Hulla💃🏻💃🏻
Aku kembali🙃Mew perlahan membuka matanya hal pertama yang ia lihat adalah wajah damai putranya yang masih mengarungi mimpinya, Mew sengaja tidak lagi menempatkan Alex pada box bayi nya selama seminggu ini, hal ini ia lakukan demi membangun bonding antara Gulf dan anak pertama mereka, mengingat Alex sangat sensitif jika skinship dengan Gulf, ia mengernyitkan dahinya kala menyadari Gulf sudah tidak pada ranjang mereka lagi.
Mew mencoba mengumpulkan kesadaran nya dan bangkit dari acara berbaringnya. Ia mengalihkan pandangan nya ke setiap sudut kamar mencari keberadaan Gulf, hingga netranya menangkap sosok Gulf yang tengah berdiri di balkon dengan piyama tipisnya, sepagi ini?, bahkan matahari saja belum menampakan wujudnya, Mew menghela nafasnya kasar, Gulf nya kini jauh lebih pendiam setelah pertengkaran mereka terkahir kali, bahkan Gulf terkesan menyerah dengan kondisi anak kedua mereka.
Mew mengecup lembut pucuk kepala sang anak, merapatkan selimut buah hatinya lalu turun dari ranjangnya, kakinya menapaki dingin nya lantai kamar mereka, perlahan ia berjalan mendekati Gulf. Mew memeluk Gulf dari belakang dan menumpukan dagunya pada bahu sempit Gulf, sedangkan Gulf sedikit berjengit kaget kala Mew memeluknya.
"P-phi"
"Kenapa disini sepagi ini hm?" tanya Mew dengan suara serak khas bangun tidurnya.
"Hanya ingin phi" seru Gulf menatap lurus kedepan.
"Udara sangat dingin dan Gulf hanya memakai piyama tipis seperti ini?, jika Gulf sakit bagaimana?"
"M-maaf Gulf hanya ingin menghirup udara segar" seru Gulf.
Helaan nafas terdengar dari celah bibir Mew, ia perlahan melepaskan pelukannya lalu membalikan tubuh Gulf untuk menghadapnya, ia menarik tangan Gulf untuk di kalungkan pada lehernya, lalu menarik pinggang Gulf untuk merapat padanya, tak membiarkan istri tercinta nya merasa kedinginan, Mew juga menyatukan kening mereka, matanya terpejam begitu pula dengan Gulf, hembusan nafas terdengar saling bersaut.
Keduanya enggan membuka suara dan hanya menikmati waktu mereka seperti ini. Cukup lama keheningan terjadi dengan posisi seperti itu, dengan fikiran yang berkecamuk pada diri mereka masing-masing, perlahan Mew membuka matanya, menatap Gulf yang masih memejamkan matanya.
"Apapun yang terjadi kita tetap akan bersama, kita akan membawa Nata pulang ke rumah ini" seru Mew membuat Gulf perlahan membuka matanya dan menatap wajah Mew.
"Tidak ada yang bisa phi janjikan padamu, tapi phi akan berusaha sebisa phi untuk membawa Nata ketengah-tengah kita hm" seru Mew lembut seolah seperti lullaby untuk Gulf.
Air mata yang sedari tadi Gulf tahan mengalir tanpa permisi, Gulf merasa lelah, marah dan kecewa dengan keadaan Nata yang tak juga menemukan titik terangnya, ia menjadi seperti pecundang yang gagal menjaga buah hati mereka, ia benar-benar merasa bersalah pada Mew, Gulf membenci dirinya sendiri saat ini, ia benci sifat keras kepalanya, seandainya ia menuruti Mew kala itu mungkin tidak akan seperti ini.
"Maafkan Gulf phi seandainya..." isak Gulf
"Sstt itu sudah terjadi, Gulf tidak salah, itu murni kecelakaan, berhenti untuk menyalahkan diri Gulf na, phi tidak suka Gulf menyalahkan diri Gulf seperti ini" potong Mew membuat Gulf semakin terisak, dengan perlahan Mew menangkup pipi Gulf, menghapus air mata sialan yang merusak senyum indah orang tercintanya, dengan perlahan ia mengecup kedua matanya Gulf secara bergantian.
"Phi mohon tidak ada air mata lagi kedepan nya hm?, dada phi sesak sayang jika melihat Gulf menangis seperti ini, Gulf ingin melihat phi sedih juga?" tanya Mew membuat Gulf menggeleng cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir | MewGulf
AcakPhi aku ingin kita putus -Gulf Kanawut Seberapa ingin pun kau pergi dari ku itu tak akan pernah berhasil karna tuhan telah mentakdirkan kita bersama! -Mew Suppasit Dan setelah semuanya terjadi hanya satu kata yang menghampiri Gulf yaitu 'Penyesalan...