THIRTEEN

12.3K 479 6
                                    

Jangan lupa meninggalkan jejak berupa vote atau komen!!

AUTHOR POV

Washington, Amerika Serikat.

"Sayang!" panggil Ana pada suaminya yang sedang mengelus perutnya.

"Ya, sayang?" tanya Kevan sambil tersenyum ke arah Ana.

"Kapan sepupu bajinganmu itu pergi?" tanya Ana kesal membuat Kevan menatapnya tajam.

"Jaga ucapanmu, Ana! Kamu sedang hamil!" ucapnya membuat Ana mendelik.

"Maaf, aku lupa. Tapi, kapan dia pergi?" tanya wanita itu lagi.

"Entahlah, katanya dia ingin refreshing sekalian menangani perusahaan cabangnya," jelas suaminya yang diangguki Ana.

"Ck! Lama-lama ku hancurkan juga perusahaannya itu, supaya dia pulang," balas istrinya tidak suka membuat Kevan yang mendengarnya menggelengkan kepalanya.

"Sudahlah, sayang! Kamu gak perlu urusin dia," ucap Kevan kembali takut terjadi sesuatu pada anaknya yang baru berusia dua minggu hanya karena memikirkan lelaki seperti sepupunya yang brengsek itu.

#####

Seorang pria tengah duduk di kursi kebesarannya. Akhir-akhir ini, ia sibuk dengan tumpukan berkas-berkasnya.

"Permisi, Tuan!" ucap sekretarisnya setelah membuka pintu ruangannya.

"Ya?" jawabnya terdengar dingin dengan mata masih setia menatap berkas-berkasnya.

"Maaf, Tuan saya mengganggu. Di bawah ada—,"

"Sudah berapa kali saya bilang! Kalau dia datang usir saja! Paham?!!" teriaknya kesal yang membuat sekretaris tersebut mengangguk kaku.

Pria itu sendiri sudah bisa menebak siapa yang dimaksud sekretarisnya.

"Ba-baik, Tuan."

Sekretarisnya yang bernama Cyra itu segera keluar dari ruangan bosnya. Lalu, mendatangi wanita bersama anak laki-laki berusia tiga tahun.

"Maaf, Nyonya. Tuan tidak memperbolehkan anda masuk," ucapnya takut-takut, karena tau seberapa mengamuknya wanita di hadapannya ini jika sampai perkataannya dibantah.

"Hei! Siapa kamu mengatur-atur saya? Saya mau ketemu dengan atasanmu itu, biar pun dia menolak kehadiran saya!" teriak wanita itu yang langsung berjalan meninggalkan Cyra menuju lift bersama anak lelakinya.

"Nyonya!" panggil Cyra sambil mengejar wanita itu yang sudah memasuki lift.

"Gawat!" ucapnya yang menelan air liurnya dengan susah payah.

Ia langsung mengambil handphone nya, lalu mencari nomor temannya. Setelah menemukannya, ia langsung menelponnya.

"Lo di mana, Fal?" tanyanya setelah sambungan telepon tersambung.

"......"

"Lo jangan ke lift dulu! Lo masih di depan lift 'kan?" tanyanya lagi.

"....."

"Gue bilang jangan ya jangan! Lo tau 'kan cewek yang suka—,"

Tututt

Cyra langsung menatap tajam handphone nya dengan wajah kesal.

"Sialan! Lo Naufal!!" umpatnya sambil menatap nama yang ditelponya tadi.

######

Sedangkan di depan lift, Naufal menatap seseorang yang tidak asing baginya.

"Gue kayanya tau kenapa Cyra nyuruh gue jangan turun, ternyata dia datang," pikir Naufal menatap penuh dengan senyuman ke arah wanita yang diajak bicara Cyra di bawah tadi.

"Apa?" tanya wanita itu datar.

"Nyonya untuk apa ke sini? Tuan tidak ingin diganggu oleh siapapun termasuk anda, Nyonya!" ucap Naufal menekan kata 'anda' membuat wanita di depannya menatapnya tajam, tetapi Naufal tetap mempertahankan senyumnya.

"Heh! Saya ini calon istri bosmu, ya! Jika saya sudah menjadi istrinya, orang-orang seperti kalian akan saya pecat. Saya tau kamu teman wanita itu, makanya kamu melarang saya. Iya 'kan??" teriak wanita itu memandang Naufal tajam.

"Maaf, Nyonya. Anda jangan terlalu berangan-angan yang berlebihan, karena yang berlebihan belum tentu terwujud. Soal teman saya, memang benar dia memerintahkan saya. Tapi, sebelum dia, Tuan Arkanza sudah menyuruh semua karyawan untuk tidak memperbolehkan anda masuk tanpa seizin nya," jelas Naufal membuat wanita itu menatapnya tajam.

"Maaf, Nyonya. Apa anda tidak kasian dengan anak anda?" tanya Naufal lagi yang tidak dihiraukan.

"Saya akan tetap bertemu dengan dia! Dan kamu tidak usah mengajarkan saya, cukup urusi kehidupanmu sendiri itu!" final nya yang berlalu ke ruangan Chief Executive Officer.

"Bisa anda tidak datang ke sini lagi!" ucap tegas seseorang yang berjalan angkuh ke arah wanita itu.

"Dy—,"

"Jangan menyebut namaku, Nyonya Adenata!" teriak pria itu, lalu meninggalkan wanita tadi dengan wajah memerah menahan malu.

"Sudah saya katakan 'kan, Nyonya? Bahwa anda ja—,"

"DIAM KAMU!!"

Sialan! Dylan bikin gue malu!

#####

New York, Amerika Serikat.

"Yera!" panggil Kean pada Yera yang sedang membantu Zean mengerjakan tugasnya.

"Ya, Pa?"

"Apa kamu bekerja atau bagaimana?" tanya Kean hati-hati, karena ia tidak mau membuat Yera bersedih. Mengingat cerita Yera yang hamil diusia muda dan harus berhenti sekolah.

"Yera mau kerja, Pa! Tapi, bingung. Aku kasian sama sarjanaku kalau gak dipakai, masalahnya—,"

"Kenapa harus bingung? Memang nya kamu sarjana apa?" tanyanya lagi.

"Aku S2, Pa! Aku dulu sempet lanjut kelas 2 ku dan kelas 3 nya gak. Waktu di sini, universitas New York mereka buka pendaftaran jalur akselerasi. Akhirnya, aku ikut. Dua bulan yang lalu aku wisuda S2 ku, Pa," jelas Yera membuat Kean tersenyum. Kebanggaan tersendiri baginya, karena anak bungsunya itu menuruni kepintarannya.

"Maaf sayang, Papa gak ada waktu kamu wisuda. Seandainya kita ketemu lebih cepat, pasti Papa bakal hadir. Oh, iya kamu ambil jurusan apa?"

"Gak papa, Pa. Aku ambil jurusan bisnis, Pa!" ucap Yera membuat Kean tersenyum lebar.

"Kebetulan! Kamu terus in ya, perusahaan Papa di Washington?"

Perkataan Kean membuat Yera berhenti membantu Zean mengerjakan tugasnya.

"Ma-maksud, Papa?"

"Maaf, Yera. Bukan Papa bermaksud apa-apa. Papa mau kamu bantu Papa, Papa lagi pusing dengan perusahaan di sana, soalnya di sana itu perusahaan pusat Yera."

Perkataan terakhir Kean lagi-lagi membuat Yera terkejut.

"Ha? Pa! Yera belum berpe—,"

"Yera kamu akan ditemani dengan orang kepercayaan Papa sekaligus sekretaris kamu, besok Papa telpon dia kemari. Papa akan beri kamu waktu sampai lusa," putus Kean membuat Yera terdiam.

"Papa yakin kamu bisa," lanjutnya tersenyum ke arah Yera.

"Aduh, gimana nih? Aku aja belum pernah terjun ke dunia bisnis. Kerja aja gak, dan sekarang? Lebih parahnya lagi disuruh ngurus perusahaan pusat?!" batinnya memandang Kean yang menjauh darinya.

######

Jangan lupa vote!

Really Hate! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang