Part 16-Lembar yang Hilang

367 53 3
                                    

Noel menatap pemandangan yang tidak biasa yang kini ada di lapangan. Rasanya ia belum pernah melihat suasana seperti ini di Jurer secara langsung, bisa di bilang sesuatu yang asing. Kairi melihat kearahnya, yang berdiri di depan pintu dengan ekspresi penuh heran, memintanya untuk duduk.

"Duduklah." Ujar pemuda itu tanpa basa-basi sedikitpun.

Dengan heran Noel tetap mematuhinya, ia duduk di salah satu kursi yang ada di meja pelanggan. Kini tertarik tertarik pada sebuah Buku besar berwarna merah yang sengaja di atas meja. Bahkan tanpa di beri tahupun pria itu sudah mengenalinya, Katalog Keluarga Lupin.

Beberapa saat setelahnya pandangannya tertuju pada kenyataan yang aneh kali ini. Kairi yang terdiam sambil menyandar tembok, Toma yang duduk membelakanginya, juga Umika yang duduk sambil terus menggosokkan yang memegang teguh seolah menyimpan rasa cemas yang sangat besar. Tapi dari semua itu hal yang paling mencolok bagi Noel adalah, pandangan mereka yang kosong.

"Aku terkejut kalian sudah pulang Cipta ini. Jadi, bagaimana Ryokannya? " Tanya Noel.

Lumayan! Jawab Kairi singkat.

"Sungguh! Wah, aku jadi sedikit iri. " Canda Noel, yang sama sekali tidak diindahkan oleh ketiganya. Menyadari itu Noel langsung mengerti, mereka sedang tidak ingin bercanda saat ini. "Jadi... .apa yang ingin kalian bicarakan?" Tanya Noel lagi.

Awalnya tidak ada yang menjawab, suasana masih sama sunyinya seperti semula. Sementara Noel yang menunggu jawaban terus berpikir apa yang sebenarnya telah terjadi. Apa mereka gagal dalam misi, apa mereka tidak menemukan koleksinya. Terus begitu sampai Kairi menghampiri mejanya lalu meletakkan Juste Une Ilusion di sana.

Ini?

"Kami mendapatkannya bukan dari gangler tapi...." Kairi tidak melanjutkan kalimatnya.

Dari manusia. Sahut Toma tiba-tiba.

"Apa?"

-----

PRANK!
Bunyi pecahan terdengar dari dalam ruangan, dari balik pintu tampak beberapa Podermen sedang meludahi tubuh yang bergetar saat melihat bagaimana rambut menghancurkan patung-patung batu berbentuk Podermen yang ada di dalam tubuh dengan sadis. Sementara Empusa hanya bisa menunduk sambil membayangkan seperti apa bentuk mayat-mayat yang menjadi batu itu nantinya.

"Sssstt! Bagaimana.... "

"Bukankah ini terlihat sangat bagus?" Tanyanya sambil melihat kearah Empusa, yang sontak langsung terkejud.

"I-iya Te-tentu saja Nona. Karya seni yang sangat menarik potongan tubuh, ah! Maksudnya patung batu yang bagus. " Ujar gangler itu, berhati-hati agar tidak salah bicara dan memperburuk situasinya.

"Tentu saja, itu sudah pasti."

"Oh, iya kemana Zanjio. Aku belum melihatnya sejak tadi? " Mendengar pertanyaan itu sontak membuat Empusa terdiam, sementara para Podermen yang mengintip dari balik pintu langsung kembali.

"Ah... .Zanjio ya, dia tentu sedang melaksanakan perintah dari Nona sekarang." Jawab Empusa dengan terbata-bata.

"Perintah?"

"Bagaimana Nona bisa lupa? Padahal Nona sendiri yang mengetakannya semalam. " Mendengar ucapan Empusa membuat Medusa teringat akan rencana yang ia katakan pada kedua bawahannya itu. Mengingat itu perlahan membuat suasana semakin membaik sehingga ular-ular yang ada di sini ikut tenang.

"Hahahaha, sepertinya kematian Patricia membuatku sangat terpukul. Baguslah jika dia sudah memulainya. " Mendengar itu membuat Empusa bisa bernafas lega.

Sayang itu tidak berlangsung lama, saat salah satu suasana Podermen mendatangi mereka dan memberikan kabar yang baru di dapat dari Zanjio. "Apa kau bilang?" Tanya Medusa sambil menatap tajam Podermen yang sedang berlututut di lapangan.

LUPIN BLACK - The Mysterious Treasure HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang