Teriakan demi teriakan mulai terdengar diantara kepanikan warga dengan korban yang mulai terlihat di sepanjang jalan, orang-orang terluka, bahkan yang tidak sadarkan diri akan ditangkap. Ketegangan mulai terasa di tiap tempat, bahkan lokasi yang dianggap aman sekalipun dalam sekejap menghilang tak bersisa. Sementara itu awal dari sebuah pertempuran, baru saja di mulai.
Dentuman keras terdengar dari balik dinding saat para Podermen yang menjaga di luar ikut lari ketika merasakan getaran dari tanah saat suara keras itu berbunyi. Rhinson yang kebetulan berada di lorong yang sama hanya kebingungan saat menyaksikan para Podermen itu lari terbirit-birit menjauhi pintu yang seharusnya ia masuki.
"Sepertinya tidak bagus, apa telah terjadi sesuatu?" Gumamnya, ragu untuk menyentuh gagang berbentuk ular di depannya itu. Namun belum sempat Rhinson menyelesaikan pikirannya pintu itu mendadak terbuka bersamaan dengan sosok Gangler wanita yang keluar dengan wajah panik diikuti teriakan yang terdengar dari dalam.
"KERLUAR!! TINGGALKAN AKU SENDIRIII...!!!"
"Yaampun.... nona apa yang harus kulakukan, bukan salahku jika gangler tua itu datang. Zanjio yang membawanya kemari tapi kenapa malah aku yang diteriaki?!" Rengek Gangler wanita itu dengan nada histeris, yang tidak lain adalah Empusa.
"Astaga! Rhinson, kapan kau di sini?"
"Baru saja, aku baru kembali untuk memberikan informasi terbaru dari dunia manusia."
"Oh... kau membuatku terkejud! Aku pikir kau Zanjio." Ujar Empusa membuat gangler itu menggaruki kepalanya sendiri karena bingung.
"Apa ada masalah? Sepertinya nona tidak terdengar baik?" Rhinson mulai bertanya untuk mengambil informasi. Menjadi intel mungkin akan membuatmu mendapatkan banyak informasi tentang hal yang kau cari, namun kurangnya informasi akan hal diluar itu bisa berkemungkinan besar terjadi sperti sekarang.
'Entah apa yang membuat wanita ular itu mengamuk' Batin Rhinson saat memikirkan Medusa.
Empusa mengalihkan wajahnya mendengar pertanyaan itu, ia sangat ingin menghelah nafas untuk menjawabnya tapi niat itu langsung ditepis saat teringat ia sudah melakukan hal yang sama berkali-kali di dalam. Kepalanya benar-benar memanas dengan semua hal yang baru terjadi hingga ia tidak bisa tenang dalam situasi tersebut.
"INI SEMUA SALAH OBOR CUMI ITU!..." Pekiknya melampiaskan amarah yang sejak tadi ia simpan, sontak saja itu membuat Rhinson tersentak bahkan sampai menjauh untuk menyelamatkan telinganya yang langsung di tutup rapat.
"O-obor cumi? Maksudmu Zanjio?"
Rhinson kembali bertanya kali ini dengan hati-hati. Sadar akan siapa gangler yang ada di depannya membuat Empusa menepuk pelan wajahnya, wanita itu sudah cukup malu karena tidak bisa mengontrol emosinya sendiri di depan orang lain tapi dari pada itu ia baru teringat akan hubungan Rhinson dan Zanjio.
"Lu-lupakan itu, anggap kau tidak mendengar apapun." Empusa berkata sembari mengibaskan tangannya, berusaha terlihat tenang. "Ayo ke tempat lain, ada hal penting yang harus kuberi tahu padamu. Dan.... mungkin akan memngubah pikiranmu untuk pergi ke dalam." Sembari mengarahkan ibu jarinya ke arah pintu di belakang.
"Hal yang penting? Baiklah, aku akan ikut."
Setelah mengucapkan kalimatnya yang menutup pembicaraan mereka untuk sementara, Rhinson mengikuti Empusa yang berjalan di depannya. Sambil mengingat perasaan buruk yang sempat ia rasakan dari arah pintu saat pemicaraan mereka barusan. 'Tadi itu.... apa ya?'
-----
"Sial!" Ucap Keichiro di balik bisikannya. Dengan nafas yang agak memburu pria itu di buat kesal dengan keadaannya yang menyedihkan, saat ratusan podermen kini telah berdiri mengelilinginya dengan pasukan yang nampak tidak terhingga. Membuatnya terpojok di tengah-tengah tanpa bisa berbuat banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUPIN BLACK - The Mysterious Treasure Hunter
FanficLupinranger, pencuri harta karun yang dibicarakan semua orang. Serta Patranger, para polisi yang berjuang demi perdamaian. Satu tahun setelah pertarungan terakhir melawan Dogranio Yabun, akhirnya para Lupinranger kembali. Informasi mengenai para Lup...