TWENTY TWO

8.5K 330 11
                                    

Jangan lupa meninggalkan jejak berupa vote atau komen!!

AUTHOR POV

"Assalamualaikum, Pak Bos!" teriak Nevan membuat Felix menatapnya, lalu menoyor kepalanya.

Plak

"Anjir lo!" sungut Nevan sambil mengelus kepalanya dan Felix hanya diam merasa dirinya tidak melakukan apa-apa.

"Kita ke sini mau kasih tau lo, si Al mau ke sini," ucap Felix menyampaikan alasan keduanya berada di ruangan Dylan. Pria itu yang mendengarnya hanya diam.

Al saat ini menjadi pemilik salah satu bank ternama di dunia, bank yang diwariskan dari almarhumah Mamanya. Pria itu sudah menikah dengan gadis yang dijodohkan Mamanya sebelum meninggal.

"Kok lo diam aja, kagak seneng lo Al ke sini?" kesal Felix setelah satu menit Dylan hanya diam.

"Kalau gue sih seneng, apalagi kalau ketemu ama Icha," ucap Nevan lagi yang suka sekali mengganggu anak perempuan Al satu-satunya yang berusia tiga tahun.

"Iyalah, lo seneng. Orang kesayangan lo. Hati-hati aja lo, Van! Ntar suka ama tu bocah," ucap Felix membuat Nevan bergidik.

"Gaklah, enak aja!" ucap Nevan cepat.

"Oh iya, 'kan lo maunya ama Fira," ucap Felix santai yang langsung duduk di sofa ruangan Dylan.

"Tuh tau," ucap Nevan yang memang suka pada sahabat Yera, Fira.

Pria itu menyukai Fira sejak pertama kali perempuan itu masuk SMA, tapi ia tidak berani mengungkapkannya. Tidak pernah sekalipun mengungkapkan perasaannya.

Rencananya nanti malam, ia akan melamar asistennya itu.

Ya, Fira bekerja di perusahaannya. Mengingat Papanya yang sudah bangkrut dikarenakan hutangnya yang ada dimana-mana, sedangkan Mamanya sudah lama meninggal. Mengharuskan perempuan itu untuk bekerja, karena hanya ia harapan mereka.

"Udah diam, itu si bos kenapa?" tanya Nevan yang dibalas hendikan bahu Felix.

"Tanya lah," kesal Felix membuat Nevan mendengus.

"Lan! Kenapa lo?" tanya Nevan sambil menepuk pundak Dylan membuat sang empu menatapnya tajam.

Sebelum menjawab Dylan menghela napasnya dengan kasar, "Gue ngelakuin kesalahan yang fatal, ya?" tanyanya sambil memandang Nevan dan Felix bergantian.

"Kesalahan apa?" tanya Felix yang fokus menatap Dylan.

"Ho'oh, apaan?" timpal Nevan yang ikut duduk di sebelah Felix.

Dylan lagi-lagi menghela napasnya, lalu menceritakan kejadian satu jam yang lalu.

"Lah goblok!" tanggapan itu yang pertama kali diucapkan Felix setelah Dylan selesai bercerita.

"Lo bukannya memperbaiki hubungan lo ama Yera, malah buat kesalahan yang sama. Otak lo isinya selangkangan mulu!" ucap Felix membuat Dylan yang mendengarnya hanya diam.

Dylan membenarkan perkataan Felix. Hubungannya dengan Yera bukannya baik malah makin buruk.

"Maaf, ya Kakak ipar. Gue bukannya sok ngatur, gue cuma mau lo berpikir sebelum bertindak. Lo menyelesaikan sesuatu dengan bersih, jangan maen kotor," ucap Felix takut Dylan mengira dirinya kurang ajar.

"Iya, Lan! Yang ada Yera makin benci ama lo, bukannya apa. Lo tau 'kan, selama ini Yera sembunyi dari lo pasti karena benci sama lo atau dia gak mau liat lo. Tapi, setelah sekian lama gak ketemu. Lo malah ngelakuin kaya gini, lo bener-bener.... au dah," celetuk Nevan yang diangguki Dylan.

"Gak masalah, kalian emang benar. Gue emang bener-bener brengsek. Mungkin kalau anak gue tau, gue gini. Dia pasti benci banget sama gue," ucap Dylan membuat keduanya mengerutkan keningnya saat Dylan mengatakan anak gue.

"Anak gue? Maksud lo?" tanya Felix yang diangguki Nevan.

"Iya, anak yang hari tuh dikasih liat Nevan. Itu—."

"Anak lo?" sela Nevan yang diangguki Dylan, "Yang di TK kemarin?" tanyanya lagi yang kembali dibalas dengan anggukan.

"Serius anak lo?" ulang Nevan yang diangguki Dylan.

"Kenapa?" tanya Dylan sambil menaikkan satu alisnya.

"Gak papa," balas Nevan cepat.

#####

"Hei! Kamu kenapa?" tanya Aland pada Yera yang hanya diam dipelukannya.

"Biarkan begini dulu," ucap Yera yang dibalas anggukan.

"Kenapa, hemm?" ulang Aland sambil mengelus rambut hitam Yera.

Yera menghapus air matanya dengan kasar, ia lalu melepas pelukannya kemudian mendongak ke arah Aland.

"Aku udah siap, cerita," ucapnya tiba-tiba membuat Aland sedikit terkejut.

Aland semakin penasarannya dibuatnya. Pria itu tengah berpikir, masalah apa yang membuat Yera baru siap menceritakan? Begitu pikir Aland.

#####

"Aku harus gimana, Al?" tanya Yera dengan bibir bergetar membuat Aland tidak tega.

"Jadi, Pak Kanza—." perkataan pria itu langsung diangguki Yera.

"Oke, aku gak akan biarin kamu sama si brengsek itu untuk sementara waktu ini. Sampai kamu benar-benar merasa udah baik-baik aja," ucap Aland yang membalas pelukan tiba-tiba Yera.

"Bawa aku pergi, Al! Yang jauh...." cicit Yera membuat Aland terdiam.

#####

Jangan lupa vote!!

Really Hate! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang