Part 42-Intel Baru

91 13 1
                                    

"Aku sangat berterimakasih untuk kalian, karena sudah melayani keluaga Lupin kami sebaik mungkin. Kinerja kalian akan sangat berarti bagi kami...." Pria tua itu berbicara dengan wajah tersenyum pada para trio jurer di depannya.

"Meski ada banyak hal yang terjadi namun kami telah memutuskan. Kami akan mempercayakan sisanya kepada kalian. Kairi, Umika dan Toma untuk menjaga rahasia ini. Meski kesepakatan awal tidak akan berubah!"

Kogurei memeberi penekanan pada kalimat terakhirnya, sebagai tanda jika itu ialah inti dari kalimatnya. Ketiga trio jurer terdiam. Perhatian mereka terpaut pada pikiran masing-masing, memikirkan ucapan Kogurei.

Detik demi detik berlalu sejak Kogurei mengatakan semua yang ingin disampaikannya pada para anggota Lupinranger. Belum ada dari mereka yang bereaksi apa lagi memberikan komentar, sejak pria tua itu selesai bicara. Membuat pembicaraan ini terasa seperti pembicaraan satu arah.

Kairi yang sejak tadi memandangi amplop di tangannya akhirnya beralih pada wajah dari pelayan keluarga Lupin itu. Mulutnya terbuka sebelum akhirnya menutup kembali, pemuda itu kesulitan mengeluarkan kalimat yang bagus sebagai respon pertama mereka.

"Apa ini artinya kau tidak akan mengunjungi kami lagi Kogurei?"

Sebuah pertanyaan akhirnya terlontar. Jelas itu bukan berasal dari Kairi, sebab sampai saat ini pikirannya masih sibuk merangkai berbagai kata, saat suara lembut dari gadis berambut pendek itu terdengar.

Raut wajahnya benar-benar menunjukkan kesedihan meski sejak awal gadis itu tahu jika suatu saat mereka akan memiliki jalan masing-masing. Pertanyaannya hanyalah sebuah bukti perasaannya yang menolak perpisahan mereka.

Kogurei dapat melihat semua itu dari cara Umika bertanya. Mata gadis itu sibuk memandangi sekeliling Jurer dengan pelan. Seolah memori lama terputar kembali di depan matanya. Tentang kenangan mereka semua. 

"Seharusnya kau sudah tahu apa jawabanku Umika." Ujar Kogurei membuat Lupin Yellow itu merapatkan bibir, sedikit kecewa tapi tidak terkejut.

"Baiklah... jika keputusannya sudah seperti itu tidak ada lagi yang bisa kami lakukan, bukan?"

Kairi bergantian memandang Umika dan Toma. Keduanya mengangguk bersama berusaha memasang senyum ke arah Kogurei. Pria tua itu membalas dengan tatapan hangat wajahnya belum berubah. Perlahan tangannya kembali menuang teh pada cangkir. Mengisi penuh benda itu.

"Jadi... bagaimana dengan kalian?" Pria tua itu mengangkat cangkir teh dengan lembut. "Apa rencana kalian berikutnya?"

Umika, Toma, dan Kairi seketika saling memandangi satu sama lain sebelum kemudian menatap pada tiga sisi yang berlainan. Wajah mereka tampak serius walau cara mereka berpose sedikit lucu.

Toma meletakkan tangannya di atas meja, bertingkah seperti anak sekolah yang sedang duduk dengan rapih di depan gurunya. Matanya terpejam sejenak memikirkan sesuatu lalu menjawab.

"Mungkin aku akan membuka tempat makan di suatu tempat." Ucap pria itu dengan nada datar.

Kogurei yang mendengarkan mengangguki kalimatnya. Kemudian beralih pada Umika yang sedang menggaruki kepalanya yang tidak gatal sambil terus berputar-putar di dekat meja mereka berempat.

Gadis itu tersenyum beberapa detik sebelum menepuk kedua tangannya dengan semangat. "Aku akan berkuliah! Mempelajari lebih banyak hal tentang fashion sepertinya akan menyenangkan." Ucapnya dengan wajah yang kembali riang.

Kogurei dan Toma sedikit terkejut dengan semangat gadis itu namun segera mengangguk, setuju dengan pendapatnya. Terlebih bagi keduanya gadis pelayan itu memang cocok dengan hal yang ia bicarakan.

LUPIN BLACK - The Mysterious Treasure HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang