FORTY TWO

4.6K 193 8
                                    

Jangan lupa meninggalkan jejak berupa vote atau komen!!

AUTHOR POV

Kean baru saja tiba di mansionnya. Ia buru-buru terbang ke Korea Selatan setelah pertemuan yang tidak ia sangka.

Kean tidak mengabari anak-anaknya, karena ia sedang emosi sekarang. Sepulang dari rumah sakit, ia hanya mengatakan pada Damian bahwa mereka akan pulang. Setelah itu, tidak ada lagi pembicaraan yang lain.

Sesampainya di Busan pun, ia hanya diam. Ia langsung pergi ke mobil yang sudah Damian katakan pada anak buah Kean waktu mereka berada di jet.

Sedangkan Damian langsung pulang ke mansionnya, karena anaknya yang paling kecil sedari tadi menunggunya.

Waktu akan pergi ke Indonesia, Kean mengatakan pada anak serta cucunya. Jika dirinya harus menangani langsung perusahaan cabang di sana.

Kyna cukup curiga dengan keberangkatan Kean ke Indonesia, karena Kean tidak biasanya Papanya peduli dengan perusahaan cabang di Indonesia.

Tetapi, Kyna hanya bisa mengiyakan. Mungkin Kean ada urusan serius di sana yang mengharuskannya berada di Indonesia, begitu pikirnya.

Ceklek

Kean membuka pintu mansion nya, padahal biasanya para pelayan yang akan membukakannya.

"P-papa?" kaget Kyna yang sedang duduk bersantai di ruang tamu bersama Aland dan Rayanne.

Mereka sedang berkunjung karena Aland ingin bertemu dengan Zean. Tapi sayang, Zean tidak ada di rumah. Ia dan Ola sedang pergi ke mall dengan Yera.

"Siapa mereka? Colage Daren?" tanya Kean dengan wajah seriusnya.

"Hmm... mereka teman Yera, Pa!" ucap Kyna sambil menggelengkan kepalanya membuat Kean mengerutkan keningnya.

"Teman?" beonya yang diangguki Kyna.

"Perkenalkan Om! Saya Aland Alrescha dan ini calon istri saya Joselyn Rayanne!" ucap Aland memperkenalkan dirinya dan Rayanne.

Kean yang mendengarnya mengangguk, "Dimana Zean dan Ola? Dan—Yera dimana?" tanyanya.

"Mereka ke mall, Pa! Makanya Kyna ajak ngobrol Aland sama Rayanne, mereka baru saja datang. Kalau Yera dan anak-anak sudah pergi sejak pukul tiga tadi," jelas Kyna sambil memeluk lengan Daren yang berada di sebelahnya.

"Pukul tiga? Bahkan ini sudah hampir pukul tujuh," ucap Kean yang dibalas hendikan bahu.

"Sudahlah, Papa pamit ke atas dulu!" pamit Kean dibalas anggukan.

"Untung Papa gak denger!" ujar Kyna cempreng membuat Kean berhenti melangkah, ia masih berada di ruang keluarga. Ruangan yang hanya bersebelahan dengan ruang tamu.

"Jangan teriak Kyna!" tegur Daren yang masih bisa di dengar Kean walau ia berbicara dengan suara pelan.

"Dikiranya gue budek apa?!" gerutu Kean sambil melanjutkan langkah kakinya yang sempat tertunda.

#####

Yera bercengkrama dengan Kyna di kamar Yera.

Sekitar satu jam yang lalu, Aland dan Rayanne sudah pulang. Yera sempat berbicara dengan mereka berdua, tetapi karena keduanya yang harus pulang kembali ke Prancis untuk bertemu dengan Nenek Rayanne yang membuat ketiganya tidak banyak mengobrol.

"Kamu kapan bilangnya ke Papa, Ra?" tanya Kyna setelah beberapa menit terdiam.

Yera yang mendengarnya menghela napas, ia melirik pintu yang tidak ditutup.

"Kakak kalau mau bahas itu jangan di omongin waktu pintunya masih ke buka!" pinta Yera yang dibalas hendikan bahu.

"Loh! Biarin aja! Biar Papa tau! Karena Papa itu harus tau, Yera!" ujar Kyna menatap Yera tajam. "Sampai kapan kamu bakalan sembunyiin dia? Hah?!" bentaknya yang tetap menatap Yera tajam.

"Ya, tapi gak sekarang Kak! 'Kan Yera udah bilang waktu itu!" Yera menunduk, ia tidak berani menatap Kyna. Bisa-bisa dirinya emosi nanti, apalagi mendengar bentakan Kyna membuatnya tau jika Kakaknya itu sedang kesal bercampur emosi.

"Kamu itu harus bilang sama Papa! Biar Papa gak jauhin kamu dari dia mulu, Ra!" ucap Kyna memelan. "Kamu gak ingat? Pas Papa tau kamu ketemu sama dia di Washington, Papa langsung kirim kita ke sini semua? Kamu—."

"Yera mohon, Kak! Untuk saat ini jangan!" pinta Yera menatap Kyna yang langsung menggelengkan kepalanya.

"Yera mohon—."

"GAK YERA!" sela Kyna yang berteriak lalu keluar dari kamar Yera.

"KAKAK BAKALAN BILANG SAMA PAPA! KAMU JUJUR AJA, KALAU KAMU ITU SEBENARNYA GAK SIAP! JANGAN BERALASAN. MAKANYA JAGA DIRI! JANGAN MURAHAN!" teriak Kyna menggelengar dilorong lantai dua itu membuat Yera yang mendengar perkataan terakhir Kyna pun menatapnya nyalang.

"GUE GAK MURAHAN!!" teriaknya yang langsung mendorong Kyna keluar dari kamarnya, karena ia sedari tadi masih di pintu. Yera kemudian menutup pintunya dengan kasar.

BRAK!

Kean yang akan menaiki tangga pun terdiam mendengar penuturan keduanya.

Untung saja Ola dan Zean sudah tidur dan kamar kedua anak itu berada di lantai satu.

Kean melangkahkan kakinya mendekat ke arah Kyna yang menatap pintu kamar Yera dengan tajam.

"Kakak bakal bilang sama Papa, Yera!" ucapnya yang langsung berjalan ke kamarnya yang berada tepat di sebelah ruang istirahat. Dan ruangan itulah yang menjadi penghalang kamarnya dengan Yera.

Dan Kean berada di ruangan itu sambil menyenderkan tubuhnya di pintu.

"Apa yang akan kamu katakan dengan Papa, Kyna?" tanyanya langsung menatap Kyna yang terkejut.

#####

"Kita dari tadi hanya diam loh, Kyn! Papa tanyain kamu, kamu nya gak jawab. Emang apa sih yang kamu bicara in sama Yera sampai kamu teriak-teriak tadi?" tanya Kean pura-pura tidak tau akan teriakan anak-anaknya.

Kyna menggelengkan kepalanya sambil menyeruput segera air putih di hadapannya.

"Mana udah jam sembilan malam, tapi kamu teriak! Untung Daren lembur di ruangannya dan anak-anak udah pada tidur di bawah, untung juga mereka tidurnya itu kaya orang gak sadarkan diri," ucap Kean membuat Kyna menggigit bibir dalamnya.

Daren langsung ke ruangannya yang berada di lantai tiga, setelah Aland dan Rayanne pulang. Ia harus mengecek dan menandatangani berkas-berkasnya.

"Besok aja deh, Pa! Biar Yera nya ada juga, gak enak kalau Kyna ngomong sendiri sama Papa tanpa ada orang yang dibicarain," ucap Kyna akhirnya membuat Kean menghembuskan napasnya.

"Ter—."

Perkataan Kean terhenti kala melihat Yera akan duduk diantara mereka berdua.

"Maaf, Kak! Soal yang tadi," ucapnya menunduk membuat Kyna menatapnya.

"Oh iya, gak papa! Santai aja! Kakak juga tadi kebawa emosi, jadi maaf atas kalimat Kakak!" ucap Kyna sambil menepuk pundak Yera yang berada di sebelahnya.

Yera hanya mengangguk sambil menengadahkan kepalanya, lalu menatap Kyna dengan senyuman.

"Udah ada, Yera. Bisa kalian jelaskan? Hal yang harus Papa tau?" tekan Kean disetiap katanya membuat keduanya menatapnya.

#####

Jangan lupa vote!!

Really Hate! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang