Jangan lupa tinggalkan jejaknya iya, hayo jangan sider🌝, biar semangat nulis ceritanya🌝Seperti biasa Mew kembali memuntahkan isi perutnya kala pagi menjelang, ia sebenarnya sudah lelah tapi seolah perutnya tak bisa di ajak kompromi.
"Kurasa aku memang butuh kedokter"monolog Mew.
"Tidak aku butuh nong dulu saat ini" seru Mew menggelengkan kepalanya, wangi tubuh Gulf sedikit membantunya dalam mengurangi mual pagi harinya selama beberapa hari ini.
Mew keluar dari kamarnya untuk mencari keberadaan Gulf, saat kakinya menginjak anak tangga terakhir Mew buru-buru mendekati Gulf, dan memegang kepala Gulf yang hampir terhantuk oleh meja makan diatasnya, membuat tangan Mew lah yang tehantuk meja.
"Nong berhati-hatilah" seru Mew, Gulf perlahan keluar dari bawah meja makan mereka.
Gulf menunduk tidak berani untuk menatap Mew, ia memilin ujung kemeja kampusnya, ia takut sungguh sangat takut, sedangkan Mew menatap Gulf bingung.
"Sayang ada apa?"
"..."
Mew memilih menarik Gulf dalam pelukannya, otak nya kembali berfikir, apa tadi ia menaikan nada suaranya hingga membuat Gulf setakut ini untuk menatapnya, tapi ia tak merasa menaikan nada suaranya tadi.
"Sayang ada apa?"
"P-phi"
"Hm ada apa?, kenapa Gulf terlihat takut hm?, apa tadi phi menaikan nada suara phi?, jika ia phi minta maaf na, phi hanya tak ingin kepala Gulf terhantuk meja, maaf na"
"Maaf"
"Tak apa sayang lain kali berhati-hati na" seru Mew mengelus surai hitam milik Gulf tanpa melepaskan pelukan mereka, Mew sesekali mengecupi bahu Gulf, sungguh wangi tubuh Gulf membuatnya tenang.
Sa ae lu pak ngardusnya -plak
"Jadi kenapa Gulf bisa berada di bawah meja hm?" Mew melepaskan pelukannya menatap Gulf penuh sayang, sedangkan Gulf semakin tertunduk.
"Sayang"
"T-tapi p-phi j-jangan m-m-marah"
"Tergantung ini hal apa"
"J-janji p-phi jangan marah?" cicit Gulf membuat Mew menangkup wajah Gulf agar menatapnya.
"Phi tidak suka Gulf berbicara tapi tidak melihat phi seperti ini hm" Gulf menatap Mew dengan mata bulatnya.
"I-itu G-gulf?"
"Gulf?"
"Gulf menghilangkan cincin kita" seru Gulf cepat dan memejamkan matanya takut Mew marah besar padanya, sedangkan Mew hanya diam mendengar penuturan Gulf.
"P-phi Gulf tidak sengaja, tadi malam juga masih ada, phi maaf"
"..."
"Phi Mew maaf Gulf minta maaf"
"Dimana terakhir kali Gulf ingat?" seru Mew datar
"Tidak tahu, Gulf lupa"
"Sarapan saja kalau begitu Gulf ada kelas pagi bukan?" seru Mew seraya hendak duduk di kursi meja makan sebelum Gulf menahan tangannya.
"Phi Mewww maaf, maafkan Gulf, Gulf akan cari sekarang"
"Nanti saja, nanti Gulf telat kelas" seru Mew dingin.
"Hiks Gulf sudah minta maaf hiks tapi kenapa phi jadi seperti kulkas hiks" Mew menghela nafasnya kasar dan kembali memeluk kucing manisnya ini.
"Kenapa Gulf lepaskan cincinnya hm?, Gulf bosan?" Gulf menggeleng ribut dipelukan Mew.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir | MewGulf
RandomPhi aku ingin kita putus -Gulf Kanawut Seberapa ingin pun kau pergi dari ku itu tak akan pernah berhasil karna tuhan telah mentakdirkan kita bersama! -Mew Suppasit Dan setelah semuanya terjadi hanya satu kata yang menghampiri Gulf yaitu 'Penyesalan...