TWENTY NINE

5.1K 196 3
                                    

Jangan lupa meninggalkan jejak berupa vote atau komen!!

AUTHOR POV

Yera langsung memeluk Kean yang menatapnya datar.

"Ih, Tante Lala kaya anak kecil!" ujar Ola membuat Yera yang mendengarnya terkekeh.

"Emang anak kecil doang yang boleh peluk? Gak 'kan?" Yera menatap Ola yang terlihat sedang berpikir.

"Gak tau," ucapnya santai sambil berlari ke arah Zean yang bermain bersama Avril di taman.

"Ekhem... kita bicara berdua," titah Kean membuat Yera menatapnya yang sudah pergi ke suatu ruangan yang tepat berada di bawah tangga.

Ia saja tidak pernah tau jika ada ruangan di bawah tangga itu.

Ruangan Papa kali.

Yera mengikuti Kean yang akan membuka pintu ruangan itu.

"Tutup pintunya!" Kean menatap ponselnya sebentar sebelum Yera menyusul memasuki ruangan.

"Duduk!" ujarnya lagi melihat Yera yang berdiri di depan meja kerjanya.

"Kamu sudah bertemu dengan brengsek itu?" tanya Kean dingin membuat Yera yang mendengarnya menelan salivanya.

"M-maksud Papa?" tanyanya seakan ia benar-benar tidak tau, padahal ia sangat tau maksud Kean.

"Apa harus Papa sebutkan Yera?" pancing Kean melihat Yera yang langsung menatapnya.

"Dylan, itu 'kan namanya?" Kean menatap Yera yang mengalihkan pandangannya ke setiap sudut ruangan.

"Iya 'kan?" ulangnya lagi membuat Yera menatapnya.

"Dari tatapanmu, Papa sudah bisa menebaknya," Kean berujar dengan nada datarnya. "Apa tujuannya dia mendekati mu? Sampai kamu tidak masalah dia pergi meninggalkanmu saat ini?" lanjutnya menatap Yera yang menunduk.

"Jangan membelanya!" Pria paruh baya itu berujar lagi kala melihat Yera yang akan buka suara.

"Dia sudah mengakui kesalahannya, Pa. Dia juga pergi karena orang tuanya kecelakaan," jelas Yera tanpa menatap Kean yang menatapnya tajam.

"Ku tebak, dia menjanjikan kamu dan Zean liburan sebagai bentuk perjuangannya," pungkasnya cepat yang sukses membuat Yera refleks mengangguk.

"Astaga, Yera! Kamu kenapa mau sama dia sih? Apa bagusnya? Wajahnya memang oke, pekerjaannya juga oke. Tapi kelakuannya membuat Papa semakin membencinya, banyak laki-laki yang diluaran sana lebih baik dari dia Yera!" cecar Kean lagi sambil mendelik tidak suka. "Jadi, jangan mengharapkan laki-laki seperti itu!" sarkasnya.

"Cepat kemasi barang-barangmu! Kita akan pergi!" Kean berujar tanpa menatap Yera, ia langsung meninggalkan Yera yang masih terdiam mencerna kata-katanya.

"Kamu ingin liburan 'kan? Kita akan pergi liburan tanpa dia!" tekan Kean disetiap katanya sebelum benar-benar keluar dari ruangannya.

#####

Setelah Yera mengemasi barangnya dan barang Zean, para bodyguard Kean menyuruhnya untuk segera masuk ke dalam mobil. Karena keberangkatan mereka 1 jam lagi.

Sedangkan Kean sedang berbincang dengan Avril di halaman rumahnya.

"Avril! Kuserahkan perusahaan di sini padamu! Dan mansion ini akan ku berikan untukmu! Jika ada laki-laki asing bernama Dylan Arkanza, kamu jangan memberitahukan keberadaan kami semua termasuk Yera dan Zean," ucap Kean menepuk pundak Avril.

"Tuan... ta—."

"Tidak ada, tapi-tapian. Semua urusan perusahaan di Washington saya serahkan sama kamu! Saya akan pergi jauh bersama anak cucu saya, bukan di New York," selanya membuat Avril mengangguk.

Really Hate! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang