FOURTEEN

12.2K 434 5
                                    

Jangan lupa meninggalkan jejak berupa vote atau komen!!

AUTHOR POV

"Pa! Yera akan ke Washington," ucap Yera menatap Kean dengan bibir tersenyum, bukan senyuman paksa melainkan senyuman tulus.

"Serius, Yera?" tanya Kean tidak percaya, karena dalam waktu semalam. Yera sudah memberikannya jawaban.

"Iya, Pa! Mungkin ini gunanya juga, aku dipertemukan dengan kalian. Agar beban Papa berkurang," ucap Yera membuat Kean mengangguk.

"Makasih, sayang. Seandainya Kyna berhenti jadi dokter pasti dia yang akan mengurus semuanya ini, Daren juga harus mengurus perusahaannya serta perusahaan milik Ayahnya. Sedangkan, perusahaan Papa hanya sesekali dipantau nya. Jadi, Papa sangat senang kamu mau mengurus perusahaan di pusat," jelas Kean yang dibalas senyuman.

Yera mengingat Kakaknya itu seorang dokter kulit. Makanya, Kyna tidak bisa meninggalkan pekerjaannya itu, lagipula semalam Kakaknya mendengarkan pembicaraan mereka. Wanita itu mengatakan, jika ia tidak pernah tertarik dengan dunia bisnis.

Kean buru-buru mencari ponselnya dan menunggu kabar dari orang kepercayaannya.

Tidak berapa lama, orang yang ditunggu pun datang. Orang kepercayaan Kean itu langsung mengajarkan Yera tentang apa saja yang akan dilakukannya selama menjadi CEO.

Dan sesuai janji Kean, lusanya Yera akan berangkat ke Washington. Kean mengatur keberangkatannya lebih cepat dari yang lelaki itu perkirakan.

#####

Saat ini Yera baru saja tiba di Washington bersama sekretarisnya, Avril lebih lengkapnya Avril Athalla.

Jangan lupakan soal anak tampannya yang sedang tertidur di dalam mobil. Tidak mungkin Yera meninggalkannya.

Anaknya itu sangat susah ditinggal. Sehari saja Zean ditinggal, ia akan menangis sambil memandang tajam semua orang, setelah itu dia berteriak karena marah.

Dan jika sifat anak itu telah keluar, semua orang akan menyimpulkan sifatnya berasal dari sang Ayah mengingat Yera sosok yang lemah lembut.

#####

"No—,"

"Sudah ku katakan, Ril! Jangan memanggilku Nona atau semacamnya. Panggil saja Yera, oke!" ucap Yera sambil menggendong Zean melangkah memasuki ruangannya.

"Tapi, anda sekarang adalah atasan saya," ucap Avril menatap Yera yang kesusahan.

"Apa kamu masih ingin bekerja dengan saya, Avril? Oh ya, saya meminta kamu jangan terlalu formal dengan saya dan begitupun saya," Yera menatap Avril yang mengangguk kaku ke arahnya.

"Ba-baik, Yera," ucapnya membuat Yera tersenyum.

"Apa boleh aku memanggilmu Kak?" tanya wanita itu setelah memikirkan panggilan yang cocok untuk Avril.

Dengan ragu, pria itu mengangguk ke arahnya.

"Apa hari ini aku ada meeting, Kak?" tanya Yera sambil menyimpan Zean di kamar.

Sedangkan Avril yang mendengarkan Yera berbicara Rifka formal pun terkejut.

"Ternyata dia benar-benar melakukannya,'" pikirnya.

"Hai! Kenapa Kakak diam?" tanya Yera lagi membuat Avril gelangapan.

"Eh, itu. Sebentar!"

Avril bukan berasal dari kalangan bawah. Keluarganya memiliki sebuah perusahaan yang tidak kalah besar dari milik Kean.

Really Hate! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang