TWENTY FIVE

8.2K 301 24
                                    

Jangan lupa meninggalkan jejak berupa vote atau komen!!

AUTHOR POV

"Aku minta maaf, soal kemarin. Aku terbawa emosi, aku tidak terima kamu bersama Aland. Sekali lagi, aku benar-benar minta maaf. Mungkin memaafkan ku sangat sulit, karena aku mengulangi perbuatanku sebelumnya yang belum termaafkan," jelas Dylan membuat Yera tertekun.

"Eh, soal itu... aku marah sih denganmu. Aku sakit hati, kamu memperlakukanku layaknya jalang. Tapi, aku tau mungkin kamu tidak suka. Aku yang berbicara kasat denganmu kemarin, makanya kamu langsung menarik ku. Aku memaklumi itu, aku juga minta maaf karena nada bi—."

"Tidak, kamu tidak salah. Aku yang salah, dalam keadaan emosi seharusnya diselesaikan dengan kepala dingin, bukan melakukan hal yang tidak-tidak. Sekali lagi, aku minta maaf," tukas Dylan cepat dan Yera hanya mengangguk.

"Yera!" panggil pria itu lagi.

Yera hanya bergumam sambil menyenderkan tubuhnya di kepala ranjang.

"Aku boleh memperjuangkan mu dengan Zean?" tanyanya hati-hati membuat Yera mendongak ke arahnya dengan ekspresi yang tidak bisa dibaca.

"Mak-maksudmu?"

"Aku ingin memperjuangkan kalian, aku akan menikahimu dan menjadikan Zean anakku seutuhnya, aku mohon," ucap Dylan memelas membuat Yera ingin tertawa sekaligus tidak tega.

Heh!

Bagaimana bisa, Dylan yang terkenal dingin dengan wajah datarnya bisa memelas di hadapannya. Momen yang sangat langkah, ini seharusnya dia abdikan.

"Kenapa?" tanya Dylan ketika melihat wajah Yera yang sedikit memerah, karena menahan tawa.

"Pfff... t-tidak," ucap wanita itu cepat yang diakhiri kekehan kecil.

"Jadi bagaimana? Ku mohon, Yera. Aku ingin menebus kesalahanku, aku tidak ingin menyesal seumur hidup," ucap Dylan dengan wajah memelas yang sudah berada di sebelahnya.

"Eh, i-iya," jawab Yera asal yang sudah kasihan dengan wajah memelas Dylan, sedangkan Dylan yang mendengar jawbannya tersenyum lebar.

"Kamu serius?" tanyanya yang masih tidak percaya.

"Tidak mungkin hal beginian ku bawa bercanda," ucap Yera yang kembali dingin membuat Dylan manggut-manggut.

"Oke, aku akan menunjukkan sampai mana perjuanganku," ungkap Dylan yang bersungguh-sungguh membuat Yera yang melihatnya diam.

"Ku beri waktu... dua bulan," ucap Yera setelah menjeda ucapannya yang ingin tau ekspresi Dylan.

"Baiklah, aku akan pulang. Cepat sembuh, salam untuk Zean," ujar pria itu yang kemudian berdiri dari duduknya.

Cup

Setelah mencium pipi Yera, ia cekikikan dengan langkah yang dipercepat ke arah pintu.

BRAK

Yera masih diam, ia terkejut dengan perbuatan Dylan.

Blushing

Pipinya sekarang benar-benar memerahkan hanya karena ciuman Dylan di pipinya.

Oh astaga!

Really Hate! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang