Part 47-Koleksi Polisi

145 8 3
                                    

Brizella sedang memperhatikan buku bacaan di tangannya saat cangkir di depannya mulai terisi penuh dengan teh chamomile panas yang baru di seduh.

Gadis itu perlahan mengalihkan matanya dari buku menatap teh yang mengeluarkan uap tebal lalu beralih lagi pada orang yang baru saja menuangkan teh tersebut. Wanita itu dengan cepat langsung menyadari tatapan tajam yang diarahkan terhadapnya.

"Ada masalah nona Brizella?" Tanya pelayan wanita itu tersenyum lembut sambil memegang teko teh.

"Bukankah seharusnya pertanyaan itu kutanyakan untukmu?" Tanpa membalas senyum gadis yang ditanya langsung balik melontarkan tanya pada pelayan itu.

"Maaf, Aku tidak mengerti."

"Kau tahu jika orang-orang yang datang kemari bukan orang sembarangan, bagaimana jika mulut mereka terbakar saat meminum teh chamomile ini?" Tanya Brizella saat mengangkat cangkir teh miliknya yang dipenuhi uap panas. Lalu dengan santainya meniup uap itu.

Seketika apa yang baru saja dilakukan oleh Brizella menarik perhatian semua penghuni ruangan, mulai dari tamu hingga para pelayan yang ada di sana. Bagaimana tidak, baru saja gadis itu selesai meniupkan uap panas yang ada di tehnya. Gelas beserta air teh yang ada di tangannya langsung membeku seketika.

Brizella menghentikkan tiupannya lalu kembali menatap pelayan wanita dihadapannya yang saat ini mulai berkeringat, raut wajahnya khawatir. Semetara tatapan gadis itu sama dinginnya dengan teh yang baru saja ia tuang untuknya. Sedingin es.

TAK!
Brizella meletakkan cangkir teh miliknya yang telah berubah menjadi es batu ke atas meja. "Kuharap ini pertama dan terakhir kalinya. Pergilah, dan siapkan hidangan lainnya." Lanjut Brizella dingin.

Pelayan wanita yang tertegun sesaat dengan apa yang baru saja dilakukan gadis itu kembali sadar tatkala ia mengatakan kalimat terakhirnya. Dengan canggung ia membungkuk sebelum kembali meninggalkan ruangan.

Kepergian pelayan itu dari ruangan memberikan bekas tersendiri pada beberapa orang, terutama dengan apa yang dilakukan Brizella untuk mengingatkan pelayan tua keluarga lupin itu. Perhatian semua orang langsung tetuju kearahnya dan tanpa diberi tahu orang lain, Brizella sudah menyadari jika dirinya menarik perhatian.

Bagaimana tidak menarik perhatian. Tidak ada manusia biasa yang bisa melakukan apa yang baru saja gadis itu lakukan. Bahkan tidak ada seorang dari bangsa Metrasyi yang mungkin memiliki kemampuan seperti itu. Kecuali... Gangler?

BUK!
"BAGAIMAN MUNGKIN KITA AKAN MEMBIARKAN HAL SEPERTI INI TERJADI?!" Salah seorang pria berpakaian rapih dengan tubuh kekar langsung menggebrak meja di tengah ruangan membuat kericuhan.

"Richart tenangkan dirimu!" Ujar wanita yang duduk di sampingnya.

"TENANG? APA KAU SUDAH GILA? KAU INGIN AKU TENANG DI SAAT BANGSA GANGLER ADA DI RUANGAN INI?!"

"Aku tahu tapi kumohon jangan membuat keributan seperti ini." Wanita itu berusaha menenangkan pria di sampingnya.

"Tuan Richart apa kau tidak paham tatakrama? Pertemuan ini bukan pertemuan biasa, anda tidak bisa seenaknya berteriak seperti ini." Pria lainnya yang sejak tadi duduk di ruangan ikut bersuara. Bukan untuk membela Brizella, namun karena ia merasa terganggu dengan tingkah pria bernama Richart tersebut.

"Tapi menurutku apa yang dikatakannya benar juga. Untuk apa seorang gangler berada di ruangan ini. Apa kau tidak merasa khawatir?" Pria yang duduk di seberangnya ikut bersuara. Bukan untuk membela Richart namun hanya untuk memanas-manasi suasana tempat itu.

Ketika keempat orang itu sibuk berbicara hanya dua orang yang tersisa yang tidak membuka mulut sama sekali dan itu cukup menarik perhatian Brizella. Entah karena mereka tidak terlalu peduli dengan keberadaannya atau karena faktor usia keduanya yang terlihat lebih tua di bandingkan empat orang yang lain jadi tidak ingin ada keributan. Atau... mereka sudah tahu alasanku ada di sini? Pikir Brizella namun ia tidak segera menyimpulkan jawabannya.

LUPIN BLACK - The Mysterious Treasure HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang