Malam telah larut namun tampaknya hal itu bukan suatu masalah bagi para pegawai Bistro untuk segera beristirahat. Di balik tanda tutup yang terpasang jelas di depan tempat tersebut, mereka mulai mengungkapkan sisi lain mereka yang jarang di ketahui orang.
Umika meletakkan kepalanya di meja dengan tangan sebagai penopangnya di sana. Kairi yang sejak tadi duduk di depannya hanya bisa menatap gadis berambut pendek itu. Sejak kembali dari cafe tempat ia, Sukasa dan Sakura datangi gadis itu hanya diam tanpa bicara atau berkomentar sedikitpun bahkan saat Kairi dan Toma bertanya padanya. Meski mereka berdua sudah mengetahui masalahnya bahkan tanpa di beritahu oleh gadis itu.
"Ayolah, Umika.... apa kau tidak bosan? Kau sudah berpose seperti itu sejak sejam yang lalu." Ujar Kairi dengan ekspresi bosan, namun tetap saja hal itu tidak di gubris oleh Umika. Sementara Kairi memujuknya Toma menyibukkan dirinya di dapur untuk mencuci beberapa piring dan alat masak yang kotor.
"Bukankah kau sudah menyadari ini dari awal? Sakura tidak akan terlalu mempermasalahkannya jadi tenang saja." Mendengar perkataan Kairi sontak gadis itu langsung mengangkat kepalanya dan menatap pemuda berambut ikal itu sambil merungut.
"Kau tidak akan berkata begitu jika kau sendiri yang ada di sana!" Ujarnya.
"Kalu begitu katakan apa yang terjadi di sana? Apa kata-kata Sakura begitu rumit hingga membuatmu tidak ingin mengatakannya?" Umika bergeleng pelan untuk menjawab pertanyaan Kairi, sementara Kairi yang melihat itu hanya menghela nafas pendek.
Toma yang sejak tadi hanya mendengarkan dari dapur langsung beralih pada gadis itu. "Apa ada hal lain yang mengganggumu?" Tanya sang koki, saat tangannya sibuk mengelap beberapa piring.
Umika terdiam sejenak setelah mendengar pertanyaan itu. Tampaknya pertanyaan Toma langsung mengenai sasaran yang tepat hingga gadis itu harus memikirkan apa yang harus ia katakana untuk menjawabnya.
"Jika Identitas kita terbongkar lagi, akan sulit untuk kita mengumpulkan koleksi."
"Hei, kenapa tiba-tiba kau sensitive begitu?"
"Umika?
"Aku tidak mau itu terjadi lagi, aku tidak mau identitas kita terbongkar lagi. Dengan adanya Sakura di sini akan sulit bagi mereka untuk membongkar identitas kita lagi jadi...."
Kalimat Umika terpotong saat mendengar seseorang membuka pintu dan berjalang kearah mereka. "Jadi karna itu, kau tidak menolak tawaranku" Ujarnya dengan suara yang tak asing lagi di telinga mereka bertiga.
"Kukira kau tidak akan kemari Noel?" Tanya Toma
"Sepertinya kita kedatangan tamu di malam hari." Sahut Kairi saat melihat pria itu.
"Oui, sepertinya begitu." Balas Noel sambil tersenyum sebelum duduk di meja yang sama dengan Kairi dan Umika.
"Kenapa kau baru datang?"
"Aku, baru saja bertemu dengan Sakura dalam perjalanan." Tutur Noel sembari memperlihatkan amplop yang ia pegang sejak tadi.
"Itu, intel baru?" Tanya Toma saat meletekakan cangkir teh di depan pria berambut caramel itu. Noel mengangguk mengiyakan.
"Bertemu di perjalanan, sepertinya hari ini kau tidak beruntung!" Seru Kairi yang dilanjutkan dengan tawa pelannya.
"Tidak juga, dia tidak marah hanya.... lebih seperti peringatan untuk tidak memaksa temannya melakukan sesuatu yang tidak perlu." Sembari beralih kearah Umika yang duduk di depannya bersamaan dengan pandangan yang lain.
"Bagaimana menurutmu, Umika?"
"Aku...."
"Dia percaya padamu lebih dari kami semua Umika, apa kau tidak percaya padanya?" Umika hanya merapatkan kedua bibir dan mengalihkan pandangannya kearah lain. Sepertinya ucapan ketiga temannya membuat membuat gadis itu merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUPIN BLACK - The Mysterious Treasure Hunter
FanfictionLupinranger, pencuri harta karun yang dibicarakan semua orang. Serta Patranger, para polisi yang berjuang demi perdamaian. Satu tahun setelah pertarungan terakhir melawan Dogranio Yabun, akhirnya para Lupinranger kembali. Informasi mengenai para Lup...