THIRTY EIGHT

4.3K 200 11
                                    

Jangan lupa meninggalkan jejak berupa vote atau komen!!

AUTHOR POV

"Jadi, seseorang yang ingin kamu pertemukan dengan Mama itu siapa?" tanya Lesya yang entah kembali bertanya membuat Dylan jengah.

Dylan menghembuskan napasnya dengan kasar, "Dia lagi hilang, Ma! Makanya Dylan lagi nyari ini!" ujarnya menatap Lesya yang berada di sebelahnya.

"Hilang? Kok bisa? Kamu habis buat masalah sama dia?" tanya Lesya beruntun menatap Dylan lekat-lekat.

"Gak tau, Ma! Aku pas mau ke Indonesia waktu Mama sama Papa masuk rumah sakit terus aku kabarin, dia biasa aja! Waktu Papa keluar dari rumah sakit. Dia gak pernah jawab pesan ku, waktu kemarin aku ke rumahnya. Dia nya gak ada, cuma ada sekretarisnya," ucap Dylan menunduk, ia sampai sekarang juga bingung. Apa dirinya berbuat salah sampai Yera dan Zean pergi lagi? Atau—

"Jangan-jangan Papa nya tau keberadaan, Dylan Ma!" pekik Dylan membuat Lesya memukul kursinya dengan tongkat, tongkat yang membuat dirinya bisa berjalan.

"Kamu ngangetin Mama ih!" dumelnya dan Dylan malah terkekeh. "Emangnya apa hubungan kamu sama Papa nya? Kamu habis bikin ulah, ya?" tuding Lesya membuat Dylan mengangguk.

"Ih beneran?" kaget Lesya yang dibalas anggukan, "Apaan coba?" tanyanya menatap Dylan yang sejenak berpikir.

"Mama gak usah tau! Nanti aja aku kasih tau kalau orangnya udah ada! Percuma nanti Mama marah-marah, tapi orangnya yang jadi korbannya gak ada!" Dylan berucap sambil menatap Lesya yang cengo.

"Berarti kamu emang punya masalah yang fatal dong? Sampe Mama dibilangin nanti marah-marah?" tanyanya dan Dylan lagi-lagi mengangguk.

"Emangnya apa masalah fatalnya?" tanya Lesya yang terlihat sangat kepo.

"Nanti aja, Mama ku sayang!" Dylan tersenyum menatap Lesya yang kesal padanya.

"Terserah kamu aja deh! Mama malas sama kamu!" decak Lesya yang kemudian keluar dari ruang kerja Dylan.

#####

"Kamu ngapain ke supermarket sepagi ini?" tanya Kyna heran melihat Yera yang keluar pukul 09.00 pagi.

"I-itu, Kak..."

"Itu kamu beli apaan?" tanya Kyna melihat kantong plastik yang dibawa Yera.

"Eh, b-bukan apa-apa!" gugup Yera menelan salivanya, "Aku ke atas dulu, Kak! Oh ya, Bi! Tolong nanti air panasnya di bawah ke atas ya!" ucap Yera yang menjauh dari hadapan Kyna dan Bibi Jee.

"Air panas, Bi?" tanya Kyna menatap Bibi Jee yang dari halaman belakang.

"Ini, Non! Nona Yera meminta saya membuatkan air panas di satu gelas, Nona tadi mau buat tetapi saya larang. Akhirnya, Nona pergi ke supermarket!" ucap Bibi Jee tersenyum membuat Kyna mengangguk.

"Biar saya aja, Bi! Bibi tolong bikinin saya roti aja! Saya masih lapar!" pinta Kyna.

"Ternyata kamu masih nyembunyiin Ra dari Kakak," lirih Kyna yang berjalan ke arah gelas yang berisi setengah air panas.

Kyna segera berjalan ke arah tangga, lalu berjalan ke arah kamar Yera yang terdapat disudut.

Tok
Tok

Ketuknya dengan satu nampan di tangan kirinya.

"Sebentar, Bi!" Entah apa yang dilakukan Yera setelah mengatakan itu, karena kurang lebih satu menit Kyna di depan pintu.

Ceklek

"Si—loh K-kakak?" Yera terkejut dengan keberadaan Kyna, ia mengira Bibi Jee yang akan membawanya.

"M-masuk, Kak!" ucapnya sambil mengambil nampan itu dan Kyna hanya bergumam. Ia kemudian berjalan ke arah sofa yang terdapat kantong plastik.

Yera segera menyimpan segelas air panas itu di nakas, ia berbalik menatap Kyna yang membuka kantong plastik itu.

Yera menggigit bibir dalamnya, ia berdoa semoga Kyna—

"Apa ini Yera?" tanya Kyna menatap Yera yang memejamkan matanya. Ia mengangkat tinggi-tinggi satu kotak susu ibu hamil bervarian vanila.

"YERA?" bentaknya membuat Yera membuka matanya.

"Bisa kamu jelaskan ini apa?" Kyna kembali melunak, ia menatap Yera yang menghela napas.

"Ma-maaf, Kak! Y-Yera hamil," cicitnya diakhir kalimatnya membuat Kyna tersenyum sembari mengangguk.

"Kenapa gak jujur sama Kakak?" tanya Kyna sambil mendekati Yera yang menunduk.

"A-aku takut, Kak! Ak—."

"Sstt... Kakak tau! Gak usah dijelasin!" sela Kyna yang mendudukkan Yera di kasur.

"Ak-aku gak bilang, karena Yera malu. Untuk kedua kalinya Yera hamil diluar nikah dan... lelaki itu, orang yang sama. Aku gak mau dianggap murahan, waktu itu kami— ngelakuin karena dia yang terbawa emosi," lirih Yera membuat Kyna memeluknya.

"Udah, kamu gak boleh sedih!" ucapnya menenangkan.

"Kamu sekarang gak sendiri! Ada dia di sini! Calon keponakan, Kakak!" ujar Kyna diakhiri kekehan.

Yera menatap Kyna yang tersenyum ke arahnya, "Kakak gak marah? Kakak—kakak gak malu sama—."

"Sstt... udah gak usah mikir aneh-aneh! Ngapain juga Kakak mau marah sama kamu! Udah terjadi juga 'kan? Kakak udah tau kok kalau kamu hamil, cuma Kakak nunggu kamu sendiri yang jujur sama Kakak. Eh, ternyata sampe sekarang kamu gak jujur! Kakak udah tebak, kamu pasti ke supermarket buat beli susu hamil. Makanya Kakak sengaja bawa ini air panas, biar bisa tau hal yang kamu sembunyikan. Biar gak ditutup-tutupin lagi!" ucap Kyna tersenyum sambil mengelus rambut hitam Yera.

"Makasih, Kak! Dan maaf, Yera bohong sama Kakak! Tapi, Kakak kok bisa tau aku hamil?" bingungnya membuat Kyna terdiam.

"Sesuai cerita Kakak kemarin, Kakak liat kamu dari dokter kandungan! Kakak langsung aja tanya sama suster yang manggil-manggil nama di depan ruangan dokter, Kakak cek ada nama kamu di situ. Terus Kakak mau memastikan kalau dugaan Kakak itu benar atau gak, tapi Kakak harus ngantri supaya bisa tanya langsung sama dokternya. Ya, akhirnya Kakak beralasan mau cek kandungan. Dan sampai di dalam Kakak gak periksa langsung nanyain dokternya tentang kamu," penjelasan Kyna membuat Yera diam.

"Kakak jangan kasih tau Papa!" pintanya membuat Kyna mengerutkan keningnya.

"Loh kenapa? Papa harus tau, Ra!" ucap Kyna yang langsung dihadiahi gelengan.

"Aku gak mau Papa makin kecewa sama Yera!" Yera menunduk, setelah mengucapkannya.

"Yera! Papa pasti kecewa! Tapi, Papa lebih kecewa kalau kamu gak kasih tau dia," Kyna mengelus punggung tangan Yera.

Yera terdiam, ia memejamkan matanya. "Yera bakalan bilang, Kak! Tapi gak sekarang!" ujarnya menatap Kyna yang mengangguk.

Untuk sekarang, Kyna hanya bisa menyetujui keputusan Yera, karena bukan dirinya yang menjalani. Setidaknya ia sudah menyuarakan pendapatnya.

#####

Jangan lupa vote!!

Really Hate! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang