pemuda itu kearahnya.

"Tatap aku dan tenangkan dirimu." Ucap Sakura lembut, yang seketika itu pula membuat pemuda berambut pirang itu berhenti meracau.

"Hah..." Gadis itu menghelah nafas, kembali menghempaskan tubuhnya ke sofa sambil memijat halus pelipisnya. Suasana telah kembali tenang ketika Brian kembali tenang.

Sakura sangat paham dengan sisi posesif Brian pada dirinya. Ada alasan lain di balik itu. Mungkin semua berawal sejak mereka bertemu saat ia menyelamatkan kedua anak kembar itu dari keluarga mereka yang telah hancur. Kini ia bingung bagaimana harus menghadapi sikap pemuda itu yang posesif dan sepertinya sangat terobsesi padanya. Semua itu jelas tergambar saat ia menyambut gadis itu di depan pintu kamar sebelumnya.

"Aku akan meminta pelayan membawakan teh kemari." Rhinson akhirnya bicara setelah ruangan menjadi hening beberapa saat. Sakura kembali mengangguk sebelum pria berhodie tudung itu berjalan keluar ruangan untuk memanggil pelayan.

Rhinson akhirnya kembali dengan seorang pelayan pria yang dengan cepat menuangkan teh untuk mereka semua yang berkumpul di sana. Ketika pelayan itu kembali keluar ruangan barulah Sakura membuka ulang pembicaraan mereka yang sempat tertunda.

"Baiklah, aku harus mulai dari mana ya..." Gadis itu terdiam sejenak, sementara ketiga muridnya yang sejak tadi diam tak berkomentar dan tetap serius memeperhatikan. Bagi mereka pembicaraan ini adalah sesuatu yang menegangkan.

Tentu saja, karena pembicaraan ini bisa jadi adalah cara Sakura menyampaikan wasiat terakhirnya. Karena gadis itu akan segera mati. Seperti yang dia katakan tadi.

Setelah beberapa waktu berlalu akhirnya Sakura meletakkan Black Dial Fighter diatas meja, sambil tersenyum, senyum yang menurut orang lain cukup mengerikan. Karena setelahnya gadis itu mangatakan sesuatu yang amat tidak terduga bagi mereka.

"Mungkin dari sini. Benda yang akan menjadi penyebab dari kematianku." Ujar Sakura dengan santainya sebelum menyeruput teh dari gelas miliknya. Tidak peduli dengan mimik wajah para muridnya yang sudah sangat kacau.

TRAK!
Denting cangkir yang diletakkan kembali berbunyi.

"Itu sudah cukup lama, saat pertama kali aku menjadi Lupin Black. Gadis polos yang naif. Yang berusaha untuk bertahan hidup dengan dendam yang cukup besar di hatinya. Usiaku baru 16 tahun saat pertama kali menggunakan koleksi ini dan memahami betapa mengerikannya benda ini."

-----

"Aku terlahir dari dendam pada darah. Tanpa kesucian di sana. Setiap hal memiliki kosekuensi. Entah itu Kutukan atau Harapan. Aku adalah kunci untuk mengakhiri sebuah kisah, tercapainya sebuah permintaan."

LUPIN BLACK - The Mysterious Treasure HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang